Perunggit | |||||
---|---|---|---|---|---|
Sultan Deli | |||||
Berkuasa | 1641-1700 | ||||
Pendahulu | Tuanku Panglima Gocah Pahlawan | ||||
Penerus | Tuanku Panglima Paderap | ||||
| |||||
Ayah | Tuanku Panglima Gocah Pahlawan | ||||
Ibu | Putri Nang Bulan beru Surbakti | ||||
Agama | Sunni Islam |
Tuanku Panglima Perunggit, bergelar Kejuruan Padang,[1] adalah penguasa Kesultanan Deli yang kedua.[2][3] Ia menggantikan kekuasaan ayahnya, Tuanku Panglima Gocah Pahlawan,[4] yang merupakan walinegara bagi Kesultanan Aceh[3] untuk memerintah di bekas Kerajaan Aru yang telah ditaklukkan.[4] Ibunya adalah Putri Nang Bulan beru Surbakti, adik perempuan datuk Sunggal (Karo: raja urung), Datuk Itam Surbakti, salah seorang penguasa kaum Karo di Deli Tua.[5]
Seiring dengan melemahnya pengaruh Kesultanan Aceh di berbagai wilayah di Sumatra, Perunggit juga mengambil kesempatan untuk membuat Deli menjadi merdeka.[3][6] Ia mula-mula menggalang dukungan dari VOC Belanda di Malaka, dan pada tahun 1667 mengirim utusan langsung ke Batavia.[6] Pada tahun 1669, Perunggit mengumumkan bahwa Deli adalah merdeka dari kekuasaan Aceh.[3][6]
Perunggit menikah dengan adik raja urung Sukapiring.[4] Setelah ia wafat, kekuasaannya diteruskan oleh anaknya, Tuanku Panglima Paderap.[2][4]
Didahului oleh Tuanku Gocah Pahlawan |
Panglima Deli 1641-1700 |
Dilanjutkan oleh Tuanku Panglima Paderap |