Timothy Richard adalah misionaris dari gereja Baptis.[1] Ia datang ke Tiongkok melalui Baptist Missionary Society.[1] Ia turut memengaruhi pendirian Republik Tiongkok.[2] Pada saat terjadi kelaparan di Tiongkok tahun 1876, ia banyak menolong masyarakat Cina yang terkena bencana kelaparan.[3]
Richard lahir di Llanfynydd pada tanggal 10 Oktober 1845.[1] Ia dibaptis pada umur 14 tahun.[1] Richard bertobat ketika terjadi kebangunan rohani besar-besaran di Skotlandia.[4] Kemudian, ia belajar di Harverfordwest Theological College.[4] Pada saat proses studinya, ia memutuskan untuk pergi ke Tiongkok.[1] Awalnya ia ingin bergabung dengan China Inland Mission (CIM).[4] Namun akhirnya ia bergabung dengan Baptist Missionary Society karena asas-asas misinya tidak sejalan dengan strategi CIM.[5] Ia memulai misinya di Shantung pada tahun 1870.[5] Pada tahun 1875, ia melanjutkan misinya dari pantai TsingThou (Weifang) karena di sana ada banyak agama dan kepercayaan batin yang mencari sesuatu “yang lebih tinggi” daripada yang sebelumnya telah ditemukan oleh tiga agama yang ada di Tiongkok.[5] Pada lima tahun pertama di Shantung, ia hanya berhasil membaptis 3 orang.[5] Namun, setelah ia menggunakan pakaian Cina, ia berhasil menobatkan 15 orang.[5] Ia menikah pada tahun 1878.[5]
Richard adalah orang pertama yang membantu penanggunalan kelaparan di Tiongkok, khususnya masyarakat di Shanxi yang sedang mengalami bencana kelaparan pada tahun 1876.[3] Ia berkeliling untuk menolong orang-orang yang kelaparan.[3] Ia mendapatkan dana bantuan dari Cina Relief Committee dan Organized Extensive Relief di Taiyuan untuk bantuan lokal.[3] Menurutnya, pelayanan adalah panggilan iman Kristen untuk para misionaris Kristen. Selain itu, ia bekerja sama dengan Gereja Katolik Roma dan pengikut-pengikut non-Kristen dalam menyejahterakan masyarakat, karena ia percaya mereka juga bekerja untuk kesejahteraan Cina.[3] Pada tahun 1891, ia bersama keluarganya pergi ke Shangai.[3] Ia menjadi direktur dari Christian Literature Society. Lembaga ini menerbitkan buku-buku dan pamflet yang menunjukan hubungan pendidikan dan agama pada banyak aspek kehidupan orang-orang Cina.[3]
Bagi Richard, Injil dapat menjadi dihormati sebagai maksud dari peyelamatan setiap individu atau sebagai maksud penyelamatan bangsa secara keseluruhan dari regenerasi jiwa.[3] Selain itu juga, Richard menemukan kesamaan antara iman dan dua bagian kitab Buddha: The lotus scripture of the Tian Tai school dan the awakening of faith of pure land school.[3] Menurutnya the lotus merupakan pewahyuan Allah untuk Asia atau bisa diindikasikan sebagai Injil Cina.[3] Ia menyatakan bahwa Tuhan merupakan sesuatu yang Transenden dan Imanen: keselamatan oleh iman dan usaha, rasa kasih yang dalam untuk dunia, kesetaraan untuk kerajaan Allah, dan realitas mesias yang telah datang memberkati semua manusia.[3]