Sungai Belait Sungai Belait | |
---|---|
Lokasi | |
Negara | Brunei Darussalam |
Distrik | Belait |
Ciri-ciri fisik | |
Muara sungai | |
- lokasi | Kuala Belait, Belait, Brunei |
- koordinat | 4°35′48″N 114°10′37″E / 4.5966693°N 114.1769489°E |
- elevasi | 5 m (16 ft) |
Panjang | 206 km (128 mi) |
Daerah Aliran Sungai | |
Anak sungai | |
- kiri | Mendaram, Damit |
- kanan | Pali Bangun |
Sungai Belait adalah sebuah sungai di Daerah Belait, Brunei Darussalam. Sungai ini merupakan sungai terpanjang dari empat sungai utama di negara ini.[1]
Selama Perang Dunia II sejak tahun 1941 dan seterusnya, seluruh Brunei berada di bawah pendudukan Jepang hingga tahun 1945.[2]
Pada tanggal 26 Mei 1979, satu-satunya gudi kering terapung Borneo tiba di Sungai Belait.[3] Setelah ditarik dari Melbourne oleh kapal tunda Jepang selama 50 hari, dermaga kering buatan Australia tahun 1943, yang sebelumnya bernama AD 1001, diakuisisi oleh Galangan Kapal Kuala Belait.[4][5][6]
Kuala Belait merupakan salah satu permukiman manusia terbesar di distrik yang dilalui sungai ini,[3] sedangkan di tepi barat terdapat Kampung Sungai Teraban dan Kampung Rasau.[7] Jika ke arah hulu akan menuju Mukim Kuala Balai.[8]
Beberapa situs bersejarah Brunei terletak di sepanjang tepi sungai, termasuk Menara Cendera Kenangan, sebuah monumen untuk merayakan ulang tahun ke-50 Sultan Hassanal Bolkiah.[9]
Pelabuhan Kuala Belait adalah salah satu dari tiga pelabuhan yang ada di Brunei dan dioperasikan oleh Brunei Shell.[10] Dermaga komersial dangkal yang lebih kecil dan galangan kapal laut terletak di selatan pelabuhan utama di Kampung Sungai Duhon.