Sejarah geologi Bumi

Waktu geologi dalam bentuk diagram, yang dikenal sebagai jam geologi, menunjukkan usia Bumi dalam miliar hingga jutaan tahun dan peristiwa-peristiwa besar yang terjadi serta zaman yang berlangsung.

Sejarah geologi Bumi meliputi peristiwa besar yang terjadi di Bumi pada masa lalu sesuai dengan skala waktu geologi, sistem pengukuran kronologis berdasarkan penelitian terhadap lapisan batuan planet (stratigrafi). Bumi terbentuk sekitar 4,54 miliar tahun yang lalu akibat akresi nebula surya, massa berbentuk cakram debu dan gas yang merupakan sisa-sisa dari pembentukan matahari, yang juga menciptakan seluruh Tata Surya.

Permukaan Bumi pada awalnya meleleh akibat aktivitas vulkanisme ekstrem dan sering bertabrakan dengan benda langit lainnya. Pada akhirnya, lapisan luar planet ini mendingin dan mengeras, yang kemudian membentuk kerak padat setelah uap air mulai terkumpul di atmosfer. Bulan terbentuk tak lama setelah pembentukan Bumi, diduga akibat terjadinya tabrakan antara benda langit seukuran Mars dengan Bumi, yang menyebabkan beberapa massa benda langit ini menyatu dengan Bumi dan secara signifikan mengubah komposisi internal Bumi. Akibat tabrakan ini, sebagian materi Bumi terlepas ke luar angkasa, yang pada akhirnya membentuk Bulan. Pelepasan gas dan aktivitas vulkanis menciptakan atmosfer primordial. Kondensasi uap air, dipadukan dengan es yang berasal dari komet dan asteroid, menciptakan lautan.[1]

Permukaan Bumi terus mengalami proses pembentukan kembali selama ratusan juta tahun. Akibatnya, benua terbentuk dan terbelah berulang kali. Benua bergerak di seluruh permukaan Bumi dan bergabung untuk membentuk superbenua. Sekitar 750 juta tahun silam, superbenua paling awal yang diketahui, Rodinia, mulai terpisah. Benua yang terpisah ini kemudian membentuk Pannotia, 600 juta tahun silam, dan pada akhirnya membentuk Pangaea, yang kemudian terpisah lagi 180 juta tahun silam.[2]

Zaman es dimulai sekitar 40 juta tahun silam, dan kemudian mencapai puncaknya pada akhir Pliosen. Wilayah kutub telah mengalami siklus glasiasi dan pencairan es berulang kali, yang berulang setiap 40.000-100.000 tahun. Periode glasial terakhir pada zaman es berakhir sekitar 10.000 tahun yang lalu.[3]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Morbidelli, A.; et al. (2000). "Source regions and time scales for the delivery of water to Earth". Meteoritics & Planetary Science. 35 (6): 1309–1320. Bibcode:2000M&PS...35.1309M. doi:10.1111/j.1945-5100.2000.tb01518.x. 
  2. ^ Murphy, J. B.; Nance, R. D. (1965). "How do supercontinents assemble?". American Scientist. 92 (4): 324–33. doi:10.1511/2004.4.324. Diakses tanggal 2007-03-05. 
  3. ^ Staff. "Paleoclimatology – The Study of Ancient Climates". Page Paleontology Science Center. Diakses tanggal 2007-03-02. 

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]