The Mysterious Numbers of the Hebrew Kings (1951)[1] adalah rekonstruksi kronologi kerajaan Israel dan Yehuda oleh Edwin R. Thiele. Buku itu awalnya merupakan disertasi doktornya dan secara luas dianggap sebagai karya definitif tentang kronologi raja-raja Ibrani.[2] Buku ini dianggap karya klasik dan komprehensif dalam perhitungan masa pemerintahan raja, kalender, dan pemerintahan bersama, berdasarkan Alkitab dan sumber di luar Alkitab.
Kronologi raja-raja Israel dan Yehuda bertumpu terutama pada serangkaian informasi panjang pemerintahan dan referensi silang dalam Kitab Raja-raja dan Tawarikh, di mana kenaikan tahta masing-masing raja diberi tanggal menurut pemerintahan kontemporer, baik Kerajaan Yehuda di bagian selatan atau Kerajaan Israel di utara, dan mencocokkan mereka ke dalam kronologi peradaban kuno lainnya. Namun, beberapa referensi silang tampaknya tidak cocok, sehingga pemerintahan yang dikatakan telah berlangsung selama 20 tahun dari hasil referensi silang hanya memberikan hasil baik 19 atau 21 tahun. Thiele melihat bahwa referensi silang yang diberikan selama pemerintahan Asa, raja Yehuda, memuat kesalahan kumulatif 1 tahun untuk tiap pemerintahan raja-raja Israel yang berurutan: lintas-referensi pertama mengakibatkan kesalahan 1 tahun, yang kedua memberikan kesalahan 2 tahun, yang ketiga 3 tahun dan seterusnya. Dia menjelaskan, pola ini adalah hasil penggunaan dua metode berbeda untuk perhitungan tahun regnal/pemerintahan: metode tahun naik tahta (accession year method) dan metode bukan-tahun-naik-tahta (non-accession year method). Selain itu, Thiele juga menyimpulkan bahwa Kerajaan Israel menghitung tahun dimulai pada bulan Nisan dalam musim semi, sedangkan Yehuda menghitung tahun yang dimulai pada bulan Tisyri dalam musim gugur.
Menurut "metode tahun naik tahta", jika seorang raja meninggal di tengah-tengah tahun, periode sampai akhir tahun itu akan disebut "tahun naik tahta" raja yang baru, dan Tahun 1 akan dimulai pada tahun berikutnya. Menurut "metode bukan-tahun-naik-tahta", periode sampai akhir tahun ini akan menjadi Tahun 1 raja yang baru dan Tahun ke-2 akan dimulai pada awal tahun berikutnya. Kerajaan Israel tampaknya menggunakan metode bukan-tahun-naik-tahta, sedangkan Yehuda menggunakan metode tahun naik tahta sampai Atalya merebut kekuasaan di Yehuda, di mana setelahnya, metode bukan-tahun-naik-tahta Kerajaan Israel juga diadopsi di Yehuda.
Dari data Alkitab, Thiele menyimpulkan bahwa Kerajaan Israel Utara menghitung tahun kalendernya dimulai pada musim semi, yaitu pada 'bulan Nisan (sekitar bulan April pada kalender Gregorian), sedangkan Yehuda menghitung tahun yang dimulai pada musim gugur, bulan Tisyri (sekitar bulan September pada kalender Gregorian).
Dampak kumulatif permulaan tahun baru dan metode yang berbeda untuk menghitung masa pemerintahan bagi Thiele dapat menjelaskan kebanyakan dari penampakan inkonsistensi dalam referensi silang. Thiele tidak tahu bahwa ketika ia pertama kali mempublikasikan penemuannya, kesimpulan yang sama, bahwa kerajaan utara menggunakan metode bukan-tahun-naik-tahta dan musim semi sebagai Tahun Baru sedangkan kerajaan selatan menggunakan metode tahun naik tahta dan Tahun Baru pada musim gugur, telah ditemukan oleh Valerius Coucke dari Belgia beberapa tahun sebelumnya, sebuah fakta yang diakui Thiele dalam buku terbitannya "Mysterious Numbers".[3]
Berdasarkan kesimpulannya, Thiele menunjukkan bahwa jarak 14 tahun antara Ahab dan Yehu adalah sebenarnya hanya 12 tahun. Ini memungkinkannya untuk memberi tarikh pemerintahan mereka secara tepat, karena Ahab disebutkan dalam Prasasti Kurkh yang mencatat serangan Asyur terhadap Suriah/Israel pada Perang Qarqar tahun 853 SM, dan Yehu disebutkan pada Obelisk Hitam Salmaneser III membayar upeti pada tahun 841 SM. Kedua peristiwa ini dalam kronologi Asyur dicatat terpisah 12 tahun, Ahab tentunya berperang melawan Asyur pada tahun terakhirnya dan Yehu membayar upeti dalam tahun pertamanya.
Thiele mampu mencocokkan data kronologis Alkitab dari Kitab Raja-raja dan Tawarikh dengan pengecualian sinkronisme (synchronism) antara Hosea raja Israel dan Hizkia raja Yehuda menjelang akhir kerajaan Israel Utara dan dengan enggan menyimpulkan bahwa pada titik itu penulis kuno telah membuat kesalahan. Anehnya, justru pada titik itu Thiele sendiri yang membuat kesalahan, karena gagal menyadari bahwa, untuk beberapa tahun, Hizkia menjalankan pemerintahan bersama ayahnya, Ahas, yang dapat menjelaskan sinkronisme Hosea/Hizkia. Koreksi ini telah diberikan oleh para penulis kronologi berikutnya yang bekerja berdasarkan karya Thiele, termasuk rekan Thiele, Siegfried Horn,[4] TC Mitchell dan Kenneth Kitchen[5] dan Leslie McFall.[6]
Metode penentuan kronologi Thiele untuk raja-raja Ibrani didasarkan pada induksi, sehingga prioritas pertama adalah menentukan metode yang sebenarnya digunakan oleh para juru tulis kuno dan pencatat sejarah istana dalam mencatat tahun-tahun pemerintahan, seperti yang dijelaskan di atas. Metode induktif Thiele, kemudian, didasarkan pada bukti tulisan-tulisan Timur Dekat kuno, dan bukan pada pengandaian diikuti oleh para sarjana liberal. Metode Thiele inilah yang menghasilkan studi penentuan kronologi periode kerajaan, bukan metode berbasis anggapan (deduksi), sehingga bahkan para penafsir teori kepenulisan Kitab Suci telah mengakui kredibilitas kesarjanaan Thiele dalam menentukan tanggal terbaginya kerajaan setelah kematian Salomo, seperti yang dikutip di atas. Pekerjaan Thiele dan para sarjana tekstual lain yang mengikuti pendekatan induktif (berbasis bukti) karenanya signifikan dalam memberikan metode alternatif untuk hipotesis dokumenter, dan keberhasilan pendekatan itu telah dilihat signifikan secara teologis dalam mendukung kepercayaan tentang inspirasi Alkitab, khususnya mengenai integritas dalam banyak data historis kompleks yang berkaitan dengan periode kerajaan.
Jika data kronologis dari MT [Masoretic Text/Teks Masoret ]tidak otentik—tanggal yang sebenarnya dan sinkronisme pada sejumlah raja—maka baik Thiele atau McFall maupun orang lain tidak akan bisa menyusun kronologinya yang dalam setiap hal setia kepada teks asli dan setiap kali terbukti konsisten dengan kronologi Asyur dan Babilonia. Demonstrasi matematika ini harus digunakan untuk menguji berbagai teori pembentukan teks: Jika teori pembentukan teks tidak bisa menjelaskan bagaimana data kronologis MT telah menghasilkan suatu kronologi yang dalam segala hal tampaknya otentik untuk empat abad periode kerajaan, maka teori itu harus ditolak sebagai contoh lain pendekatan berdasarkan presuposisi (anggapan) yang tidak memenuhi kriteria rasional bagi kredibilitas.[7]
ISRAEL | YEHUDA | ||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Raja | Pemerintahan | Periode (tahun) |
Raja | Usia naik tahta sebagai |
Pemerintahan | Periode (tahun) |
Usia | ||||||
bersama | sendiri | pemerintahan bersama |
raja sendiri |
bersama | sendiri | kelahiran putra |
pemerintahan bersama anak |
kematian | |||||
Yerobeam' bin Nebat |
931/0-910/9 | 22 | Rehabeam bin Salomo |
41 | 931/0- 913 |
17 | 59 | ||||||
Abia bin Rehabeam |
913- 911/0 |
3 | |||||||||||
Nadab bin Yerobeam |
910/9-909/8 | 2 | Asa bin Abia |
911/0- 870/9 |
41 | ||||||||
Baesa | 909/8-886/5 | 24 | |||||||||||
Ela bin Baesa |
886/5-885/4 | 2 | |||||||||||
Zimri | 885/4 | 7 hari | |||||||||||
Tibni | 885/4-880 | ||||||||||||
Omri | 885/4-880 | 880-874/3 | 12 | ||||||||||
Ahab bin Omri |
874/3-853 | 22 | Yosafat bin Asa |
35 | 38 | 872/1- 870/9 |
870/9- 848 |
25 | 23 | 54 | 59 | ||
Ahazia | 853-852 | 2 | Yoram bin Yosafat |
32 | 37 | 853- 848 |
848- 841 |
8 | 23 | 44 | |||
Yoram | 852-841 | 12 | Ahazia bin Yoram |
22 (42) | 841 | 1 | 22 | 22 | |||||
Yehu | 841-814/3 | 28 | Ratu Atalya putri Ahab |
841- 835 |
7 | ||||||||
Yoahas | 814/3-798 | 17 | Yoas bin Ahazia |
7 | 835- 796 |
40 | 22 | 46 | |||||
Yoas | 798-782/1 | 16 | Amazia bin Yoas |
25 | 796- 767 |
29 | 15 | 30 | 54 | ||||
Yerobeam II | 793/2-782/1 | 782/1-753 | 41 | Azarya (Uzia) bin Amazia |
16 | 39 | 792/1- 767 |
767- 740/9 |
52 | 33 | 57 | 68 | |
Zakharia | 753-752 | 6 bulan | |||||||||||
Salum | 752 | 1 bulan | |||||||||||
Menahem | 752-742/1 | 10 | Yotam bin Azarya |
25 | 36 | 750- 740/9 |
740/9- 732/1 |
16 | 21 | 44 | |||
Pekahya | 742/1-740/9 | 2 | |||||||||||
Pekah | 752-740/9 | 740/9-732/1 | 20 | Ahas son of Jotham |
20 | 735- 732/1 |
732/1- 716/5 |
16 | 16 | 40 | |||
Hosea | 732/1-723/2 | 9 | |||||||||||
Hizkia bin Ahas |
25 | 716/5- 687/6 |
29 | 33 | 44 | 54 | |||||||
Manasye bin Hizkia |
12 | 22 | 697/6- 687/6 |
687/6- 643/2 |
55 | 45 | 66 | ||||||
Amon bin Manasye |
22 | 643/2- 641/0 |
2 | 17 | 24 | ||||||||
Yosia bin Amon |
8 | 641/0- 609 |
31 | 16 Yoyakim 17 Yoahas 21 Zedekia |
39 | ||||||||
Yoahas bin Yosia |
23 | 609 | 3 bulan | ||||||||||
Yoyakim bin Yosia |
25 | 609- 598 |
11 | 19 | 36 | ||||||||
Yoyakhin bin Yoyakim |
18 (8) | 598- 597 |
3 bulan 10 hari | ||||||||||
Zedekia bin Yosia |
21 | 597- 586 |
11 |
Rekonstruksi kronologi Thiele tidak seluruhnya diterima oleh para sarjana,[8][9] demikian pula pendapat para sarjana lain dalam bidang kronologi ini. Namun, karya Thiele dan penerus jejaknya telah mendapatkan penerimaan lintas spektrum dibandingkan kronologi serupa yang lain, sehingga ahli mengenai Asyur (Assyriologist), DJ Wiseman, menulis “Kronologi yang paling banyak diterima hari ini adalah yang berdasarkan studi cermat oleh Thiele,”[10] dan, juga menurut Leslie McFall: “Kronologi Thiele dengan cepat menjadi pandangan konsensus di antara sarjana Perjanjian Lama, malah mungkin sudah mencapai titik itu.”[11] Meskipun mendapat berbagai kritikan, karyanya telah mendapatkan pujian bahkan dari mereka yang tidak menerima kesimpulan akhirnya.[12]
Meskipun ada kritik-kritik ini penanganan metodologi Thiele tetap menjadi titik awal umum dari penanganan ilmiah untuk subjek ini,[13] dan karyanya dianggap telah menetapkan tahun perpecahan Kerajaan Israel bersatu.[14][15][16][17][18][19] Kesimpulan ini telah mendapat dukungan independen dari hasil karya J. Liver,[20] Frank M. Cross,[21] dan orang-orang lain yang mempelajari kronologi raja-raja Tirus.[22] Karya Thiele telah mendapatkan pengakuan meluas dan digunakan lintas disiplin ilmu. Tahun 931 SM hasil perhitungannya, terkait dengan sinkronisme antara Rehabeam dan Firaun Sisak dalam 1 Raja-raja 14:25, digunakan oleh para ahli Egyptology untuk menetapkan tanggal absolut bagi Dinasti ke-22 Mesir, dan karyanya juga telah digunakan oleh para sarjana dalam disiplin-disiplin ilmu lain untuk menetapkan tanggal-tanggal Asyur dan Babel.[23] Kritik-kritik terhadap rekonstruksi Thiele mengarahkan kepada penelitian lebih lanjut yang lebih menyempurnakan atau bahkan berangkat dari sintesisnya, antara lain oleh Tadmor[24] dan McFall.[25] Para sarjana pada akhir abad ke-19 sampai pertengahan abad ke-20 terutama bersikap menghina terhadap catatan alkitabiah raja-raja Israel, memperlakukan catatan-catatan itu sebagai tulisan khayalan dan meremehkan nilai sinkronisasi pemerintahan raja-raja.[26] Sebaliknya, para sarjana modern saat ini bersikap jauh lebih positif terhadap kronologi dan sinkronisme raja-raja dalam Kitab 1 dan 2 Raja-raja setelah munculnya karya Thiele dan mereka yang meneruskan pengembangan tesisnya lebih lanjut,[27] suatu perubahan sikap yang didukung oleh arkeologi termutakhir.[28]