| ||||||||||||||||||||||||||
Pengepungan Brussel berlangsung dari Januari hingga Februari 1746 selama Perang Penerus Austria. Pasukan Prancis di bawah komando Maurice de Saxe melancarkan kampanye militer musim dingin yang berani dan inovatif dengan mengepung dan merebut kota Brussel, yang saat itu merupakan ibu kota Belanda Austria.[2]
Prancis terdorong oleh fakta bahwa banyak pasukan sekutu yang terpaksa kembali ke Britania karena pemberontakan Jakobit 1745 telah meletus dan Bonnie Prince Charlie telah memenangkan Pertempuran Prestonpans. Akibatnya, sangat sedikit pasukan yang tersisa untuk melawan Prancis.[3] Setelah Prancis menembus tembok kota Brussel, pasukan Austria terpaksa menyerah pada 22 Februari dan pengepungan berakhir hanya dalam waktu tiga minggu.
Gubernur Belanda Austria Count Kaunitz terpaksa memindahkan administrasinya ke kota Antwerpen di utara. Pengepungan ini membuatnya tidak mempercayai sekutunya Kerajaan Britania Raya dan Republik Belanda karena ia menganggap mereka tidak melakukan apa-apa untuk melindungi Brussel dari Prancis. Satu dasawarsa kemudian Kaunitz akan menjadi salah satu pemrakarsa Aliansi Prancis-Austria yang membuat Austria menghentikan persekutuannya dengan Britania.
Setelah merebut Brussel, Prancis mengambil kota-kota dan benteng-benteng penting lain di Belanda Austria, termasuk Mons dan Namur. Brussel diduduki Prancis hingga kota ini dikembalikan berdasarkan Traktat Aix-la-Chapelle tahun 1748 bersamaan dengan wilayah Belanda Austria lainnya, walaupun pasukan Prancis baru meninggalkan kota pada Januari 1749.[4]