Didirikan | 1920 |
---|---|
Lokasi | Jalan 13, Sangkat Chey Chumneas, Khan Daun Penh, Phnom Penh, Kamboja |
Jenis | Museum seni, museum arkeologi dan sejarah |
Direktur | Kong Vireak |
Situs web | Situs Web Museum Nasional Kamboja |
Museum Nasional Kamboja (Bahasa Khmer: Sala Rachana) di Phnom Penh adalah museum sejarah, arkeologi, dan budaya terbesar dan paling terkemuka di Kamboja. Museum ini adalah salah satu museum yang memiliki koleksi seni Khmer terbesar di dunia, termasuk seni patung, keramik, perunggu, dan benda-benda etnografi. Koleksi museum mencakup lebih dari 14.000 artefak, mulai dari zaman prasejarah sampai periode setelah Kerajaan Khmer, yang pada puncak kejayaannya, kekuasaannya membentang dari Thailand, Kamboja, hingga ke Vietnam selatan.
Museum ini terletak di Jalan 13 di pusat kota Phnom Penh, tepatnya di sebelah utara Istana Kerajaan Kamboja dan di sisi barat alun-alun Veal Preah Man. Rancang bangunan museum diilhami oleh arsitektur kuil Khmer yang dibangun dalam kurun 1917 dan 1924, museum diresmikan pada tahun 1920 dan dipugar pada tahun 1968. Museum ini bersebelahan dengan Universitas Seni Rupa Kerajaan. Museum ini ada di bawah wewenang Kementerian Kesenian dan Kebudayaan Kamboja.
George Groslier (1887-1945), seorang sejarawan, kurator, dan penulis berkebangsaan Prancis, adalah perintis bangkitnya perhatian dunia terhadap seni Kamboja, dan dialah yang merancang bangunan museum yang kini dikenal dengan gaya "arsitektur Kamboja tradisional." Hal ini mungkin lebih tepat dijelaskan sebagai sebuah bangunan yang rancangannya diambil dari purwarupa kuil Kamboja pada relief kuno dan ditafsirkan kembali — dari sudut pandang mata kolonial — untuk memenuhi persyaratan kecukupan ukuran bangunan museum.
Batu fondasi bagi museum diletakkan pada 15 Agustus 1917. Dua setengah tahun kemudian, museum selesai dan diresmikan bertepatan dengan Tahun Baru Khmer pada 13 April 1920 di hadapan Yang Mulia Raja Sisowath, François - Marius Baudoin, Résident-supérieur, dan M. Groslier, direktur Seni Kamboja dan konservator museum.
Desain asli bangunan sedikit diubah pada tahun 1924 dengan penambahan sayap di kedua ujung fasad timur yang membuat bangunan tampak lebih mengesankan.
Pada 9 Agustus 1951 Prancis menyerahkan kendali dan pengelolaan Museum Nasional dan departemen Kesenian kepada Kamboja, disusul denngan kemerdekaan Kamboja pada tahun 1953, kemudian Musée National de Phnom Penh adalah subyek dari perjanjian bilateral. Pada tahun 1966, Chea Thay Seng adalah direktur museum berkebangsaan Kamboja pertama sekaligus menjabat dekan departemen arkeologi, jurusan yang baru dibentuk di Universitas Seni Rupa Kerajaan Kamboja. Universitas inilah yang membentuk berdirinya École des Arts Cambodgiens di 1920. Institusi ini terkait erat dengan tokoh siswa, seniman, dan guru yang mengabdikan ilmunya untuk memelihara tradisi budaya Kamboja, dan nama-nama mereka bisa ditemukan ke bagian belakang museum.
Selama kekejaman rezim Khmer Merah pada kurun 1975-1979 — seluruh aspek kehidupan Kamboja binasa dan porak-poranda, termasuk ranah budaya. Akibat kekerasan perang, para penduduk mengungsi. Museum bersama dengan seluruh isi kota Phnom Penh dikosongkan dan ditinggalkan. Museum ditutup antara tahun 1975 dan 1979, kemudian ditemukan dalam keadaan rusak; konstruksi atap kayu membusuk dan berubah menjadi sarang kelelawar dan semak belukar. Koleksi museum berantakan dan banyak benda yang rusak atau dicuri. Museum kemudian segera dirapikan dan dibuka kembali untuk umum pada tanggal 13 April 1979. Akan tetapi, banyak dari karyawan museum yang tewas akibat kekejaman rezim Khmer Merah.
Bersama dengan Departemen Arkeologi dan Universitas Seni Rupa Kerajaan Kamboja yang terletak berdekatan, Museum Nasional Kamboja bekerja untuk meningkatkan pengetahuan dan melestarikan tradisi budaya Kamboja agar menjadi sumber kebanggaan dan identitas bangsa Kamboja. Museum ini juga melayani fungsi keagamaan bagi masyarakat setempat, hal ini karena koleksi benda keagamaan penting — seperti relik Buddha dan arca-arca Hindu — juga dijadikan sebagai sarana peribadatan oleh warga sekitar. Sebuah pameran permanen yang didukung UNESCO, rumah peribadatan Buddha, dan sejumlah usaha kecil dan menengah setempat, dibuka pada tahun 2000 untuk memperluas fungsi keagamaan museum ini.
Di bawah naungan Departemen Museum Kamboja, museum ini tidak hanya mengelola koleksi, staf, dan bangunannya sendiri, tetapi juga mendukung dan mengawasi semua museum lainnya yang dikelola negara di Kamboja. Kegiatannya lebih lanjut didukung oleh perorangan swasta, pemerintah asing, dan berbagai organisasi filantropi. Kegiatan museum ini antara lain presentasi, konservasi, penyimpanan, interpretasi, dan akuisisi benda cagar budaya Kamboja, serta repatriasi kekayaan budaya Kamboja. Penjarahan dan ekspor ilegal benda cagar budaya Kamboja menjadi perhatian utama museum ini.
Di luar Kamboja, museum ini mempromosikan pemahaman akan seni dan budaya Kamboja dengan meminjamkan benda koleksinya untuk dipameran di luar negeri. Kegiatan ini pernah dilakukan sebelum pecahnya perang Kamboja, dan kini praktik ini dihidupkan kembali pada dasawarsa 1990-an, dimulai dengan pameran yang diselenggarakan di Galeri Nasional Australia pada tahun 1992 . Pameran berikutnya telah diselenggarakan di Prancis, Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, dan Jerman.