Thirty Seconds Over Tokyo | |
---|---|
Berkas:ThirtySecondsOverTokyo.jpg | |
Sutradara | Mervyn LeRoy |
Produser | Sam Zimbalist |
Skenario | Dalton Trumbo |
Berdasarkan | Thirty Seconds Over Tokyo karya Ted W. Lawson dan Robert Considine |
Pemeran | Van Johnson Robert Walker Spencer Tracy |
Penata musik | Herbert Stothart |
Sinematografer | Robert Surtees, ASC Harold Rosson, ASC |
Penyunting | Frank Sullivan |
Perusahaan produksi | Loew's Inc. |
Distributor | Metro-Goldwyn-Mayer |
Tanggal rilis |
|
Durasi | 138 menit |
Negara | Amerika Serikat |
Bahasa | Inggris |
Anggaran | $2,924,000[1] |
Pendapatan kotor | $6,247,000[1][2] |
Thirty Seconds Over Tokyo adalah sebuah film perang Amerika 1944 yang dirilis oleh Metro-Goldwyn-Mayer. Film tersebut berdasarkan pada kisah nyata Doolittle Raid, serangan udara Amerika pertama melawan Jepang yang bersifat balas dendam empat bulan setelah serangan Pearl Harbor yang dilakukan oleh Jepang pada Desember 1941.
Mervyn LeRoy menyutradarai Thirty Seconds Over Tokyo dan Sam Zimbalist memproduksi film tersebut. Permainan latarnya dibuat oleh Dalton Trumbo yang berdasarkan pada buku dengan nama yang sama yang dibuat pada 1943, yang ditulis oleh Kapten Ted W. Lawson, seorang pilot yang berpartisipasi dalam penyerbuan tersebut. Baik dalam buku maupun film tersebut, Lawson memberikan catatan saksi mata mengenai pelatihan, misi, dan dampak yang dituturkan oleh krunya dan orang lain yang terlibat dalam misi tersebut pada 18 April 1942. Lawson mempiloti "The Ruptured Duck", pesawat ke tujuh dari 16 B-25 yang meluncur dari landasan pesawat USS Hornet alias "Shangri-La."
Thirty Seconds Over Tokyo dibintangi Van Johnson sebagai Lawson, Phyllis Thaxter sebagai istrinya Ellen, Robert Walker sebagai Korporal David Thatcher, Robert Mitchum sebagai Letnan Bob Gray dan Spencer Tracy sebagai Letnan Kolonel Jimmy Doolittle, pria yang merencanakan dan memimpin penyerbuan tersebut. Film tersebut dikenal karena akurasi penggambarannya dari detail sejarah mengenai penyerbuan tersebut
Pada Februari 1942, tepat dua bulan setelah serangan Pearl Harbor, Angkatan Udara Amerika Serikat merencanakan untuk membalasnya dengan mengebom Tokyo dan empat kota Jepang lainnya