Thierry Baudet memiliki nama panjang sebagai Thierry Henri Philippe Baudet[1] adalah seorang penulis dan ahli hukum berkebangsaan Belanda. Memiliki minat dan kemampuan di bidang jurnalistik, sastra, hukum, dan politik sehingga mampu membuat opini terkait isu-isu humas, sastra, dan dunia jurnalistik. Ia mendapatkan gelar Ph.D. di bidang hukum dari fakultas hukum Universitas Leiden, Belanda. Pria yang bermukim di Amsterdam ini, lahir pada tanggal 28 Januari 1983 di Heemstede, Belanda Utara, Belanda[2] yang berasal dari campuran keluarga Waloon Belanda dan leluhur Indonesia di Heemstede.[1] Sebagai seorang sastrawan, ia juga telah menerbitkan enam buku non-fiksi tentang filsafat, buku bermuatan politik dan sejarah, serta satu buku mengenai musik klasik.[3]
Thierry Baudet mengawali pendidikannya di Sekolah Dasar di Haarlemse Montessori selama enam tahun (1989-1995). Kemudian ia melanjutkan pendidikannya ke Stedelijk Gymnasium Haarlem (setara dengan sekolah menengah umum di Indonesia) selama enam tahun (1995-2001) di Kota yang sama, Kota Haarlem, Belanda. Kemudian ia mendapatkan gelar sarjana di bidang Sejarah pada tahun 2006 yang ia dapatkan dari Jurusan Sejarah, Universitas Amsterdam. Pada tahun yang sama ia juga merangkap gelar LL.M. (gelar magister hukum) untuk bidang Hukum Belanda di institusi yang sama, Universitas Amsterdam, Belanda. Dan pada tahun 2007 ia berhasil memperolah gelar Ph.D. dalam bidang hukum dari Universitas Leiden, Belanda.[1]
Selama masa produktifnya, Ia pernah menjabat sebagai Ketua lembaga think tank "Forum untuk Demokrasi.[3] Pada tanggal 25 September 2016, mendirikan Forum Partai Demokrasi Nasional - Konservatif. Kemudian Pada 23 Maret 2017 ia dilantik sebagai Ketua Partai politik sayap kanan Forum untuk Demokrasi/ Forum voor Democratie (FVD).[1] Selain terjun di dunia politik, di dunia Pendidikan ia merupakan pendiri sekaligus direktur Popup University, di De Molenhof. Kegiatan yang dilakukan oleh Popup University ialah menyelenggarakan acara-acara pengetahuan seperti; seminar, tur, dan acara internal dengan tujuan untuk menyatukan siswa, organisasi sosial, dan perusahaan agar saling bertukar pengetahuan dan pengalaman.[4] menjadi juru bicara untuk urusan luar negeri, eropa, keuangan, ekonomi, pendidikan, kesehatan masyarakat, infrastruktur, politik dan lingkungan. Pada tahun 2017 berhasil mendapatkan kursi dalam pemilihan parlemen mewakili partainya, Forum voor Democratie (FVD) bersama Theo Hiddema dari Den Haag mengalahkan pemilihan suara Geert Wilders [5] dan menjadi salah satu anggota the Lower House/ Majlis Rendah Amerika Serikat.[6] Pada tahun yang sama ia dinobatkan sebagai politisi tahun 2017 oleh Panel Opini EenVendaag.
Selain itu, oleh masyarakat Belanda, ia dijuluki Sebagai Tuan Referendum, setelah keterlibatannya dalam referendum 2016 tentang kesepakatan untuk memperkuat ikatan perdagangan antara UE dan Ukraina[7] Setelah dilantik sebagai anggota parlemen pada tahun 2017, pada pidato pertamanya di depan publik ia memberikan beberapa gagasan barunya yaitu peningkatan hubungan dengan negara Rusia, menentang euro, dan menyerukan negaranya, Belanda untuk segera keluar dari Uni Eropa.[8]