Pengarang | John C. Whitcomb dan Henry M. Morris |
---|---|
Penerbit | Presbyterian & Reformed Publishing |
Tanggal terbit | 1961 |
Jenis media | Paperback |
ISBN | ISBN 0-87552-338-2 |
OCLC | 9199761 |
The Genesis Flood: The Biblical Record and its Scientific Implications ("Air Bah Kitab Kejadian: Catatan Alkitab dan Implikasi Ilmiahnya"; disingkat The Genesis Flood) adalah buku yang diterbitkan pada tahun 1961 oleh John C. Whitcomb dan Henry M. Morris, para pakar Kreasionisme Bumi Muda (Young Earth) yang "menghasilkan kebangkitan kembali (renaissance) geologi air bah yang mencengangkan,"[1] mengemukakan hipotesis "bagi posisi Kristen fundamentalis ortodoksi"[2] sementara mempolarisasi evangelikal dan membawa pengikut kreasionisme bumi muda "kepada pembaca Protestan yang lebih luas."[3]
Dibuka dengan deklarasi bahwa "Alkitab adalah Firman Allah yang tak pernah gagal,"[4] bagian karya Whitcomb memberikan argumen alkitabiah mengenai air bah universal. Ini meliputi argumen bahwa air bah itu menutupi gunung-gunung tertinggi, bahwa Nuh tidak dapat keluar kapal selama setahun, bahwa tidak ada perlunya membangun bahtera raksasa dan mengumpulkan hewan-hewan jika Air bah itu hanya bersifat lokal, bahwa Yesus Kristus berkata bahwa manusia dibinasakan oleh Air bah, dan Surat 2 Petrus pasal 3:3-7 menggunakan Air bah sebagai "dasar untuk membantah para skeptik penganut teori uniformitarianisme pada akhir zaman."[5] Juga berusaha membantah kesulitan non-geologis dalam kisah Alkitab. Ini meliputi kemungkinan untuk menerima kisah itu sebagai metafora, argumen bahwa bahtera itu terlalu kecil untuk menampung semua contoh hewan-hewan dunia, dan bahwa hewan-hewan tidak mampu untuk menyebar ke seluruh dunia sedemikan cepatnya setelah air bah.[6] Secara khusus Whitcomb membahas teori air bah lokal yang dikemukakan oleh Bernard Ramm — yang mempunyai entri paling banyak dalam indeks daripada yang lain.[7] Whitcomb menutup bagiannya dengan pembahasan bagaimana teori geologi mempengaruhi pandangan Kristen mengenai Air bah sejak permulaan abad ke-19 dan menarik "suatu pelajaran sangat penting," bahwa doktrin Alkitab tentang Air bah tidak dapat diharmonisasi dengan "teori-teori uniformitarian."[8]
Morris membuka bagiannya mengenai geologi dengan pernyataan terbuka bahwa orang-orang Kristen yang mempercayai Alkitab menghadapi "dilema serius" karena geolog pada zamannya memberikan "keputusan yang hampir bulat" melawan catatan Alkitab mengenai penciptaan dan Air bah. Namun, Morris meyakinkan orang-orang percaya bahwa "bukti-bukti inspirasi ilahi kudus dari kitab-kitab Suci lebih meyakinkan daripada bukti-bukti fakta ilmiah manapun."[9] Morris berargumen bahwa "strata yang mengandung fosil tampaknya dibentuk sebagian besar selama Air bah, dengan urutan yang bukan karena evolusi, melainkan selektivitas hidrodinamik, habitat ekologi, dan mobilitas serta kekuatan diferensial dari berbagai makhluk hidup."[10] Ia juga menampik teori "lonjakan lipatan" ("thrust faults"), yang paling banyak dianut saat ini di mana diduga membuat lapisan batu "tua" dapat terdampar di atas lapisan batu "muda".[11] Morris berpendapat bahwa sejumlah teori-teori geologi yang umum dianut itu bukan sungguh-sungguh berdasar kepada data ilmiah melainkan "keputusan moral dan emosional," di mana evolutionis mencari seek "pembenaran intelektual untuk lari dari pertanggungjawaban pribadi kepada Penciptanya dan lolos dari 'jalan Salib' yang perlu dan cukup untuk memberi keselamatan pribadi bagi jiwa mereka."[12] Akhirnya, dalam bab terpanjang di buku ini, Morris membahas "masalah-masalah dalam geologi alkitabiah," yang meliputi metode penentuan waktu paling umum (seperti pengukuran Karbon-14) serta formasi geologi, misalnya taman karang laut (coral reefs), hutan-hutan yang membatu (petrified forests), dan varva (varves), semua sepertinya menunjuk kepada usia bumi yang tua.[13]
Dibagi atas 7 bab dengan 2 lampiran:
Sejumlah majalah Kristen mengulas buku ini dan umumnya memuji pembelaan darinya atas kisah air bah menurut kitab suci, meskipun sedikit yang tampaknya memahami bahwa dengan menerima argumen Whitcomb dan Morris berarti menolak teori hari-era dan teori gap. Christianity Today, majalah Kristen evangelikal terpenting pada periode itu menerbitkan suatu ulasan ringan yang tidak banyak menyinggung topik-topik dalam buku melainkan juga memberi kritik kepada pengarang karena menggunakan sumber-sumber sekunder dan mengambil argumen di luar konteks.[14] American Scientific Affiliation menayangkan dua ulasan menentang, dan pada tahun 1969, ASA Journal menerbitkan suatu komentar yang sangat kritis oleh J. R. van der Fliert, seorang geologis dari Dutch Reformed di Free University of Amsterdam, yang menyebut Whitcomb dan Morris sarjana pura-pura dengan metode "pseudo-scientific" (pseudo-ilmiah).[15]