Penyakit | COVID-19 |
---|---|
Galur virus | SARS-CoV-2 |
Lokasi | Sabah, Malaysia |
Tanggal kemunculan | 12 Maret 2020 (4 tahun, 7 bulan, 3 minggu dan 1 hari) |
Asal | Wuhan, Hubei, Tiongkok |
Kasus terkonfirmasi | 359 |
Kasus dirawat | 7 |
Kasus sembuh | 345 |
Kematian | 7 |
Wilayah terdampak | 20/26 (Positif) 5/26 (Aktif) |
Situs web resmi | |
covid19 |
Koronavirus menjangkit di Sabah, Malaysia pertama kali pada 12 Maret 2020. Sebanyak 359 kasus positif terkonfirmasi dan 7 orang meninggal pada negara bagian tersebut pada 16 Juni 2020.[1]
Seseorang yang merupakan warga distrik Tawau, Sabah dinyatakan positif COVID-19 setelah mengikuti kegiatan jama'ah tabligh di Masjid Sri Petaling Kuala Lumpur yang diselenggarakan pada 27 Februari - 1 Maret 2020. Pasien tersebut kemudian dirawat di Rumah Sakit Tawau.[2] Pasien kedua merupakan laki-laki berusia 42 tahun yang berada di Benoni. Pasien tersebut juga datang pada acara tabligh di Masjid Sri Petaling Kuala Lumpur. Berdasarkan Dinas Kesehatan setempat, pasien tersebut diperiksa di Rumah Sakit Papar kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Queen Elizabeth.[3]
Setelah diumumkannya kasus pertama pada tanggal 12 Maret 2020 di Tawau, Sabah terjadi penimbunan kebutuhan pokok misal beras, minyak goreng, dan sabun. Salah satu seorang kasir mengatakan bahwa banyak orang yang terburu-buru membeli barang kebutuhan di supermarket.[4] Selain itu, penduduk juga sudah melakukan pembelian panik ketika negara bagian lain mengonfirmasi temuan kasus terkonfirmasi COVID-19.[5] Pada distrik Kunak, terjadi pembelian beras yang tidak wajar di supermarket atau kedai. Orang-orang membeli beras dari empat hingga lima tas sekaligus. Pegawai Senior Menteri Perdagangan Dalam Negeri dan Urusan Konsumen Semporna, Arsanti binti Abd. Rasid mendesak konsumen di Kunak dan Semporna untuk tetap tenang karena semua supermarket dan kedai akan terus beroperasi seperti biasa selama periode MCO (Movement Control Order)/ PKP dari 18 hingga 31 Maret. Dia menyarankan pedagang untuk membatasi penjualan mereka ke konsumen, terutama bahan kebutuhan pokok seperti beras sehingga dapat mencukupi kebutuhan semua warga, misalnya, hanya dua karung beras per pelanggan. Sebuah survei Daily Express pada sebuah supermarket pada hari Selasa, 17 Maret 2020 menemukan banyak orang membanjiri tempat tersebut pada pukul sembilan pagi untuk membeli beras, gula, tepung, telur, dan bahan masak lainnya.[6]
Semenjak bulan Januari masker dan penyanitasi tangan di Kota Kinabalu, Sabah mengalami kelangkaan. Toko-toko serbaguna, apotek, dan toko 24 jam kehabisan persediaan akan barang-barang tersebut.[7] Selain langka, harga barang-barang tersebut naik dengan tajam. Petugas dan pemerintah melakukan inspeksi, yang bertujuan untuk memastikan bisnis seperti apotek dan toko tidak mengambil keuntungan dan menaikkan harga masker wajah karena wabah COVID-19.[8]
Sekitar 5.300 imigran ilegal warga Filipina terjebak pada tempat penahanan sementara di Sabah, setelah pemerintah Filipina menolak mereka ke negaranya untuk mengurangi penyebaran wabah. Badan Keamanan Nasional Sabah Sharifah Sitti Saleha Habib Yussof mengatakan bahwa imigran Filipina tersebut tinggal lebih lama di tempat penahanan sementara. Selain itu dia mengucapkan terima kasih kepada pemerintah dan konsulat Republik Indonesia di Sabah karena mau menerima imigran ilegal dari Indonesia sebanyak 322 orang ketika MCO berlaku di Malaysia.[9]