Secara teknis, pendamaian pengganti (bahasa Inggris: substitutionary atonement) merupakan istilah untuk sejumlah model pendamaian atau penebusan dalam Kekristenan yang memandang wafatnya Yesus sebagai suatu substitusi bagi orang-orang lain, pengganti mereka. Hal ini diungkapkan dalam Alkitab melalui ayat-ayat seperti "Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.",1 Pet. 2:24 dan "Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah"1 Pet. 3:18 (meskipun terdapat juga cara-cara lain dalam menafsirkan ayat-ayat semacam ini).[1][2]
Ada pula suatu penggunaan istilah "substitusi" atau "pengganti" yang kurang teknis dalam pembahasan mengenai pendamaian bila digunakan dalam "pengertian bahwa [Yesus, melalui wafat-Nya,] melakukan bagi kita apa yang tidak pernah dapat kita lakukan bagi diri kita sendiri".[3]
Terdapat sejumlah teori berbeda yang tergolong dalam istilah umum "pendamaian pengganti".[4] Beberapa teori yang paling dikenal misalnya teori tebusan dari para Bapa Gereja Perdana; versi demistifikasi teori tebusan dari Gustaf Aulen, disebut Christus Victor; teori pemenuhan dari Anselmus dari Canterbury; dan teori pengganti hukuman dari tradisi Calvinis. Pembaca perlu berhati-hati ketika membaca istilah "pengganti" atau "substitusi", seperti misalnya dalam literatur Patristik, agar tidak mengasumsikan penggunaan model substitusi tertentu sebelum memeriksa dan meneliti konteksnya untuk melihat bagaimana penulisnya menggunakan istilah tersebut.[5][6]
Banyak, meski tidak berarti semua, cabang modern dalam Kekristenan menganut pendamaian pengganti sebagai makna sentral dari kematian Yesus di kayu salib. Akan tetapi cabang-cabang tersebut mengembangkan teori pendamaian atau penebusan yang berbeda. Ortodoks Timur dan Katolik Timur tidak menyertakan pendamaian pengganti dalam doktrin mereka mengenai Salib dan Kebangkitan. Gereja Katolik Roma memasukkannya ke dalam doktrin Pemenuhan yang dikembangkan Thomas Aquinas, yang berakar pada gagasan mengenai penitensi atau silih. Kebanyakan Protestan Evangelikal menafsirkannya terutama dari segi pengganti hukuman.[7]
Banyak Bapa Gereja, termasuk Yustinus Martir, Athanasius, dan Agustinus, menyertakan suatu teori pendamaian pengganti ke dalam tulisan-tulisan mereka. Namun, terdapat perbedaan sampai batas tertentu mengenai interpretasi spesifik seperti apa makna penderitaan tersebut bagi orang-orang berdosa. Terdapat pandangan umum kalau para Bapa Gereja awal, termasuk Athanasius dan Agustinus, mengajarkan bahwa, melalui penderitaan Kristus sebagai ganti posisi umat manusia, Ia memenangkan dan membebaskan umat manusia dari dosa, kematian, dan iblis.[7] Maka, sementara gagasan tentang pendamaian pengganti terdapat dalam hampir semua teori pendamaian, gagasan spesifik mengenai pemenuhan dan pengganti hukuman masing-masingnya merupakan pengembangan di kemudian hari dalam Gereja Katolik Roma dan dalam Calvinisme.[8]