Susuh Kura | |
---|---|
Susuh kura, Sulcospira testudinaria dari Cihideunghilir, Ciampea, Bogor | |
Not listed in IUCN Red List[1]
| |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | |
(tanpa takson): | |
Superfamili: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | S. testudinaria
|
Nama binomial | |
Sulcospira testudinaria (von dem Busch, 1842)
| |
Sinonim | |
Sumber: Köhler & Glaubrecht 2001[5] |
Susuh kura[6] (Sulcospira testudinaria) adalah sejenis siput air tawar yang termasuk ke dalam suku Pachychilidae. Siput kecil ini didapati hidup terbatas (endemik) di perairan tawar Indonesia bagian barat.
Keong kecil dengan cangkang berbentuk contong (kerucut panjang); tinggi cangkang 35-40 mm, garis tengah 12–16 mm. Cangkang berwarna cokelat kehijauan, bercorak-corak tegak cokelat atau cokelat tua, atau bersabuk cokelat. Cangkang agak ramping dan licin; seluk 10-12, tidak mencembung, seluk akhir menyiku tumpul (pada hewan muda menyiku tajam), pada dasarnya dikelilingi 6-10 alur-alur melingkar. Puncaknya kadang-kadang rompang. Umbilikus (pusar) tertutup. Mulut cangkang bundar telur, dengan tepi tipis, tajam, tidak bersambung, sebelah bawahnya agak melebar.[6] Tinggi mulut cangkang sekitar 1/3 tinggi total cangkang. Operkulum (tutup cangkang) dari bahan tanduk, cokelat merah gelap, dengan inti di tengah dikelilingi 5 spiral.[7]
Susuh kura menyebar terbatas di Pulau Jawa dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, dan Sumatera Selatan.[5]
Siput ini dapat ditemukan di berbagai perairan, baik yang tenang ataupun yang berarus lambat atau deras; terutama yang dasarnya berlumpur, hingga ketinggian 1.400 m dpl.[6] Sekarang jenis susuh ini telah mulai menghilang dari tempat-tempat yang dahulu biasa didapati, kemungkinan akibat polusi perairan.[5]
Hewan betina mengandung antara 100–156 butir telur berupa cangkang embrionik (embryonic shells) yang berukuran kurang-lebih sama, yaitu dengan tinggi cangkang 1 mm atau kurang.[8]