Ravi Zacharias | |
---|---|
Lahir | Chennai, Kepresidenan Madras, India Britania | 26 Maret 1946
Meninggal | 19 Mei 2020 Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. | (umur 74)
Tempat tinggal | Atlanta, Georgia, Amerika Serikat |
Kewarganegaraan | Kanada Amerika Serikat |
Pekerjaan | Apologis Kristen, Pendiri dan Presiden Direktur "Ravi Zacharias International Ministries" |
Latar belakang akademis | |
Alma mater | Trinity International University |
Karya akademis | |
Era | Filsafat abad ke-21 |
Aliran | Filsafat Kristen |
Minat utama | Filsafat agama, Apologetika Kristen, Pandangan dunia |
Pemikiran penting | Four Criteria for a Coherent Worldview |
Situs web | http://www.rzim.org |
Frederick Antony Ravi Kumar Zacharias (26 Maret 1946 – 19 Mei 2020) adalah seorang apologis Kristen berkebangsaan Kanada-Amerika Serikat kelahiran India. Ia merupakan seorang pembela evangelikalisme tradisional,[1][2][3] Zacharias adalah pengarang banyak buku Kristen, termasuk pemenang Gold Medallion Book Award Can Man Live Without God? ("Dapatkah Manusia Hidup Tanpa Allah?")[4] dan buku paling laku Light in the Shadow of Jihad ("Terang dalam Bayang-bayang Jihad")[5] dan The Grand Weaver ("Sang Pemintal Agung").[6] Ia merupakan pendiri dan sekaligus presiden direktur yayasan "Ravi Zacharias International Ministries", pembawa acara program radio Let My People Think ("Biarkan Umatku Berpikir") dan Just Thinking ("Hanya Berpikir"), serta profesor tamu pada Wycliffe Hall di Oxford, di mana ia mengajar apologetika dan evangelisme.[7] Zacharias belajar sebagai mahasiswa tamu pada Cambridge University dan menduduki jabatan dalam bidang "Evangelism and Contemporary Thought" pada Alliance Theological Seminary dari tahun 1981 sampai 1984.[8] Komentator Chuck Colson menyebut Zacharias sebagai "apologis agung pada zaman kita."[9]
Zacharias dilahirkan di Madras, India. Zacharias mengatakan dirinya adalah keturunan seorang perempuan dari kasta Nambudiri Brahmin dan Boatman.[10] Misionaris Swiss-Jerman berbicara dengan salah satu leluhurnya mengenai Kekristenan dan keluarganya masuk Kristen. Zacharias tumbuh dalam keluarga penganut Anglikan[10] dan merupakan seorang ateis sampai usia 17 tahun, ketika ia gagal bunuh diri dengan minum racun. Pada saat ia dirawat di rumah sakit, seorang pekerja Kristen dari Youth for Christ bernama Fred David membawakannya sejilid Alkitab dan mengatakan kepada ibunya untuk membacakan dari Yohanes 14. Zacharias berkata bahwa ayat Yohanes 14:19 begitu menyentuhnya dan membuatnya menyerahkan hidupnya kepada Kristus.[10] Pada tahun 1966, Zacharias dan keluarganya berimigrasi ke Kanada, dan meraih gelar sarjana dari Ontario Bible College pada tahun 1972 (sekarang Tyndale University College & Seminary) serta gelar M. Div. dari Trinity International University.
Zacharias diundang untuk melewatkan musim panas pada tahun 1971 di Vietnam, tempat ia mengabarkan Injil kepada tentara-tentara Amerika Serikat, dan para tawanan perang dan Viet Cong.[10] Setelah lulus dari Ontario Bible College, ia mulai pelayanan itineran pada Christian and Missionary Alliance di Kanada.[10] Pada tahun 1974 C&MA mengutusnya ke Kamboja, tempat ia hanya sempat memberitakan Injil sebentar sebelum negara itu jatuh ke tangan Khmer Merah.[10] Pada tahun 1977, setelah lulus dari Trinity, Zacharias diutus untuk berbicara di seluruh dunia.[10]
Pada bulan Mei 1972, Zacharias menikah dengan Margaret "Margie" Reynolds, yang dijumpainya di pertemuan muda mudi gerejanya.[10] Mereka dikaruniai tiga anak: Sarah, Naomi, dan Nathan.
Pada Maret 2020, Zacharias didiagnosis menderita kanker ganas dan langka di tulang belakangnya.[11] Sarah Zacharias Davis, putri Zacharias dan CEO Ravi Zacharias International Ministries (RZIM) mengumumkan Zacharias akan kembali ke rumahnya di Atlanta, Georgia untuk "kapan pun Tuhan mengambil." Sejumlah orang Kristen terkemuka mengirim obrolan daring yang merinci pengaruh Zacharias pada mereka.[12] Zacharias meninggal di rumahnya di Atlanta pada 19 Mei 2020 di usia 74 tahun.[13]
Zacharias menyatakan bahwa suatu pandangan duniawi yang koheren harus dapat menjawab empat pertanyaan secara memuaskan, yaitu asal mula segala sesuatu (Primum movens), makna hidup, moralitas dan nasib akhir. Ia mengatakan bahwa meskipun semua agama besar membuat klaim ekslusif mengenai kebenaran, iman Kristen itu unik karena mampu menjawab keempat pertanyaan tersebut.[14]
Zacharias telah menulis banyak buku, di antaranya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Berikut ini adalah buku-buku yang telah ia tulis: