Teologi moral Katolik adalah sebuah kategori besar dari doktrin di dalam Gereja Katolik Roma, sejajar dengan sebuah etika religius. Teologi moral meliputi ajaran sosial, etika medis, etika seksual dan berbagai doktrin Gereja Katolik Roma terhadap kebajikan moral dan teori moral individu. Teologi ini bisa dibedakan sebagai suatu hal yang berkenaan dengan "bagaimana seseorang itu akan bertindak", dan bukannya teologi dogmatis yang membahas "apa yang seseorang percaya". Sumber-sumber teologi moral Katolik meliputi baik Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru, serta etika-etika filosofis seperti hukum alam yang dipandang selaras dengan doktrin Katolik. Teologi moral sebagian besar tidak dapat dibedakan dari teologi secara umum selama era patristik (Bapa-bapa Gereja), dan ditemukan di dalam berbagai homili, surat-surat dan komentar-komentar mengenai Kitab Suci dari para Bapa Gereja. Selama Abad Pertengahan, teologi moral berkembang dalam ketelitian dan wawasan melalui pandangan skolastisisme atau etika dalam agama.
Teologi moral Katolik saat ini dikembangkan oleh keputusan-keputusan Magisterium, oleh Sri Paus dan para Uskup, termasuk juga karya-karya teolog moral Katolik yang meliputi ajaran-ajaran magisterial dan opini-opini teologis. Beberapa teolog moral Katolik termasuk diantaranya Santo Alfonsus dari Liguori, Germain Grisez (penulis buku Jalan Tuhan Yesus) dan John Finnis (penulis buku Hukum Alam dan Hak Alamiah). Teologi moral condong untuk berkembang secara otoriter melalui pernyataan-pernyataan resmi mengenai doktrin, seperti ensiklik kepausan dan karya-karya besar dari Konsili Vatikan II. Selain itu, teolog moral menerbitkan karya-karya mereka sendiri dan menulis di berbagai jurnal yang dikhususkan, baik secara keseluruhan maupun sebagian, untuk teologi moral. Jurnal-jurnal ini berguna untuk membuat teologi Gereja menjadi lebih jelas dan mudah dimengerti oleh kaum awam. Walaupun begitu, jurnal-jurnal ini tidak menambah maupun mengurangi hal apapun dari ajaran Katolik, namun lebih menjadi sebuah forum dimana diskusi-diskusi ilmiah mengenai masalah-masalah yang ada terjadi.
Dalam sebuah pendekatan deontologikal, moralitas adalah penelitian atas "bagaimana seseorang akan bertindak" dalam hubungannya dengan hukum-hukum yang dibentuk oleh iman. Dalam sebuah pendekatan teleologikal, "bagaimana seseorang akan bertindak" berhubungan dengan tujuan akhir yang juga dibentuk oleh iman. Dalam pendekatan dialogik, moralitas mengikuti pola iman secara langsung, "bagaimana seseorang akan bertindak" berhubungan dengan suatu pengalaman dengan Tuhan melalui iman.[1]