Penyakit | COVID-19 |
---|---|
Galur virus | SARS-CoV-2 |
Lokasi | Guyana |
Kasus pertama | Georgetown, Guyana |
Tanggal kemunculan | 11 Maret 2020 (4 tahun, 8 bulan dan 3 minggu) |
Asal | Wuhan, Hubei, Tiongkok |
Kasus terkonfirmasi | 154[1] (8 Juni 2020) |
Kasus sembuh | 84 |
Kematian | 12 |
Situs web resmi | |
https://www.health.gov.gy |
Pandemi koronavirus 2019–2020 di Guyana pertama kali dikonfirmasi pada tanggal 11 Maret 2020. Kasus pertama terjadi pada seorang wanita berusia 52 tahun yang tiba dari kota New York, Amerika Serikat. Pada hari yang sama, pasien tersebut kemudian meninggal sebagai korban jiwa pertama kasus koronavirus di Guyana.[2]
Pada tanggal 11 Maret 2020, kasus COVID-19 yang pertama ditemukan. Pasien adalah seorang wanita berusia 52 tahun yang tiba dari kota New York pada tanggal 5 Maret. Ia tiba di rumah sakit pada tanggal 10 Maret dengan keluhan kesehatan lain yaitu diabetes dan hipertensi. Sehari kemudian pasien meninggal dunia serta menjadi kasus kematian pertama.[3] Pada tanggal 14 Maret 2020, suami serta kerabat dari pasien kasus pertama juga menunjukkan berbagai gejala yang terkait.[3]
Pada tanggal 18 Maret 2020, Otoritas Penerbangan Sipil Guyana mengumumkan ditutupnya dua bandara yang ditujukan bagi penerbangan internasional selama dua minggu.[4]
Pada tanggal 9 April 2020, Uni Eropa mengumumkan hibah sebesar €8 juta kepada Badan Kesehatan Umum Karibia untuk menangani koronavirus di negara-negara Karibia, yang mana Guyana adalah salah satu anggotanya.[5]
Pada tanggal 12 Mei 2020, diumumkan bahwa virus telah menyebar di tujuh region Guyana, di antaranya Barima-Waini, Pulau Essequibo-Demerara Barat, Demerara-Mahaica, Berbice-Corentyne Timur, Cuyuni-Mazaruni, Takutu Hulu-Essequibo Hulu, dan Demerara-Berbice Hulu.[6]
Pada tanggal 3 Juni 2020, pemerintah mengumumkan diperpanjangnya masa langkah darurat untuk mencegah penyebaran COVID-19 hingga tanggal 17 Juni.[7]