Permanen objek adalah pemahaman bahwa objek terus ada bahkan ketika mereka tidak dapat dirasakan (dilihat, didengar, disentuh, dibaui atau dirasakan dengan cara apa pun). Ini adalah konsep dasar yang dipelajari dalam bidang psikologi perkembangan, bidang psikologi yang membahas perkembangan kapasitas sosial dan mental anak-anak. Belum ada konsensus ilmiah tentang kapan pemahaman objek permanen muncul dalam perkembangan manusia.
Menurut pandangan ini, melalui menyentuh dan menangani objek-objek itulah bayi mengembangkan permanen objek.[1]
Psikolog perkembangan Jean Piaget melakukan eksperimen dengan mengumpulkan tes perilaku pada bayi. Piaget mempelajari permanen objek dengan mengamati reaksi bayi ketika benda atau mainan favorit disajikan dan kemudian ditutupi dengan selimut atau dikeluarkan dari pandangan. Permanen objek dianggap sebagai salah satu metode paling awal untuk mengevaluasi memori kerja.[2] Seorang bayi yang sudah mulai mengembangkan objek permanen mungkin meraih mainan atau mencoba mengambil selimut dari mainan. Bayi yang belum berkembang ini mungkin tampak bingung.[3] Piaget menafsirkan tanda-tanda perilaku ini sebagai bukti keyakinan bahwa objek itu sudah tidak ada lagi. Reaksi sebagian besar bayi yang sudah mulai mengembangkan permanen objek adalah frustrasi karena mereka tahu itu ada, tetapi tidak tahu di mana itu. Namun, reaksi bayi yang belum mulai mengembangkan permanen objek lebih disadari. Jika seorang bayi mencari objek, diasumsikan bahwa mereka percaya benda itu terus ada.[4]
Dalam perumusan Piaget, ada enam tahap permanen objek.[6] Antara lain:
0–1 bulan: Tahap skema refleks – Bayi belajar bagaimana tubuh dapat bergerak dan bekerja. Penglihatan kabur dan rentang perhatian tetap pendek melalui bayi. Mereka tidak terlalu menyadari objek untuk mengetahui bahwa mereka telah menghilang dari pandangan. Namun, bayi berumur tujuh menit lebih suka melihat wajah. Tiga pencapaian utama dari tahap ini adalah: mengisap, pelacakan visual, dan penutupan tangan.[7]
1–4 bulan: Reaksi sirkular primer – Bayi memperhatikan objek dan mulai mengikuti gerakan mereka. Mereka terus mencari di mana objek itu berada, tetapi hanya untuk beberapa saat. Mereka 'menemukan' mata, lengan, tangan, dan kaki mereka saat bertindak atas benda. Tahap ini ditandai oleh respons terhadap gambar dan suara yang sudah dikenal (termasuk wajah orang tua) dan respons antisipatif terhadap peristiwa yang sudah dikenal (seperti membuka mulut untuk sendok). Tindakan bayi menjadi kurang refleksif dan intensionalitas muncul.[7]
4–8 bulan: Reaksi sirkular sekunder – Bayi akan meraih benda yang tersembunyi sebagian, menunjukkan pengetahuan bahwa seluruh benda itu masih ada. Namun, jika suatu objek sepenuhnya tersembunyi, bayi itu tidak berusaha mengambilnya. Bayi itu belajar mengoordinasikan visi dan pemahaman. Tindakan memang disengaja, tetapi anak cenderung mengulangi tindakan yang sama pada objek yang sama. Perilaku baru belum ditiru.[7]
^Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama Santrock
^Kitajima, Yoshio; Kumoi, Miyoshi; Koike, Toshihide (1998). "Developmental changes of anticipatory heart rate responses in human infants". Japanese Journal of Physiological Psychology and Psychophysiology. 16 (2): 93–100. doi:10.5674/jjppp1983.16.93. ProQuest619539004.
^Piaget, Jean (1977). Gruber, Howard E.; Vonèche, J. Jacques., ed. The essential Piaget. London: Routledge and K. Paul. ISBN978-0710087782. OCLC3813049.
^ abcAnderson, John E. (1955). "Review of The construction of reality in the child". Psychological Bulletin. 52 (6): 526–8. doi:10.1037/h0039645.