Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam IX ꦦꦏꦸꦄꦭꦩ꧀꧇꧙꧇ | |
---|---|
Wakil Gubernur Yogyakarta ke-2 | |
Masa jabatan 16 Januari 2002[1] – 21 November 2015 | |
Presiden | Megawati Soekarnoputri Susilo Bambang Yudhoyono Joko Widodo |
Gubernur | Hamengkubuwana X |
Penguasa Paku Alam di Yogyakarta ke-9 | |
Masa jabatan 26 Mei 1999 – 21 November 2015 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | BRMH Ambarkusumo 7 Mei 1938 Pakualaman, Hindia Belanda |
Meninggal | 21 November 2015 Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia[2] | (umur 77)
Kebangsaan | Indonesia |
Suami/istri | BRAy Koesoemarini/GKBRAyA Paku Alam |
Anak | RM Wijoseno Hario Bimo GPH Kusumodilogo GPH Hario Harimurti |
Orang tua | Paku Alam VIII |
Sunting kotak info • L • B |
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam IX (bahasa Jawa: Hanacaraka, ꦦꦏꦸꦄꦭꦩ꧀꧇꧙꧇) (dengan nama lahir Bendoro Raden Mas Haryo (BRMH) Ambarkusumo 7 Mei 1938 – 21 November 2015) adalah adipati pertama dari Pakualaman yang ditahtakan setelah Indonesia merdeka. Ibundanya bernama KBRAy Purnamaningrum. Pada 26 Mei 1999 GPH Ambarkusumo dinobatkan sebagai KGPAA Paku Alam IX menggantikan mendiang ayahnya Paku Alam VIII.
Dari pernikahannya pada tahun 1966, ia dikaruniai 3 orang putra. Pada tahun 2002 ia diangkat menjadi wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, mendampingi Hamengkubuwana X sebagai gubernur.[1]
Banyak yang mengatakan bahwa KPH/Pangeran Ambarkusumo yang dinobatkan menjadi Paku Alam IX, bukanlah sosok yang tepat untuk mewarisi tahta Pakualam dan masyarakat Yogyakarta pada umumnya masih banyak yang belum mengenal sosoknya. Selain Sultan Hamengkubuwono, Pakualam juga memiliki peranan yang penting di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sri Paku Alam IX atau yang sebelumnya dikenal dengan nama B. R. M. H. Ambarkusumo ini merupakan putra tertua dari K.G.P.A.A. Paku Alam VIII dan ibundanya K.R.Ay. Purnamaningrum. Ia menikah dengan teman SMA-nya, Koesoemarini, yang merupakan alumni dari Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada pada tahun 1966.
Mereka kemudian dikaruniai 3 orang putra, yakni:
Putra pertama mereka, Wijoseno Hariyo Bimo menikah dengan Atika Purnomowati, seorang ekonom pula dan dikaruniai dua orang putra. Mereka sekeluarga tinggal di dalam lingkungan istana Pakualaman di Yogyakarta (Suryo S. Negoro).
Kamis (10/5/2012) di Bangsal Kencono Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. KGPAA Pakualam IX mendampingi Raja Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat HB X, mengeluarkan Sabda Tama mengenai KEISTIMEWAAN DIY. Sabda yang dikeluarkan untuk pertamakali sepanjang sejarah Sultan HB X menjadi Raja yang menjelaskan kedudukan DIY sebagai bagian Nusantara yang istimewa dan otonom.
Pada 15 April 2012, GPH Anglingkusumo mendeklarasikan (atau didaulat) [3] menjadi KGPAA Paku Alam IX. Peristiwa ini berlangsung di Pantai Glagah Kulon Progo (secara tradisional kawasan Pantai Glagah termasuk wilayah Kabupaten Adikarto milik Kadipaten Paku Alaman). Pendeklarasian yang dilaksanakan pada acara sedekah laut ini didukung oleh beberapa elemen masyarakat.
Paku Alam IX akhirnya wafat pada tanggal 21 November 2015 pukul 15.10 WIB di ICU RSUP Dr. Sardjito Sleman karena sakit.[2][4]
Gelar kebangsawanan | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Paku Alam VIII |
Penguasa Paku Alam di Yogyakarta 1999–2015 |
Diteruskan oleh: Paku Alam X |
Jabatan politik | ||
Jabatan lowong Terakhir dijabat oleh Paku Alam VIII
|
Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta 2002–2015 |
Jabatan lowong Selanjutnya dijabat oleh Paku Alam X
|