Pandemi COVID-19 di Reunión adalah salah satu bagian dari pandemi penyakit koronavirus 2019 yang sedang berlangsung. Pandemi ini disebabkan oleh SARS-Cov-2. Reunión merupakan salah satu Departemen Prancis yang mengalami pandemi COVID-19 terhitung sejak tanggal 11 Maret 2020.[1] Kematian pertama akibat koronavirus diumumkan pada 20 Mei 2020.[2]
Organisasi Kesehatan Dunia memberikan konfirmasi bahwa koronavirus baru menjadi penyebab penyakit pernapasan pada sekelompok orang di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Konfirmasi diberikan pada tanggal 12 Januari 2020. Konfirmasi ini merupakan tanggapan atas laporan yang masuk ke Organisasi Kesehatan Dunia pada 31 Desember 2019.[3] Bila dibandingkan dengan wabah SARS 2002-2004, tingkat fatalitas kasus COVID-19 jauh lebih rendah.[4] Namun, penularan koronavirus jauh lebih besar dan disertai dengan jumlah kematian yang signifikan.[5] Jacques Billant selaku Prefek Prancis di Réunion, bertugas mengatasi krisis pandemi COVID-19.[6]
Kasus pertama COVID-19 di Reunión telah dikonfirmasi pada 11 Maret 2020.[1] Jumlah kasus yang dikonfirmasi meingkat menjadi 6 kasus pada 14 Maret 2020.[7] Kasus bertambah menjadi 7 kasus pada 15 Maret 2020.[8] Jumlah kasus meningkat kembali menjadi 47 kasus pada 21 Maret 2020.[9] Sehari berikutnya, tepatnya pada 22 Maret, jumlah kasus meningkat pesat menjadi 64 kasus.[10] Mulai 25 Maret dan seterusnya, Kota Saint-Denis mengumumkan penutupan pasar.[11] Sebanyak 224 kasus dikonfirmasi pada 30 Maret.[12] Dalam 24 jam, terdapat 23 kasus tambahan. Kasus ke-247 dikonfirmasi pada 31 Maret 2020 pukul 15.00 waktu setempat.[13]
Kasus ke-281 dikonfirmasi pada 1 April 2020. Berdasarkan laporan ARS, terdapat195 kasus impor, 45 kasus transmisi lokal dan 1 kasus asli. Selain itu, 40 pasien dinyatakan sembuh pada hari yang sama.[14] Kasus ke-308 dikonfirmasi pada 2 April 2020. Berdasarkan laporan ARS, jumlah kasus yang diselidiki sebanyak 267 kasus. Sebanyak 41 masih harus ditemukan dan dikonfirmasi kebenarannya.[15] Kasus ke-321 dikonfirmasi pada 3 April 2020. Mayoritas kasus merupakan kasus impor dengan jumlah kasus minimal 195 kasus. Terdapat 2 pasien dengan perawatan intensif dari 51 orang yang dirawat di rumah sakit. Sebanyak 33 petugas kesehatan tertular penyakit. Infeksi di luar negeri dialami oleh 28 petugas kesehatan.[16] Kasus ke-334 dikonfirmasi pada 4 April 2020. Sebanyak 35 kasus dinyatakan positif. Jumlah ini meningkat 2 lebih banyak dari hari sebelumnya. Selain itu, -kasus dalam perawatan intensif juga bertambah dua menjadi 4 kasus. Subjek kontak dinilai pada nomor 2000.[17] Kasus ke-344 dikonfirmasi pada tanggal 5 April 2020 dan ARS menyelidiki 313 kasus. Dampak pandemi dirsakan oleh populasi yang terdiri dari 10% anak di bawah umur, 47% orang berusia 18 hingga 50 tahun, 29% orang berusia 51 hingga 65 tahun, dan 14% orang berusia di atas 65 tahun.[18]
Pemerintah Reunión memberhentikan semua kegiatan penerbangan dan pelabuhan.[19] Selain itu, semua jenis pertemuan dilarang sehingga restoran dan bar ditutup.[19] Pemerintah juga menutup semua sekolah.[19] Sekolah akan dibuka kembali mulai 18 Mei 2020 dan seterusnya. Namun 13 walikota di wilayah Reunión tetap memberlakukan penutupan.[20] Warga diizinkan untuk melakukan perjalanan asal sifatnya penting, selebihnya warga dilarang untuk meninggalkan rumah.[19] Pemerintah Reunión juga menetapkan pelarangan penjualan minuman beralkohol setelah pukul 17:00 waktu setempat. Pemberlakuan ini dimulai tanggal 1 April 2020 dan seterusnya.[21] Selain itu, semua toko dan supermarket harus menutup usahanya pada pukul 19:00 waktu setempat. Aturan ini diberlakukan mulai 10 April 2020 dan seterusnya. Pembatasan sosial diberhentikan pada 11 Mei 2020 dan kegiatan bisnis dan pantai diizinkan untuk dibuka kembali. Namun, restoran dan bar tidak akan dibuka kembali. Selain itu, tiap orang yang memasuki wilayah Reunión wajib memakai masker serta harus melakukan karantina selama 14 hari.[22]