Sangka (Dewanagari: शंख; IAST: Śaṅkha ) atau sangkakala adalah sejenis trompet kerang yang berasal dari India dan dipakai dalam ritual keagamaan Hindu atau Buddha.[1] Alat tiup ini disebut sangka karena berasal dari bahasa Sanskerta Śaṅkha yang artinya "cangkang" atau "rumah kerang".[2] Dalam agama Hindu, sangka merupakan simbol kemasyhuran dan kemakmuran. Ia masih digunakan sebagai trompet dalam upacara keagamaan Hindu (misalnya puja), dan pada masa lalu ia digunakan sebagai trompet perang.[3]
Catatan mengenai peniupan sangka sebagai atribut peperangan disebutkan dalam sastra Hindu Kuno yang disebut Mahabharata, demikian pula dalam kitab suci Bhagawadgita. Dalam kedua kitab tersebut tercatat suatu deskripsi bahwa kesatria yang hendak bertempur akan meniup sangka masing-masing sebagai tanda permulaan perang.
Sangka menjadi atribut dewa-dewi Hindu tertentu, misalnya Wisnu, Laksmi, atau Ganesa. Dalam mitologi Hindu, sebuah sangka yang disebut pancajanya merupakan lambang suci dari Wisnu, dewa pemelihara alam semesta.[4] Menurut Arunava Bose, "Sangka termasyhur dalam sastra Hindu sebagai pembawa ketenaran, kesehatan, dan kemakmuran, pembersih dari dosa, serta menjadi kedudukan (sthana) dari Dewi Laksmi, dewi kemakmuran sekaligus istri Dewa Wisnu".[5]
Sangka tampak dalam kesenian Hindu pada hal-hal yang berkaitan dengan Wisnu. Sebagai lambang air, ia juga berkaitan dengan kesuburan wanita serta ular-ular raksasa (naga).[6]
Dalam agama Buddha, sangka merupakan satu dari delapan simbol mulia, atau Astamanggala, dan melambangkan gema dari ajaran-ajaran Buddha.[7]
Śaṅkha (शङ्ख)—Sanskrit word for an animal “conch”