Pembentukan gunung merujuk kepada proses-proses geologis yang mendasari pembentukan gunung-gunung. Proses-proses ini dihubungkan dengan pergerakan kerak Bumi dalam skala besar (lempeng tektonik).[1] Lipatan, patahan, aktifitas vulkanik, intrusi batuan beku, dan metamorfisme dapat menjadi bagian proses orogeni pembentukan gunung.[2] Formasi gunung tidak harus berhubungan dengan struktur geologis yang ditemukan padanya.[3]
Dari abad ke-18 hingga penggantiannya dengan tektonika lempeng pada 1960-an, teori geosinklin digunakan untuk menjelaskan kebanyakan proses pembentukan gunung.[4] Pemahaman ciri bentang alam spesifik dalam konteks yang mendasari proses-proses tektonik dikenal dengan "geomorfologi tektonik", sementara studi proses-proses yang secara geologis muda atau sedang berlangsung dkenal dengan nama "neotektonika".[5][butuh klarifikasi]
The major mountain-building idea that was supported from the 19th century and into the 20th is the geosynclinal theory.