Perempuan dalam Pasungan | |
---|---|
Sutradara | Ismail Soebardjo |
Produser | Hendrick Gozali |
Ditulis oleh | Ismail Soebardjo |
Pemeran | Nungki Kusumastuti Frans Tumbuan D. Djajakusuma Rini S. Bono Dorman Borisman Sjaiful Anwar |
Penata musik | Franki Raden |
Sinematografer | Tantra Suryadi |
Distributor | Garuda Film |
Tanggal rilis | 1980 |
Durasi | 95 menit |
Negara | Indonesia |
Penghargaan |
---|
Festival Film Indonesia 1981 |
|
Perempuan dalam Pasungan (internasional: Shackled Woman) adalah sebuah film drama Indonesia yang dirilis pada tahun 1980 dan disutradarai oleh Ismail Soebardjo. Film ini dibintangi antara lain oleh Nungki Kusumastuti, Frans Tumbuan, dan Rini S. Bono. Film ini memenangkan penghargaan Piala Citra sebagai Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 1981. Film ini juga memenangkan beberapa Piala Citra lainnya untuk beberapa kategori yang lain dalam tahun yang sama.
Film ini tercatat sebagai film layar lebar pertama yang menggambarkan tradisi suku Jawa kuno yang akan memasung orang yang dianggap mengalami gangguan kejiwaan, walaupun orang tersebut adalah anggota keluarga mereka sendiri. Tradisi pasungan ini sendiri telah dilarang untuk dijalankan di Indonesia sejak tahun 1976.
Selain cukup terkenal di sejarah perfilman Indonesia, film Perempuan Dalam Pasungan juga mendapat sambutan di Festival Fim Berlin tahun 1981 sebagai salah satu film yang dibawa oleh kontingen Indonesia dan mendapat special acknowledgement sebagai film dengan konten budaya tradisional. Pengakuan tersebut menjadikan film Perempuan Dalam Pasungan sebagai salah satu film Indonesia yang pernah dibeli oleh produser pemenang piala Oscar berkebangsaan Jerman bernama (Manfred Durniok) untuk direlease di Eropa. Film ini kembali terpilih sebagai film pilihan untuk diputar di Australia pada tahun 2010 dalam acara Festival Film Indonesia di Melbourne dan Sidney, Victoria.
Film ini mengisahkan tentang Fitria (Nungki Kusumastuti), simbol dari perempuan Indonesia yang rupawan, halus tutur kata, rendah hati, sederhana dan khususnya sangat fleksibel dalam semua hal. Dia selalu menuruti apa perkataaan orang tua dan suaminya (Frans Tumbuan). Dari sinilah semua masalah timbul dan tertuang dalam film ini.
Penghargaan dan prestasi | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Perawan Desa (1980) |
Film Bioskop Terbaik (Festival Film Indonesia) 1981 |
Diteruskan oleh: Serangan Fajar (1982) |