Tanah Surga... Katanya | |
---|---|
Sutradara | Herwin Novianto |
Produser | Bustal Nawawi |
Ditulis oleh | Danial Rifki |
Pemeran | |
Penata musik | Thoersi Argeswara |
Sinematografer | Anggi Frisca |
Penyunting | Endah Prabowo |
Perusahaan produksi | |
Distributor | Citra Sinema |
Tanggal rilis | 15 Agustus 2012 |
Durasi | 90 menit |
Negara | Indonesia |
Bahasa | Bahasa Indonesia Bahasa Melayu Kalimantan Barat |
Penghargaan |
---|
Festival Film Indonesia 2012 |
Film Terbaik |
Tanah Surga.... Katanya adalah film drama Indonesia yang dirilis pada 15 Agustus 2012. Film ini disutradarai oleh Herwin Novianto. Film ini dibintangi oleh Aji Santosa dan Fuad Idris. Film ini berlatar di Kalimantan Barat (perbatasan Malaysia (Sarawak)–Kalimantan Barat).
Hasyim, mantan sukarelawan Konfrontasi Indonesia–Malaysia tahun 1965 hidup dengan kesendiriannya. Setelah istri tercintanya meninggal, ia memutuskan untuk tidak menikah dan tinggal bersama anak laki-laki satu-satunya yang juga menduda, Haris, dan dua orang anak Haris yang bernama Salman dan Salina.
Hidup di perbatasan Indonesia–Malaysia membuat persoalan tersendiri, karena masih didominasi oleh keterbelakangan dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Masyarakat perbatasan harus berjuang setengah mati untuk mempertahankan hidup mereka, termasuk keluarga Hasyim, tetapi kesetiaan dan loyalitasnya pada bangsa dan negara membuat Hasyim bertahan tinggal. Haris anak Hasyim, memilih hidup di Malaysia karena menurutnya Malaysia jauh lebih memberi harapan bagi masa depannya. Dia juga bermaksud untuk mengajak seluruh keluarganya pindah ke Malaysia termasuk bapaknya.
Astuti, seorang guru sekolah dasar di kota datang tanpa direncanakannya. Ia mengajar di sekolah yang hampir roboh karena setahun tidak berfungsi. Tak lama berselang, dr. Anwar, seorang dokter muda datang ke daerah itu karena tidak mampu bersaing sebagai dokter professional di kota. Salman dan Salina gembira hatinya karna kedatangan guru Astuti dan dr. Anwar, yang penduduk kenal dengan sebutan dokter Intel.
Baru diketahui bahwa Hasyim mengidap penyakit yang membahayakan bagi hidupnya, dan dokter Intel mengharapkan Hasyim dibawa ke pengobatan yang lebih layak. Salman berusaha memenuhi kebutuhan di perjalanannya, 400 ringgit adalah uang yang diperlukan.
Suatu hari ketika Salina bersama ayah kandungnya berada di Malaysia, sakit yang diderita Hasyim kambuh, Salman pun bingung dan memanggil dokter Intel. Salman dan dokter Intel membawa Hasyim ke rumah sakit, ketika di perjalanan bensin yang ada pada mesin perahu yang ditumpangi habis, ketika dipertengahan Hasyim meninggal.[1]
Penghargaan dan prestasi | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Sang Penari (2011) |
Film Bioskop Terbaik (Festival Film Indonesia) Produksi: Citra Sinema Sutradara: Herwin Novianto Pemeran: Osa Aji Santoso, Fuad Idris, Ringgo Agus Rahman (2012) |
Diteruskan oleh: Sang Kiai (2013) |