Sun Li-jen >孫立人 KBE | |
---|---|
Julukan | "Rommel dari Timur" |
Lahir | Jinnu, County Lujiang, Chaohu, Anhui | 8 Desember 1900
Meninggal | 19 November 1990 Taichung, Taiwan | (umur 89)
Pengabdian | Republik Tiongkok |
Dinas/cabang | Tentara Revolusioner Nasional |
Lama dinas | 1927–1955 |
Pangkat | Jenderal Kelas Dua |
Komandan | Resimen Polisi Pajak Divisi ke-38 Baru |
Perang/pertempuran | Perang Tiongkok-Jepang Kedua |
Penghargaan | Medali Awan dan Panji Knight Commander, Ordo Imperium Britania |
Pekerjaan lain | Politisi |
Sun Li-jen (Hanzi tradisional: 孫立人; Hanzi sederhana: 孙立人; Pinyin: Sūn Lìrén; 8 Desember 1900 – 19 November 1990) adalah seorang jenderal Nasionalis Tiongkok (KMT), lulusan dari Institut Militer Virginia, terkenal akan kepemimpinannya dalam Perang Tiongkok-Jepang Kedua dan Perang Saudara Tiongkok. Pencapaian itu membuatnya mendapat julukan "Rommel dari Timur".[1] Tentara Pertama Baru-nya dikenal sebagai "Tentara ke-1 (Terbaik) di bawah langit" dan terkenal efektif menghadapi pasukan Jepang dalam Pertempuran Shanghai tahun 1937 dan Kampanye Burma, 1943-1944.
Mungkin karena pelatihan luar negerinya, ia tidak memiliki kepercayaan penuh dari Chiang Kai-shek. Sun sudah dicopot dari komando pertempuran dalam Perang Saudara Tiongkok pada tahun 1946 dan meskipun ia menjadi Panglima pada tahun 1950 setelah kaburnya pemerintahan Nasionalis ke Taiwan, ia hanya diberikan peran-peran seremonial. Ia didakwa dengan tuduhan konspirasi pada tahun 1955 dan menghabiskan tiga puluh tahun terakhir dalam tahanan rumah virtual.
Ia juga dikenal dengan nama Sun Chung-neng (孫仲能, Sun Zhòngnéng) dan memiliki nama kehormatan Sun Fu-min (孫撫民, Sun Fǔmín).
Sun Li-jen lahir di Jinnu, Lujiang, Chaohu, Anhui, dengan leluhur di County Shucheng. Dalam Gerakan 4 Mei, ia menjadi bagian dari Pengawas dalam unjuk rasa di Lapangan Tiananmen. Pada tahun yang sama (1919) ia menikah dengan Gong Xitao (龔夕濤) dan pada tahun 1920 diterima di Universitas Tsinghua jurusan teknik sipil. Sun menjadi bintang basket di Tsinghua. Ia memimpin tim Tiongkok meraih medali emas dalam Far Eastern Championship Games tahun 1921.[2]
Dengan Beasiswa Ganti Rugi Boxer, ia pindah ke Universitas Purdue di Amerika Serikat untuk menyelesaikan tahun terakhirnya kuliah dan ia lulus pada tahun 1924. Ia sempat magang di Chicago Bridge & Iron Company di Chicago, Illinois. Tapi patriotisme memotivasi dia untuk mengubah karier dan mulai mengejar studi militer. Tiongkok berada di tengah-tengah arahan nasionalis untuk menyatukan negara yang terpecah dan untuk melindungi bangsa melawan penjajah. Sun memutuskan bahwa ia dapat lebih baik mengabdi pada negaranya sebagai prajurit daripada insinyur.
Ia mendaftar ke Institut Militer Virginia. Setelah lulus pada tahun 1927, Sun berkeliling Eropa dan Jepang untuk melihat organisasi militer dan pemikiran strategis terbaru, kemudian kembali ke Tiongkok dan menjadi seorang prajurit dalam Tentara Revolusioner Nasional dan Institut Politik Pusat. Ia kemudian menjadi komanda Brigade Pajak Garam Nasional, yang diatur oleh Menteri Keuangan T. V. Soong, yang ia jadikan sebagai pasukan terlatih dan terlengkapi paling baik. Empat resimen kemudian menjadi Divisi ke-38 Baru. Pusat pelatihannya berada di Duyun, Provinsi Guizhou.[3]
Sun memimpin pasukannya melawan Jepang dalam Pertempuran Shanghai tahun 1937 dan terluka parah akibat pecahan ranjau. Setelah pulih, Sun memimpin pasukannya kembali ke garis depan. Setelah dua tahun pelatihan, Divisi ke-38 Baru bentukan Sun dikirim oleh Chiang Kai-shek ke Burma untuk melindungi Jalan Burma di bawah pimpinan Jenderal Zhang Zhen, komandan Tentara ke-66, bersama-sama dengan Jenderal Du Yuming (Tentara ke-5) dan Jenderal Gan Lichu Tentara ke-6) sebagai bagian dari Pasukan Ekspedisi Tiongkok. Sun memimpin satu resimen melintasi medan yang sulit untuk membebaskan 7.000 tentara Inggris yang terjebak oleh pasukan Jepang yang personelnya jauh lebih banyak dalam Pertempuran Yenangyaung. Meskipun tidak mampu menghentikan Jepang dari memotong Jalan Burma, Sun mendapatkan rasa hormat dari Jenderal William Slim, komandan Tentara ke-14 Inggris. Sun dan divisinya mundur ke India, sementara pasukan Du, menentang saran Sun, mundur ke Tiongkok dan terluka parah akibat alam dan pasukan Jepang.[3]
Pada awal tahun 1943, setelah berhasil mundur ke India, divisi Sun bergabung dalam Tentara Pertama Baru dan menjadi bagian dari 'Pasukan X', pasukan Tiongkok di bawah komando Joseph Stilwell, komandan Amerika yang memimpin seluruh pasukan Amerika dan Tiongkok dalam "Teater Tiongkok Burma India". Disiplin pertempuran yang ditunjukkan divisi Sun menegaskan kembali rasa hormat Stilwell terhadap Sun. Pasukannya mempelopori Kampanye Burma, arahan Stilwell tahun 1943 untuk merebut kembali Burma Utara dan membangun kembali rute darat ke Tiongkok dengan Jalan Ledo. Jenderal Stilwell menganggap Sun sebagai komandan lapangan Tiongkok yang paling memiliki kemampuan selama perang. Pada tahun 1945, atas undangan Jenderal Amerika Dwight D. Eisenhower, Sun berkeliling medan perang Eropa. Ia kembali ke Tiongkok untuk memimpin Tentara Pertama Baru ke Canton untuk menerima penyerahan diri Jepang.[4]
Berakhirnya perang dengan Jepang tidak membawa perdamaian di Tiongkok. Tentara Sun dikerahkan ke Manchuria, tempat tentara Soviet meninggalkan pasukan Komunis mengendalikan kawasan strategis dan kaum Nasionalis mendapat dukungan hanya dengan merekrut penjahat-penjahat lokal dan pasukan Jepang yang menyerah. Pada 20 Mei 1946, pasukan Sun mengalahkan Tentara Pembebasan Rakyat (TPR) untuk mengambil persimpangan jalur kereta api penting dalam Pertempuran Siping hanya setelah satu bulan bertempur. Jenderal Lin Biao dari pihak komunis mengatakan, "selama kami tidak harus melawan Tentara Pertama Baru, kami tidak takut terhadap jutaan pasukan Pemerintah Pusat." Sun mengumpamakan perlawanan TPR terhadap pasukan Nasionalis seperti "lalat menyerang harimau". Tetapi ketika TPR mulai memperoleh serangkaian kemenangan lokal, jenderal kesayangan Chiang Kai-shek, Du Yuming, berulang kali menuduh Sun melakukan pembangkangan. Chiang merasa bahwa Sun tidak bisa memperoleh kerja sama dari perwira-perwira binaan Whampoa dan menggantikannya dengan seorang jenderal yang dianggapnya lebih setia. Sun dikembalikan ke jabatan komando di Nanjing pada Juli 1947 sebagai wakil panglima dan pemimpin Komando Pelatihan Tentara.[4] Konsul Jenderal Amerika di Mukden pada waktu itu, O. Edmund Clubb, kemudian menyebutnya bahwa karena Sun pernah mengenyam pendidikan Amerika, Sun dianggap sebagai orang luar, "loyalitas pribadi diperhitungkan oleh rezim Nasionalis lebih penting daripada kompetensi, dan ketika Anda menetapkan standar seperti itu, Anda dalam bahaya."[5]
Sebagai komandan Komando Pelatihan Tentara dan wakil komandan Tentara Republik Tiongkok, pada tahun 1947, Sun memindahkan satu fasilitas pelatihan ke Taiwan, bebas dari perang saudara yang sedang berlangsung. Sun melatih perwira-perwira dan prajurit-prajurit baru untuk pemerintah Nasionalis, berharap untuk mengubah gelombang perang saudara. Upaya itu terlalu kecil, terlambat dibandingkan dengan jumlah besar pasukan yang kalah, tapi salah satu divisi yang ia latih (Divisi 201 dari Tentara ke-80) dikirim ke Kinmen untuk membantu menghancurkan invasi komunis pada tahun 1949. Divisi itu adalah pasukan pertahanan garis depan.
Pada tahun 1950, Sun diangkat sebagai Panglima Tentara Republik Tiongkok, juga sebagai pemimpin Komando Pertahanan Taiwan dan Komando Pelatihan Tentara. Sun dihormati oleh Amerika dan rumor yang dihembuskan oleh CIA menyebutkan bahwa Amerika ingin membantunya masuk dalam kekuasaan untuk menggantikan Chiang Kai-shek.
Chiang dan putranya, Chiang Ching-kuo ingin melenyapkan Sun dari kekuasaan. Awalnya, Sun ditugaskan kembali sebagai kepala penasehat militer seremonial bagi Chiang Kai-shek pada Juni 1954, yang mencegah ia dari memimpin langsung semua pasukan. Pada tahun 1950, Chiang Ching-kuo menjadi direktur polisi rahasia ayahnya, sebuah posisi yang dipegangnya sampai tahun 1965.[6] Chiang Ching-kuo, yang dididik di Uni Soviet, memprakarsai struktur militer bergaya Soviet, menata ulang dan melakukan Sovietisasi korps perwira, melembagakan pengawasan. Sun Li-jen, yang dididik di Institut Milter Virginia Military Amerika, menentang sistem ini.[7] Pada 25 Mei, salah seorang bawahan Jenderal Sun, Letnan Kolonel Kuo Ting-liang, ditangkap oleh rekan Chiang Ching-kuo, kepala keamanan internal Mao Jen-feng, dan disiksa untuk mengakui konspirasi dengan agen komunis. Pada 20 Agustus 1955 Sun secara resmi dibebaskan dari tugas-tugasnya dan berada dalam tahanan rumah. Suatu komite beranggotan sembilan orang dipimpin oleh Wakil Presiden Chen Cheng dibentuk untuk menyelidiki keterlibatan Jenderal Sun dalam dugaan kasus mata-mata. CIA juga diduga ingin membantu Sun mengambil alih kekuasaan Taiwan dan menyatakan kemerdekaannya.[6][8] Sun, selain dicurigai bekerja sama dengan CIA, juga dituduh melakukan kelalaian yang memungkinkan bawahannya untuk berpartisipasi dalam yang diduga pemberontakan yang melibatkan agen-agen Komunis. Salah satu sumber menunjukkan bahwa "plot" itu mungkin hanya rencana untuk mengajukan sebuah petisi kepada Generalissimo Chiang untuk menyingkirkan sistem tentara komisaris politik.[4]
Lebih dari 300 orang bawahan Sun ditahan dan lebih banyak lagi yang dicopot dari jabatan mereka. Sun berada dalam tahanan rumah selama lebih dari tiga dekade. Ia dibebaskan tanggal 20 Maret 1988, tak lama setelah kematian Chiang Ching-kuo. Ia meninggal di rumahnya di Taichung pada usia 89 tahun (91 tahun menurut kalender Tionghoa). Pemakamannya dilakukan dengan penghormatan militer penuh dan dihadiri oleh Menteri Pertahanan Nasional dan jenderal-jenderal terkenal.
Pada tahun 2001, reputasi Sun dibersihkan setelah pemerintah melakukan investigasi terhadap yang diklaim sebagai upaya kudeta. Pada Januari 2011, Presiden Ma Ying-jeou secara resmi meminta maaf kepada keluarga Sun Li-jen dan rumah Sun di Taichung dibuka sebagai bangunan memorial dan museum.[9]