Sinifikasi Tibet adalah sebuah frase yang dipakai oleh para kritikus kekuasaan Tiongkok di Tibet untuk merujuk kepada asimilasi kebudayaan yang telah terjadi di kawasan Tibet, Tiongkok (meliputi Kawasan Otonomi Tibet dan kawasan-kawasan otonomi yang dirancang untuk orang Tibet di sekitarnya) dan telah membuat kawasan-kawasan tersebut mengikuti masyarakat Tionghoa arus umum.
Perubahan tersebut, yang terjadi sejak penggabungan Tibet ke dalam Republik Rakyat Tiongkok pada 1950–1951, terfasilitasi oleh serangkaian reformasi ekonomi, sosial, budaya dan politik yang diperkenalkan ke Tibet oleh pemerintah Tiongkok. Para kritikus mengutip migrasi yang disponsori pemerintah dari sejumlah besar Tionghoa Han ke Kawasan Otonomi Tibet sebagai komponen besar dari sinisasi.
Menurut pemerintahan Tibet di pengasingan, kebijakan Tiongkok mengakibatkan hilangnya unsur-unsur budaya Tibet; ini disebut "genosida kebudayaan".[1][2] Pemerintahan di pengasingan berkata bahwa kebijakan-kebijakan tersebut ditujukan untuk membuat Tibet menjadi bagian integral dari Tiongkok dan menekan keinginan Tibet untuk penentuan nasib sendiri.
Pemerintah Tiongkok menyatakan bahwa kebijakan-kebijakannya menguntungkan Tibet, dan perubahan-perubahan kebudayaan dan sosial merupakan dampak dari modernisasi. Menurut pemerintah, ekonomi Tibet telah meluas; layanan-layanan dan infrastruktur-infrastruktur menunjang kualitas hidup orang Tibet dan bahasa dan budaya Tibet dilindungi.