Torana, juga disebut sebagai vandanamalika,[1] adalah gerbang pelengkung datar berbentuk seperti gawang berhias yang berdiri sendiri dan berfungsi sebagai sarana upacara. Gerbang jenis ini lazim ditemukan dalam arsitektur Hindu, Buddha dan Jain di Anakbenua India, Asia Tenggara dan sebagian Asia Timur.[2]
Dipercaya bahwa gerbang torana India menjadi inspirasi bagi gerbang paifang Tiongkok, gerbang torii Jepang,[3][4][5] dan gerbang hongsalmun Korea, serta Sao Chingcha Thailand.[6]
Percy Brown, seorang Indologis dan arkeolog melacak asal-usul torana dari grama-dvara (gerbang desa) pada zaman Weda (1500 SM – 500 SM) yang kemudian berkembang menjadi struktur hiasan kota, istana, serta bangunan suci.[7] Menurut naskah weda Arthasastra, gerbang dengan bentuk yang berbeda dibangun untuk menghiasi pintu masuk kota atau istana.[7]
Sebuah fragmen batu pelengkung ditemukan oleh K. P. Jayaswal dari Kumhrar, Pataliputra dan telah dianalisis berasal dari zaman pra Maurya, yakni zaman Nanda. Fragmen ini berupa batu gerbang pelengkung berlembar tiga dengan tanda beraksara Brahmi kuno, yang mungkin adalah bagian dari hiasan torana.[8][9][10] Batu berbentuk baji dengan lekukan ini dipoles gaya Maurya pada kedua sisinya, dan ditopang secara vertikal.
Di Kekaisaran Maurya, bukti arkeologis menunjukkan bahwa stupa Sanchi berasal dari abad ketiga sebelum masehi. Bentuk torana berbahan batu Sanchi adalah tiruan dari konstruksi kayu dan bata, yang populer dalam arsitektur India sebelum abad III SM.[11][12][13]
Dalam arsitektur Kalinga torana dapat dilihat di berbagai kuil yang dibangun dalam kurun abad VII sampai XII masehi. Kuil Jagannath, kuil Rajarani, kuil Mukteshvara, dan kuil Mukteswar, adalah contoh kuil Kalinga yang memiliki torana.
Di Gujarat, beberapa torana dibangun pada zaman Dinasti Chaulukya (abad X-XII masehi). Kebanyakan terkait dengan kuil.[14]
Torana adalah gerbang suci sebagai simbol penghormatan dalam arsitektur Buddha dan Hindu.[15] Bentuk lazimnya adalah batang yang menonjol ditopang dua tiang yang tegak lurus. Torana biasanya dibuat dari bahan kayu atau batu, dan batang menyilangnya umumnya terdiri atas tiga batang yang dipasang bersusun saling bertumpuk; baik batang datar ataupun tiang biasanya diukir dengan hiasan yang kaya.
Torana biasanya dikaitkan dengan bangunan Buddha, yakni stupa seperti Stupa Agung di Sanchi, juga dikaitkan dengan bangunan suci Jain dan Hindu, serta ada pula bangunan sekuler yang mengambil bentuk torana. Torana simbolis dapat juga dibuat dari rangkaian bunga atau dedaunan yang digantung di atas gawang pintu, kebiasaan ini biasanya ditemukan di India Barat dan India Selatan. Torana dipercaya dapat membawa keberuntungan karena melambangkan kebahagiaan dan perayaan. Torana juga dapat dibuat untuk tujuan pendidikan dan narasi, atau ditegakkan untuk memperingati kejayaan dan kemenangan seorang raja.[16]
Pada saat perayaan Waisak di Sri Lanka, ada tradisi untuk membuat dan menegakkan torana yang dihiasi lampu listrik berwarna-warni, kemudian torana yang bercahaya ini dipasang di tempat umum. Dekorasi torana berlampu ini akan dipasang untuk sementara waktu, biasanya dipasang selama beberapa pekan sejak perayaan Waisak.