Penyakit infeksi baru (bahasa Inggris: emerging infectious disease, disingkat EID) adalah penyakit infeksi yang insidennya telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir dan dapat terus meningkat dalam waktu dekat.[2][3] Beberapa penyakit dengan kemampuan transmisi yang efisien di antara manusia dapat menjadi perhatian kesehatan masyarakat dan kesehatan global karena berpotensi menjadi penyebab epidemi atau pandemi.[4] Keberadaan mereka berdampak pada sektor ekonomi, sosial, serta kesehatan.[5] EID telah meningkat secara stabil setidaknya sejak tahun 1940.[6] Untuk setiap dekade sejak 1940, telah terjadi peningkatan yang konsisten dalam jumlah kasus EID yang zoonosis terkait satwa liar. Aktivitas manusia merupakan pendorong utama peningkatan ini, dengan hilangnya keanekaragaman hayati sebagai mekanisme utama.[7]
Penyakit infeksi baru menyumbang setidaknya 12% dari semua patogen manusia.[8] EID dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang baru diidentifikasi, termasuk spesies atau galur virus baru (misalnya koronavirus baru dan HIV).[9] Sejumlah EID lain mungkin berasal dari patogen yang telah diketahui dan kemudian berevolusi (misalnya influenza) atau menyebar ke populasi baru (misalnya demam Nil Barat) atau ke area yang mengalami transformasi ekologis (misalnya penyakit Lyme).[10] Ada pula penyakit infeksi yang muncul kembali, seperti tuberkulosis (karena resistan terhadap obat) dan campak.[11] Infeksi nosokomial (yang diperoleh di rumah sakit), seperti Staphylococcus aureus yang resisten terhadap metisilin muncul di rumah sakit dan sangat bermasalah karena mereka kebal terhadap banyak antibiotika.[12] Hal yang menjadi perhatian adalah interaksi sinergis yang merugikan antara EID dengan penyakit-penyakit lainnya, baik menular maupun tidak menular, yang mengarah pada berkembangnya sindemik baru.
Banyak EID bersifat zoonotik.[4] Hewan berperan sebagai reservoir dan kemudian penyakit tersebut sesekali berpindah ke populasi manusia.[13] Sebagai contoh, sebagian besar virus yang baru muncul bersifat zoonosis, sedangkan virus-virus lainnya mungkin telah beredar lama dalam suatu spesies tanpa dikenali, seperti yang terjadi pada virus hepatitis C.[14]
Salah satu cara untuk mengelompokkan penyakit infeksi baru yaitu berdasarkan waktu dan bagaimana manusia terlibat dalam kemunculannya:[15]
Penyakit infeksi yang baru muncul — penyakit yang sebelumnya tidak ada pada manusia, seperti HIV/AIDS.
Penyakit infeksi yang muncul kembali — penyakit yang telah menyebar ke wilayah baru atau penyakit yang tidak lagi dapat dikendalikan oleh terapi sebelumnya, misalnya Staphylococcus aureus yang resistan terhadap metisilin (MRSA).
Penyakit infeksi baru yang sengaja dimunculkan — penyakit yang diciptakan oleh manusia untuk bioterorisme.\
Penyakit infeksi baru yang muncul secara tidak sengaja — penyakit yang diciptakan atau disebarkan secara tidak sengaja oleh manusia, seperti virus polio yang berasal dari vaksin.
Mengubah kerentanan manusia; misalnya luluh imun massal oleh HIV/AIDS
Iklim dan cuaca; misalnya penyakit dengan vektor zoonotik seperti virus nil barat (ditularkan oleh nyamuk) yang bergerak menjauh dari daerah tropis saat iklim menghangat
Penggunaan pestisida sembarangan pada industri pertanian yang mengurangi atau menghilangkan pengendali biologis (misalnya capung, amfibi, burung pemakan serangga, laba-laba) untuk vektor penyakit yang diketahui (misalnya nyamuk dan caplak).