Penyakit kemakmuran

Penyakit kemakmuran atau penyakit orang kaya (bahasa Inggris: diseases of affluence) adalah sebuah istilah yang terkadang diberikan untuk penyakit-penyakit dan kondisi kesehatan lain yang umumnya dianggap sebagai akibat dari peningkatan kekayaan di masyarakat.[1] Selain juga disebut sebagai paradigma "penyakit Barat", penyakit-penyakit tersebut berseberangan dengan apa yang disebut "penyakit orang miskin", yang hanya dihasilkan dari dan berkontribusi pada kemiskinan orang. Penyakit kemakmuran meningkat dalam prevalensinya sejak akhir Perang Dunia II.

Contoh penyakit kemakmuran meliputi penyakit tidak menular yang sangat kronis dan kondisi kesehatan fisik lainnya dari gaya hidup pribadi dan kondisi masyarakat berkaitan dengan pengembangan ekonomi yang diyakini menjadi faktor risiko penting — seperti diabetes tipe 2, asma, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskular, penyakit vaskular periferal, obesitas, hipertensi, kanker, alkoholisme, pirai, dan beberapa jenis alergi.[1][2] Penyakit-penyakit tersebut juga dapat dianggap meliputi depresi dan kondisi penyakit mental lainnya berkaitan dengan peningkatan isolasi sosial dan tingkat rendah dari keadaan psikologi yang teramati di banyak negara maju.[3] Kebanyakan kondisi tersebut saling berkaitan, contohnya obesitas yang dianggap menjadi penyebab dari banyak penyakit lainnya.[4]

Sebaliknya, penyakit orang miskin kebanyakan adalah penyakit menular, atau akibat kondisi hidup orang miskin. Penyakit-penyakit tersebut meliputi tuberkulosis, malaria, dan penyakit intestinal.[5] Riset menemukan bahwa penyakit yang dianggap sebagai penyakit kemakmuran juga tampak pada sebagian besar orang miskin. Penyakit tersebut meliputi obesitas dan penyakit kardiovaskular dan, bersamaan dengan penyakit menular, makin meningkatkan ketidaksetaraan kesehatan global.[1]

Penyakit kemakmuran mulai sering muncul di negara berkembang ketika penyakit orang miskin menurun, peningkatan harapan hidup, dan perubahan gaya hidup.[1][2] Pada 2008, nyaris 80% kematian akibat penyakit tidak menular yang meliputi penyakit jantung, stroke, penyakit paru-paru kronis, kanker dan diabetes muncul di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.[6]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d Ezzati M, Vander Hoorn S, Lawes CM, Leach R, James WP, Lopez AD, Rodgers A, Murray CJ (2005). "Rethinking the "diseases of affluence" paradigm: global patterns of nutritional risks in relation to economic development". PLOS Medicine. 2 (5): e133. doi:10.1371/journal.pmed.0020133. PMC 1088287alt=Dapat diakses gratis. PMID 15916467. 
  2. ^ a b "Rethinking "diseases of affluence" (PDF). Geneva: World Health Organization. 2005. 
  3. ^ Luthar SS (2003). "The culture of affluence: psychological costs of material wealth". Child Development. 74 (6): 1581–93. doi:10.1046/j.1467-8624.2003.00625.x. PMC 1950124alt=Dapat diakses gratis. PMID 14669883. 
  4. ^ "The Health Effects of Overweight and Obesity | Healthy Weight, Nutrition, and Physical Activity | CDC". www.cdc.gov (dalam bahasa Inggris). 2020-09-17. Diakses tanggal 2021-01-19. 
  5. ^ Singh AR, Singh SA (January 2008). "Diseases of poverty and lifestyle, well-being and human development". Mens Sana Monographs. 6 (1): 187–225. doi:10.4103/0973-1229.40567. PMC 3190550alt=Dapat diakses gratis. PMID 22013359. 
  6. ^ World Health Organization. New WHO report: deaths from noncommunicable diseases on the rise, with developing world hit hardest. Geneva, 27 April 2011.

Bacaan tambahan

[sunting | sunting sumber]