Dalam dinamika fluida, pendangkalan gelombang (bahasa Inggris: shoaling) merupakan efek perubahan tinggi gelombang air ketika ombak merambat pada perairan yang lebih dangkal. Dalam kondisi stasioner, penurunan kelajuan transpor harus disertai dengan kenaikan kerapatan energi supaya fluks energi tetap konstan.[2] Panjang gelombang yang mengalami pendangkalan akan berkurang, sementara frekuensinya akan tetap konstan.
Pada perairan yang dangkal dan memiliki kontur paralel, gelombang yang tidak pecah akan meningkat tingginya ketika memasuki perairan yang lebih dangkal.[3] Hal ini terjadi pada gelombang tsunami yang bertambah tinggi ketika mendekati garis pantai.
Gelombang yang mendekati wilayah pesisir mengalami perubahan tinggi melalui beberapa efek yang berbeda. Beberapa proses penting gelombang antara lain refraksi, difraksi, refleksi, gelombang pecah, interaksi gelombang–arus, gesekan, pertumbuhan gelombang akibat angin, dan pendangkalan gelombang. Pendangkalan gelombang adalah perubahan ketinggian gelombang yang hanya dipengaruhi oleh perubahan kedalaman – tanpa perubahan arah rambat gelombang dan disipasi. Tinggi gelombang pada lokasi tertentu dapat dinyatakan dengan rumus:[4][5]
dengan adalah koefisien pendangkalan dan adalah tinggi gelombang di perairan dalam. Koefisien pendangkalan bergantung pada kedalaman air lokal dan frekuensi gelombang (dapat dicari menggunakan rumus ). Perairan dalam merupakan kondisi ketika dasar perairan tidak terlalu mempengaruhi gelombang. Kondisi ini terjadi ketika kedalaman lebih besar daripada sekitar setengah panjang gelombang di laut dalam