Terawan Agus Putranto | |
---|---|
Penasihat Khusus Presiden Bidang Kesehatan | |
Mulai menjabat 21 Oktober 2024 | |
Presiden | Prabowo Subianto |
Pendahulu Jabatan Baru Pengganti Petahana | |
Menteri Kesehatan Indonesia ke-19 | |
Masa jabatan 23 Oktober 2019 – 23 Desember 2020 | |
Presiden | Joko Widodo |
Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto | |
Masa jabatan 1 Juni 2015 – 23 Oktober 2019 | |
Pendahulu Hardjanto | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 5 Agustus 1964 Sitisewu, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia[1] |
Partai politik | Independen |
Suami/istri | Ester Dahlia |
Anak | 1 |
Orang tua | Sudarno (ayah) |
Almamater | |
Profesi | Profesor Kedokteran,Ahli Radiologi Intervensi, Dokter Tentara |
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Darat |
Masa dinas | 1990–2019 |
Pangkat | Letnan Jenderal TNI |
NRP | 32512[2] |
Satuan | Kesehatan (CKM) |
Sunting kotak info • L • B |
Terawan Agus Putranto (lahir 5 Agustus 1964)[5] adalah dokter Indonesia yang menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia antara 23 Oktober 2019 dan 23 Desember 2020. Sebelumnya ia seorang dokter militer yang juga menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto dan Ketua Tim Dokter Kepresidenan.[6] Ia menjadi dokter militer pertama yang menjabat Menkes sejak Mayor Jenderal TNI (Purn.) dr. Suwardjono Surjaningrat (1978–1988) dan orang dengan pangkat militer tertinggi yang pernah memangku jabatan ini.
Ia merupakan lulusan dari Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta dan kemudian masuk TNI AD, di mana ia ditugaskan ke beberapa daerah termasuk Lombok, Bali, dan Jakarta untuk mengemban tugas sebagai pelaksana medis/kesehatan militer.[7] Ia juga pernah menjabat sebagai Tim Dokter Kepresidenan pada tahun 2009 dan pernah menjabat sebagai Kepala RSPAD tahun 2015.
Terawan lahir pada tanggal 5 Agustus 1964 di Sitisewu,[1] sebuah kawasan di Sosromenduran, Gedongtengen, Yogyakarta. Ia menempuh pendidikan awal di SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta (1977),[1] SMP Negeri 2 Yogyakarta (1980),[1] dan SMA Bopkri 1 Yogyakarta (1983).[8] Ia mengambil S-1 di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (1990), S-2 Spesialisasi Radiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya (2004),[9] dan S-3 Doktor di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar (2013).[10] Ia juga mengambil pendidikan di Sepamilwa ABRI pada tahun 1990.
Pada tahun 2022, Terawan diangkat sebagai profesor kehormatan ilmu pertahanan bidang kedokteran militer dari Fakultas Kedokteran Militer Universitas Pertahanan Republik Indonesia.[11]
Ia pernah merumuskan Terawan Theory, yakni sebuah teori yang terkait dengan metode 'cuci otak' pada penderita stroke. Meskipun demikian, ia dipecat oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia (MKEK IDI) karena melakukan metode tersebut kepada pasien sebelum melalui penelitian ilmiah.[12] Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memecat mantan Menteri Kesehatan Dr dr Terawan Agus Putranto dari keanggotaan.[13][14] Beberapa tokoh telah menjadi pasien dari metode ini seperti Prabowo Subianto, Dahlan Iskan, Aburizal Bakrie hingga Mahfud MD yang mengaku kondisinya sakit yang telah diderita seperti Vertigo ataupun Gejala Stroke cenderung membaik setelah dilakukan metode 'cuci otak' tersebut.[15][16]
Ketika Pandemi COVID-19 mulai merebak, ia bekerja mengevakuasi 188 warga negara Indonesia (WNI) yang terjebak di kapal pesiar Dream World.[17] Ia juga mendapat kontroversi dari pemulangan dan karantina WNI dari Wuhan karena lokasi karantina terlalu dekat dengan pemukiman penduduk, meskipun pemerintah Indonesia telah meyakinkan warga bahwa WNI yang dipulangkan tidak terinfeksi. Setelah masa karantina 14 hari, seluruh WNI dideklarasikan sehat dan tidak terinfeksi COVID-19.[18]
Terawan juga dikritik karena menyatakan bahwa flu biasa lebih berbahaya daripada COVID-19, dengan menyatakan bahwa flu biasa memiliki jumlah kematian lebih tinggi dari COVID-19.[19]
Terawan juga dikritik karena sikap "arogan" dan "anti-sains" dalam menangani krisis COVID-19 di Indonesia.[20] Pada April 2020, saat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih merekomendasikan agar masker hanya digunakan oleh orang sakit [21][22] pernyataan Terawan yang menganggap percuma orang sehat pakai masker telah memancing kontroversi tersendiri,[23] begitupula dengan pernyataannya mengenai kenaikan harga masker akibat tingginya pembelian masker,[24] serta sarannya agar masyarakat enjoy aja terkait virus corona guna mempertahankan imun tubuh.[25] Selain itu, saat ia menyambut warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK) World Dream yang tetap sehat meski bersama delapan penderita Corona dengan menyatakan mereka sebagai duta imunitas corona,[26] semakin memicu kontroversi dan sikap yang kurang simpatik dari masyarakat.
Dada kanan | Dada kiri | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
|
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
Brevet Kehormatan | |||
---|---|---|---|
Brevet Yudha Wastu Pramuka | Brevet Kavaleri Berkuda | ||
Brevet Lakespra Scuba Diver | Brevet Kavaleri Tank |
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Nila Moeloek |
Menteri Kesehatan Indonesia 2019-2020 |
Diteruskan oleh: Budi Gunadi Sadikin |
Jabatan militer | ||
Didahului oleh: Hardjanto |
Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto 2015–2019 |
Diteruskan oleh: Bambang Dwi Hasto |