Rabwah

Rabwah
ربوہ
Kota
Chenab Nagar
Negara Pakistan
ProvinsiPunjab
DistrikDistrik Chiniot
Didirikan20 September 1948[1]
PendiriMirza Bashir-ud-Din Mahmood Ahmad
Luas
 • Total24 km2 (9 sq mi)
Ketinggian
300 m (1,000 ft)
Populasi
 (2003[2])
 • Total70.000
 • Kepadatan2.300/km2 (6,000/sq mi)
Zona waktuUTC+5 (PST)
 • Musim panas (DST)UTC+6 (PDT)
Kodepos
35460
Kode area telepon047
Situs webhttp://www.rabwah.net

Rabwah (Bahasa Urdu dan Bahasa Punjab: ربوہ), atau secara resmi Chenab Nagar (Bahasa Urdu: چناب نگر), adalah sebuah kota di Distrik Chiniot, Provinsi Punjab, Pakistan. Kota ini terletak di tepi Sungai Chenab, berdekatan dengan kota Chiniot yang bersejarah. Rabwah, sejak tanggal 20 September 1948, menjadi pusat dari Jamaah Muslim Ahmadiyah, sejak jamaah tersebut memindahkan pusatnya dari Qadian, India ke Pakistan, mengikuti pendirian Pakistan pada tahun 1947. Mayoritas penduduk kota ini adalah anggota dari Jamaah Muslim Ahmadiyah yang pindah ke Pakistan karena pemisahan India dan memulai kehidupan baru di Rabwah.[3] Jamaah Muslim Ahmadiyah menyewa wilayah yang sekarang menjadi Rabwah dari pemerintah Pakistan untuk pusat Ahmadiyah.[4]

Masjid Yadgari, masjid pertama di Rabwah, dimana shalat berjamaah pertama kali didirikan di kota ini.

Melalui sudut pandang bersejarah, tanah dimana kota ini berdiri adalah tanah yang sama dimana Muhammad Bin Qasim, setelah menaklukan Sindh dan Multan, menyeberangi sungai Chenab dan bergerak menuju Kashmir. Di daerah tersebut, Orang Arab bertempur melawan Raja Hindu dari "Chandrod" (kemungkinan nama dahulu dari Chiniot) dan menguasai daerah tersebut. Lebih dari 100 prajurit Arab meninggal dalam pertempuran tersebut dan sebuah "Pekuburan Martir" masih ada di Chiniot sampai sekarang.[5]

Sebelum Rabwah berdiri, daerah tersebut adalah daerah tandus dan dikenal sebagai "Chak Digiyaan". Kemudian tanah tersebut dibeli oleh Jamaah Muslim Ahmadiyah, tanah seluas 1034 hektare itu pada awalnya disewakan dari pemerintah Pakistan seharga 12000 Rupee Pakistan.[6] Penyewaan disetujui pada tanggal 11 Juni 1948.[7] Kemudian dibangunlah kota diatas tanah tersebut, kota tersebut dinamai "Rabwah" oleh khalifah Ahmadiyah pada saat itu, Mirza Bashir-ud-Din Mahmood Ahmad.[8] Kata Rabwah berasal dari bahasa Arab (kata ini juga muncul di dalam Quran), yang berarti "sebuah tempat yang ditinggikan". Peresmian formal untuk kota ini berlangsung pada tanggal 20 September 1948, setelah doa dan pemotongan kurban 5 kambing pada setiap ujung dan bagian tengah area tersebut.[9] Upacara tersebut dihadiri oleh 619 orang.[10] Tempat dimana Mirza Bashir-ud-Din mengimami shalat pertama menjadi masjid pertama di Rabwah, nama masjid tersebut adalah Masjid Yadgari (yang berarti secara harfiah artinya Peringatan). Tempat-tempat tinggal pertama hanyalah tenda-tenda, yang kemudian digantikan dengan bangunan-bangunan yang terbuat dari tanah liat. Bangunan pertama yang dibangun dengan semen adalah Masjid Mubarak. Khalifah kedua Jamaah Muslim Ahmadiyah, Mirza Bashir-ud-Din Mahmood Ahmad pindah ke Rabwah pada tanggal 19 Sep 1949. Pada saat itu penduduk Rabwah meningkat hingga 1000 jiwa. Jalsah Salanah pertama di Rabwah berlangsung dari tanggal 15-17 April 1949. 17000 orang menghadiri Jalsah tersebut. Listrik masuk ke kota ini pada tahun 1954.[11]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Tareekh e Ahmadiyyat, Volume 11, Page 429,430
  2. ^ Pakistan Population Census Organization (1998)
  3. ^ Pakistan Migration
  4. ^ Ahmadiyya in Rabwah
  5. ^ Muhammad Bin Qasim Pakistan Men by Doctor Abdul Hameed Khan M.A. Ph.D Royal Pakistan Navy, page 21,22
  6. ^ Tareekh-e-Ahmadiyyat, Volume 11, Page 410. Edition 2007. Published by Nazarat Nashro Ishaat, Qadian, India. ISBN 181-7912-118-6
  7. ^ Silsila Ahmadiyya by Dr Mirza Sultan Ahmad volume 2 edition 2008 page no 236
  8. ^ Name Rabwah
  9. ^ Tareekh-e-Ahmadiyyat, Volume 11, Page 429-435. Edition 2007. Published by Nazarat Nashro Ishaat, Qadian, India. ISBN 181-7912-118-6
  10. ^ Silsila Ahmadiyya by Dr Mirza Sultan Ahmad volume 2 edition 2008 page no 242
  11. ^ Silsila Ahmadiyya by Dr Mirza Sultan Ahmad volume 2 edition 2008 page no 244-248