Perut dan Para Anggota Tubuh adalah salah satu Fabel Aesop dan bernomor 130 dalam Perry Index. Kisah tersebut telah ditafsirkan dalam berbagai konteks politik selama berabad-abad.
Terdapat beberapa versi dari fabel tersebut, Dalam sumber-sumber Yunani awal, kisah tersebut mengisahkan soal pertikaian antara perut dan kaki, atau antara perut dengan tangan dan kaki pada versi-versi Latin pada masa berikutnya. Pertikaian timbul karena perut mendapatkan semua makanannya, menolak untuk memberikan makanan kepada mereka. Cerita berakhir saat mereka menyadari bahwa mereka saling bergantung. Dalam versi Abad Pertengahan, bagian anggota tubuh lainnya malah menjemput ajalnya, dan kemudian ilustrasi nyaris secara monoton menggambarkan orang terpotong-potong di tanah.[1] Pemahaman saat ini menyatakan bahwa moral cerita tersebut mendukung upaya berkelompok dan pengakuan atas bagian vital yang dimainkan setiap anggotanya. Namun, pada masa-masa otoritarian, fabel tersebut dipakai untuk menegaskan pengarahan dari pusat.
Fabel-fabel Timur awal memiliki kisah serupa.[2] Kisah terkenalnya adalah sebuah kisah dari sisa-sisa papirus Mesir yang berasal dari milenium ke-2 SM yang masuk genre syair debat Timur Dekat; dalam kasus ini, pertikaian antara Perut dan Kepala.[3] Ini adalah salah satu contoh pertama yang diketahui dari kiasan politik tubuh.[4]
Terdapat sebuah pemakaian skriptural dari konsep kerjasama antar berbagai bagian tubuh oleh Paulus dari Tarsus, yang dididik dalam pemikiran Ibrani sekaligus Yunani. Dalam Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Korintus, ia menyingkirkan penerapan politik dari fabel tersebut dan memberikannya konteks spiritual dari tubuh Kristus. Kiasan tersebut dipakai untuk menyatakan bahwa tubuh mewakili keberagaman taletan yang bekerjasama secara bersamaan. Meskipun masih ada hierarki di dalamnya, semuanya memiliki nilai yang setara untuk bagian yang mereka mainkan: