Artikel ini membutuhkan penyuntingan lebih lanjut mengenai tata bahasa, gaya penulisan, hubungan antarparagraf, nada penulisan, atau ejaan. |
俄罗斯族 Pусские | |
---|---|
Jumlah populasi | |
Secara resmi, hanya lebih dari 16.000[1] | |
Daerah dengan populasi signifikan | |
Xinjiang, Mongolia Dalam, Heilongjiang dan area lainnya | |
Bahasa | |
Rusia, Tionghoa | |
Agama | |
Ortodoks Timur | |
Kelompok etnik terkait | |
Rusia, Albazin |
Etnik Rusia (bahasa Rusia: Pусские в Китае; Hanzi sederhana: 俄罗斯族; Hanzi tradisional: 俄羅斯族; Pinyin: Éluósīzú) atau Rusia Tiongkok, adalah salah satu dari 56 kelompok etnik yang resmi diakui di Tiongkok.[2] Township Etnik Rusia Enhe adalah satu-satunya township etnik di Tiongkok yang ditunjuk untuk minoritas Rusia Tiongkok. Etnik Rusia sudah ada di Tiongkok selama berabad-abad dan umumnya adalah keturunan orang Rusia yang bermukim di Tiongkok pada abad ke-17. Etnik Rusia di Tiongkok adalah warga negara Tiongkok. Banyak dari mereka adalah keturunan orang Cossack. Saat ini ada lebih dari 16.000 jiwa etnik Rusia di Tiongkok yang menjalani sepanjang hidupnya sebagai warga negara Tiongkok. Pada sensus tahun 1957, ada 9.000 jiwa etnik Rusia. Sensus tahun 1978 mencatat hanya 600 etnik Rusia, tetapi angka itu naik hingga 2.935 pada sensus tahun 1982 dan 13.504 pada sensus tahun 1990.
Generasi pertama orang Rusia membangun Harbin dari awal. Pada tahun 1913, Harbin menjadi koloni Rusia yang mapan untuk pekerjaan konstruksi dan pemeliharaan Kereta Api Tiongkok Timur. Sebuah catatan menunjukan total 68.549 orang, sebagian besar keturunan Rusia dan Tionghoa. Ada total 53 kebangsaan yang berbeda.[3] Kebanyakan populasi Harbin adalah keturunan Rusia dan/atau Eropa. Sebagian besar etnik Rusia dan minoritas Jerman, Ukraina, Yahudi, dan Polandia.
Pada dekade dari 1913 hingga 1923, Rusia terlibat dalam Perang Dunia I, Revolusi Rusia, dan Perang Saudara Rusia. Pada 1920an Harbin dibanjiri dengan 100.000 hingga 200.000 Emigran Kaum Putih yang melarikan diri dari Rusia. Harbin memiliki populasi Rusia terbesar di luar negara Rusia.
Dengan berakhirnya pengaruh Rusia di Harbin, Harbin jatuh ke tangan Tiongkok dan Jepang selama beberapa dekade berikutnya.
Pada 1920, Republik Tiongkok mengumumkan mereka tidak akan lagi mengakui konsulat Rusia di Tiongkok. Pada 23 September, Tiongkok memutuskan hubungan dengan perwakilan dari Kekaisaran Rusia dan mengambil alih hak ekstrateritorial Rusia. Pemerintah Tiongkok mengambil kendali atas institusi di Harbin seperti pengadilan, polisi, penjara, kantor pos, dan beberapa institusi penelitian dan pendidikan.
Dari 1932 hingga 1945, orang Rusia di Harbin mengalami masa-masa sulit di bawah rezim Manchukuo dan pendudukan Manchuria oleh Jepang. Beberapa orang Rusia di Harbin awalnya menerima pendudukan, berharap Jepang membantu mereka berjuang melawan Uni Soviet dan melindungi mereka dari Tiongkok, yang berusaha mati-matian mengembalikan kedaulatannya atas Harbin.
Selama abad ke-17, Kekaisaran Rusia melancarkan beberapa aksi militer melawan Kekaisaran Qing. Pada 1644, tentara Rusia dikalahkan oleh tentara Qing, dan beberapa tawanan bersatu dengan Delapan Panji. Selama Pertempuran Yagsi, hampir 100 orang Rusia menyerahkan diri pada pemerintahan Qing, dan Kaisar Kangxi mengizinkan mereka untuk bergabung dengan Panji Kuning Perbatasan. Keturunan mereka masih ada hingga saat ini dan dikenal sebagai orang Albazin. Dari 1860 hingga 1884, banyak orang Rusia datang ke Hulun Buir untuk mencari emas, dan pada 1900, pasukan Rusia memasuki Tiongkok, dan menghancurkan beberapa penjagaan. Pada 1907 sudah ada 1.000 rumah tangga pemukim Rusia di Panji Kanan Ergun.[4]
Imigran Rusia paling awal yang datang ke Xinjiang adalah Kerjak (кержаки dalam Rusia, Pemercaya Lama), yang ditindas di bawah rezim Pyotr Agung karena menolak pindah ke agama Gereja Ortodoks Rusia. Mereka mengirim empat utusan untuk bernegosiasi dengan kepala suku Kazakh, Kala Usman dan diizinkan untuk bermukim di Burqin. Setelah beberapa tahun, mereka juga memulai beberapa permukiman di Kanas, Chuguchak, dan Ili. Pada 1861, 160 orang Kerjak masuk ke area Lop Nur untuk bermukim.
Hampir semua Kerjak adalah pemeluk Kristen yang taat; mereka jarang berkomunikasi dengan kelompok lain. Berdasarkan sensus tahun 1943, ada 1.200 orang Kerjak di Bulqin dan Kaba. Banyak yang pindah ke Australia setelah berdirinya Republik Rakyat Tiongkok.[5]
Pada 1851, Perjanjian Kulja dibentuk dan banyak pedagang Rusia berbondong-bondong ke Xinjiang. Pedagang Rusia membunuh sekitar 200 pekerja tambang di Chuguchak, dan membuat marah masyarakat setempat, kemudian menghancurkan jaringan dagang Rusia di bawah pimpinan dua orang Hui, Xu Tianrao dan An Yuxian. Akibatnya, orang Rusia memaksa pemerintah Qing untuk membayar pampasan perang dengan mahal. Pada 1871, Kekaisaran Rusia menaklukan area Ili dan banyak pedagang Rusia pindah ke sini.[6]
Terjadi keributan anti-Rusia ketika petugas bea cukai Rusia, tiga Cossack, dan seorang kurir Rusia mengundang pelacur Muslim Turki (Xinjiang) ke pesta pada Januari 1902 di Kashgar.