Artikel ini sudah memiliki daftar referensi, bacaan terkait, atau pranala luar, tetapi sumbernya belum jelas karena belum menyertakan kutipan pada kalimat. |
Roti ganjel rel | |
---|---|
Nama lain | Roti gambang |
Tempat asal | Indonesia |
Daerah | Semarang Jawa Tengah |
Sunting kotak info • L • B |
Roti ganjel rel atau roti gambang (Hanacaraka: ꦫꦺꦴꦠꦶꦒꦚ꧀ꦗꦼꦭ꧀ꦫꦺꦭ꧀) adalah roti khas Semarang. Meskipun termasuk makanan khas Betawi, roti ini jarang ditemui dan harus blusukan ke pasar tradisional, seperti Pasar Johar. Dengan terbakarnya Pasar Johar (pada Mei 2015 y.l.), roti ini semakin jarang ditemui.[1] Roti ganjel rel kurang dikenal dibandingkan roti lainnya karena teksturnya tidak lembut sehingga agak alot (bantat) dan sulit dikonsumsi. Namun, beberapa produsen kini telah memodifikasi teksturnya agar dapat dinikmati pada zaman modern kini. Tekstur ganjel rel yang agak alot ini menurut para ahli roti sangat baik bagi pencernaan. Roti ini juga dikenal sebagai salah satu oleh-oleh khas Semarang.
Roti ini berbentuk kotak dan berwarna cokelat bertabur wijen, roti ini bercita rasa kayu manis. Teksturnya ulet dan padat dipadu dengan aroma cokelat serta kayu manis yang nendang di lidah. Karena teksturnya yang ulet, memakannya dua potong saja sudah cukup mengenyangkan perut.
Roti ini selalu menjadi rebutan masyarakat Semarang saat perayaan Dugderan, acara pembagian roti di tengah tradisi menjelang Ramadan yang menjadi acara yang dinanti warga. Ribuan warga bahkan rela berdesakan untuk mendapatkan kue tersebut karena dipercaya mampu memperkuat diri ketika menjalankan ibadah puasa.
Roti ini masuk ke dalam daftar 50 roti terbaik dunia versi CNN tahun 2019.[2]
Roti ini merupakan salah satu peninggalan Belanda. Sampai sekarang resep yang digunakan tidak pernah berubah, masih asli dari zaman Belanda dahulu. Nama aslinya adalah roti gambang--karena bentuknya yang mirip dengan alat musik gambang--tetapi masyarakat Semarang lebih mengenalnya dengan nama “ganjel rel”. Disebut ganjel rel karena selain teksturnya yang bantat bentuknya juga seperti ganjel rel (bantalan rel). Rasanya manis karena menggunakan campuran gula aren. Roti ini cocok sekali untuk teman minum teh seperti kebiasaan nonik Belanda, dan karena roti ini padat maka sangat cocok juga untuk menu sarapan.
Roti yang satu ini selalu menjadi incaran bahkan rebutan masyarakat Semarang. Setiap tahun sekitar 8000 potong roti ganjel rel yang dibuat oleh salah satu Takmir Masjid Agung Kauman Semarang dibagikan pada Tradisi Dugderan. Pembagiannya diawali oleh R.M. Tumenggung Aryo Purboningrat yang diperankan oleh Wali Kota Semarang. Tradisi ini diselenggarakan sehari sebelum puasa untuk menyambut datangnya bulan Ramadan. Kue "ganjel rel" adalah simbol tak ada gangguan. Maksudnya dengan memakan kue ini pelaksanaan puasa tidak ada ganjalan sehingga pikiran jernih dan tenang.