Ostrinia furnacalis | |
---|---|
Larva | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Subfamili: | |
Genus: | |
Spesies: | O. furnacalis
|
Nama binomial | |
Ostrinia furnacalis (Guenée, 1854)
| |
Sinonim | |
|
Ostrinia furnacalis adalah salah satu hama utama pertanaman jagung yang menyerang bagian batang maupun pangkal tongkolnya. Larvanya membuat saluran-saluran di dalam batang selagi menggerogoti jaringan untuk makanannya, sehingga ia disebut juga penggerek batang jagung atau Asian corn borer. Penyebutan "asia" digunakan untuk membedakannya dari penggerek batang jagung di kawasan beriklim sedang, European corn borer (O. nubilalis).
Serangga ini termasuk dalam kelompok ngengat dan anggota suku Crambidae, yang memang dikenal menyukai anggota rumput-rumputan. Persebarannya adalah kawasan Asia Timur sampai Australia. Laporan persebaran mencakup Tiongkok, Indochina, Malesia (termasuk Filipina), Mikronesia, sampai Kepulauan Solomon. Selain menyerang jagung, O. furnacalis juga memiliki inang lain yang memiliki batang seperti jagung, misalnya cantel/sorgum. Dari segi kerugian yang ditimbulkan pada pertanaman jagung, hama ini menempati posisi kedua setelah penyakit bulai.[1]
Posisi taksonominya cukup rumit, sehingga dianggap sebagai anggota kelompok spesies bersama-sama Ostrinia lain, seperti O. orientalis, O. scapulalis, O. zealis dan O. zaguliaevi.[2]
Bentuk dewasa berupa ngengat kecil dengan rentang sayap sekitar 3.5 sentimeter dengan warna coklat kekuningan disertai garis-garis kecoklatan. Telur diletakkan pada daun dalam kumpulan dengan sekitar 25-50 butir. Telur berdiameter setengah milimeter, bewarna putih tetapi menjadi hitam menjelang menetas. Telur yang terinfeksi tawon parasit berwarna coklat. Larva instar/tahap pertama berwarna merah muda dengan bintik gelap dan kepala hitam. Larva tahap akhir berwarna kuning kecoklatan dengan bintik-bintik gelap dan dapat mencapai 2,9 cm panjangnya.[3]
Ada gejala unik pada nisbah kelamin (sex-ratio) dalam populasi yang condong pada betina yang jauh lebih banyak, bahkan sering kali semua telur akan menghasilkan ngengat betina. Penyebabnya adalah infeksi bakteri yang menyebabkan pengalihan organ seksual. Penerapan antibiotik mampu menghasilkan semua keturunan menjadi jantan. Gejala serupa juga diketahui dialami beberapa jenis tawon dan krustasea karena infeksi bakteri Wolbachia.[2]
Pada saat pemikatan, yang mendahului perkawinan, ngengat jantan memikat betina dengan menghasilkan panggilan suara ultrasonik dengan cara menggesek-gesekkan sisik sayap pada sisik dada (toraks). Akibat suara itu, ngengat betina menjadi lemah tak berdaya untuk bergerak. Si jantan lebih leluasa untuk mengawininya. Betina juga melepaskan feromon yang memikat jantan untuk mendekat.[4][5]
Serangga ini termasuk dalam enam hama utama jagung di Indonesia, selain ulat tanah Agrotis ipsilon, ulat grayak Spodoptera litura, lalat bibit Atherigona, penggerek tongkol Helicoverpa armigera, dan belalang kembara Locusta migratoria.[6] Jika menyerang tanaman berumur di bawah lima minggu kerugian dapat mencapai 100% (alias puso). Hama ini berbahaya karena ia menyerang hampir semua fase dan bagian batang: pangkal batang, titik tumbuh, tangkai malai, serbuk sari, dan tongkol.[7] Apabila tidak menemukan tanaman jagung, serangga ini akan mencari inang lain, seperti millet, jewawut, jali, tebu, sorgum, paprika, kapas, dan juga jahe.[7]
Sebagai hama pertanaman jagung, ambang ekonomi adalah satu larva per tanaman. Jika populasi melebihi ambang tersebut, perlu dilakukan pengendalian.
Secara teknis budidaya, populasi penggerek batang dapat ditekan dengan penentuan saat tanam yang tepat, tumpang sari dengan tanaman kacang-kacangan, atau pemotongan sebagian bunga jantan.[6]
Pemanfaatan musuh alami menggunakan tawon parasit Trichogramma yang meletakkan telurnya pada telur ngengat, terutama spesies Trichogramma ostriniae.[8] Jenis-jenis lain adalah Trichogramma dendrolimi dan Trichogramma chilonalis namun kurang efektif. Di Filipina digunakan Trichogramma evanescens. Predator (pemangsa) larva dan pupa Euborellia annulata juga diakai sebagai pengendali biologi.[7]
O. furnacalis dapat diserang oleh cendawan Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae sehingga larva perlahan-lahan akan mati mengering.
Penyakit serangga ini lainnya adalah bakteri Bacillus thuringiensis. Bakteri yang hidup di saluran pencernaan larva serangga ini melepaskan toksin Bt yang mematikan. Oleh industri sarana produksi pertanian (saprodi) dibuat pestisida hayati yang mengandung bakteri ini. Perkembangan lebih jauh adalah dibuatnya tanaman jagung transgenik (populer disebut jagung-Bt) yang genomnya disisipi oleh gen penghasil toksin Bt dari bakteri tersebut.[9]