Objek Thorne–Żytkow (bahasa Inggris: Thorne–Żytkow Object, disingkat TŻO; TZO), juga dikenal sebagai bintang hibrida, adalah jenis bintang hipotesis di mana raksasa merah atau maharaksasa merah mengandung bintang neutron pada intinya, yang terbentuk dari tabrakan antara bintang raksasa dengan bintang neutron. Objek tersebut pertama kali dihipotesiskan oleh Kip Thorne dan Anna Żytkow (astrofisikawan berkebangsaan Polandia) pada tahun 1977.[1]
Pada tahun 2014, ditemukan bahwa HV 2112 merupakan kandidat kuat sebagai objek Thorne–Żytkow.[2] Namun setelah di observasi ulang, kandidat ini dipertanyakan.[3]
Ketika Thorne dan Żytkow melakukan simulasi komputer untuk mengetahui bagaimana pembentukan TŻO, mereka menemukan bahwa bintang neutron yang terlalu dekat dengan bintang pasangannya yang lebih besar, dapat menyebabkan kedua bintang tersebut akan bergabung dan bintang neutron akan hidup di dalam intinya.[4][5]
Para astronom umumnya memiliki teori yang berbeda-beda tentang pembentukan TŻO, dan kebanyakan teorinya bergantung pada keadaan awalnya sebagai sistem biner:[4]
Ketika bintang primer dalam sistem biner yang erat meledak sebagai supernova, arah perluasan ledakannya yang tidak simetris memungkinkan sisa-sisa intinya (yang berupa bintang neutron) terdorong dengan kuat dari tempat asalnya. Arah dorongannya kadang mengarah pada perisentrum bintang sekundernya. Karena dorongannya dengan kecepatan yang tinggi, bintang neutronnya akan terlalu dekat dengan bintang sekundernya sehingga ia akan dilahap menjadi intinya.[6][7]
Teori ini mirip seperti di atas, tetapi dengan asumsi bahwa sistem binernya tidak terganggu, maka akan terjadi evolusi dan penggabungan bertahap antara bintang sekunder dengan bintang neutron. Mereka memaparkan dua kemungkinan yang akan terjadi, yaitu antara bintang neutronnya memiliki pergerakan yang cukup untuk memasuki atmosfer bintang sekundernya ketika memulai pembakaran helium, atau bintang sekundernya berevolusi menjadi raksasa merah yang cukup untuk melahap bintang neutronnya.[8][6][9]
Beberapa astronom lain juga mengusulkan tabrakan antara bintang neutron dengan bintang deret utama di dalam gugusan bintang.[10][11]
Para peneliti berpendapat bahwa TŻO cenderung berevolusi menjadi struktur masif berbentuk seperti piringan, tergantung dari ketidakstabilan gravitasi yang dibuatnya, dan seberapa banyak bintang yang diketahui intinya meng-akresi materinya. Bintang di intinya mungkin menjadi bintang neutron yang sedikit berputar, atau menjadi lubang hitam bintang. Jika yang keluar adalah bintang neutron yang sedikit berputar, maka ada kemungkinan ia akan dikelilingi oleh planemo.[12]
Kandidat | Asensio Rekta | Deklinasi | Lokasi | Penemuan | Catatan | Referensi |
---|---|---|---|---|---|---|
HV 11417 | Awan Magellan Kecil | 2019 | Setelah HV 2112 dipertanyakan, mereka menemukan sebuah kandidat baru yang dinamai HV 11417 dari sampel mereka | [13] | ||
HV 2112 | 01j 10m 03.87d | -72° 36′ 52.6″ | Awan Magellan Kecil | 2014 | Sebelumnya dikategorikan sebagai AGB, tetapi secara pengamatan lebih cocok sebagai superraksasa merah | [14] |
U Aquarii | 22j 03m 19.69d | -16° 37′ 35.2″ | Aquarius | 1999 | Dikatalogkan sebagai variabel R Coronae Borealis | [15] |
VZ Sagittarii | 18j 15m 08.58d | -29° 42′ 29.6″ | Sagittarius | 1999 | Dikatalogkan sebagai variabel R Coronae Borealis | [15] |