Transfer pengetahuan

Transfer pengetahuan merupakan sebuah konsep berbagi informasi yang dibahas pada bidang ilmu sosial. Transfer pengetahuan merupakan proses belajar suatu kelompok masyarakat berdasarkan pengalamannya. Transfer pengetahuan pada tingkat individu memiliki makna sebagai sebuah proses duplikasi pengetahuan dari sumber pengetahuan ke penerima.

Latar belakang

[sunting | sunting sumber]

Dalam proses transfer pengetahuan terdapat proses penciptaan pengetahuan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang saat menjadikan sebuah informasi sebagai pengetahuan untuk dirinya sendiri.

Menurut Nonaka, adanya pengetahuan dikarenakan interaksi antara pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit bukan hanya pengetahuan tacit atau pengetahuan eksplisit saja. Antara kedua pengetahuan ini saling berinteraksi dan tidak dapat berjalan sendiri, dengan hanya mengikuti pengetahuan eksplisit tanpa pengetahuan tacit saja dapat menghilangkan makna dari pengetahuan itu sendiri. Maka dari itu diperlukan pengaturan pengetahuan eksplisit dan tacit sebagai bagian yang saling melengkapi.[1]

Menurut Jonjoubsong, pengetahuan tacit lebih menunjukkan pengetahuan mengenai bagaimana “know how”, sedangkan pengetahuan lainnya dikaitkan dengan sistem operasional dari pengetahuan itu sendiri. Pengetahuan yang dapat dilihat menerangkan sesuatu dinamakan “know-what”, pengetahuan yang menjelaskan mengenai cara dinamakan “know-how", pengetahuan yang menjelaskan teori dinamakan “know-why”, dan pengetahuan pribadi dinamakan “know-who.” Dengan demikian, pengetahuan memiliki unsur-unsur yaitu know, knowing, knower, knowledge. Know berkaitan dengan apa yang diketahui, knowing untuk mengetahui dalam kata sifat, knower untuk orang yang mengetahui dan knowledge untuk objek pengetahuan.

Pembentukan pengetahuan baru merupakan proses yang berkelanjutan yang membutuhkan interaksi antara pengetahuan tacit dan eksplisit. Interaksi ini dinamakan Four Modes of Knowledge Conversion proses konversi pengetahuan. Konversi merupakan proses sosial antar individu bukan terlahir dari individu. Adapun empat proses konversi pengetahuan yaitu sosisalisasi, eksternalisasi, kombinasi dan internalisasi (SECI) yang membentuk spiral pengetahuan.

Konversi pengetahuan dimulai dengan socialization yang merupakan tahap awal membagi pengetahuan dalam bentuk tacit pemberi ke tacit penerima. Pengetahuan tacit yang sudah didapatkan penerima dijadikan pengetahuan eksplisit yang didokumentasikan dalam bentuk tulisan atau terekam yang dinamakan externalization. Setelah itu pengetahuan yang direkam penerima dijadikan bentuk yang sederhana seperti panduan untuk memudahkan pembelajaran yang dinamakan combination. Pengetahuan yang terekam dalam bentuk panduan dipelajari kemudian dijadikan pengetahuan tacit kembali, tahapan ini dinamakan internalization.

  1. Sosialisasi (Socialization): sosialisasi merupakan proses mengubah pengetahuan melalui berbagi pengalaman. Proses ini membagi pengetahuan tacit pemberi sehingga menjadi pengetahuan tacit penerima. Pengetahuan yang akan diberikan kepada penerima dilakukan dengan pendekatan atau adaptasi dimana menghabiskan waktu bersama, tinggal di lingkungan yang sama, artinya seseorang yang akan mendapatkan pengetahuan mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh sumber. Apprentices learn their craft not by spoken words or written textbooks but by observing, imitating and practicing the works of their master.”
  2. Eksternalisasi (Externalization): proses konversi pengetahuan tacit menjadi eksplisit bagi penerima, pengetahuan yang ada dibagi dengan yang lain sehingga menjadi pengetahuan baru bagi penerima. Dalam hal ini terdapat materi-materi yang disampaikan sumber. Externalization is supported by two key factor. First, the articulation of tacit knowledge involve techniques that enable one to express his or her own ideas or images both through deductive/inductive analysis and through abduction with figurative language. The second factor involves translating the tacit knowledge of customers or experts into readily understandable.
  3. Kombinasi (Combination): proses mengubah pengetahuan eksplisit menjadi pengetahuan yang lebih komplit dan sistematis. Pengetahuan tacit yang sudah disampaikan oleh sumber didokumentasikan baik dalam bentuk tulisan tangan atau diketik sebagai media untuk mengingat materi yang sudah disampaikan. Pengetahuan eksplisit yang sudah ada dikombinasikan, diedit atau diproses menjadi pengetahuan baru. Pengetahuan eksplisit yang ada disebarluaskan pada anggota organisasi. In practice, combination relies on three processes. First, explicit knowledge is collected from inside or outside the organization and then combined. Second, the new explicit knowledge is disseminated among the organization members through presentation or meetings. Third, the explicit knowledge is edited or processed in the organization to make it more usable.
  4. Internalisasi (Internalization): proses mengaplikasikan pengetahuan eksplisit sebagai pengetahuan tacit individu. Pengetahuan eksplisit yang sudah didokumentasikan diterjemahkan untuk dijadikan pengetahuan tacit penerima. Pada kegiatan internalization pengetahuan eksplisit diaplikasikan menjadi pengetahuan tacit seperti “learning by doing”, artinya mempelajari yang sudah diajarkan secara langsung melalui pengetahuan yang sudah didokumentasikan. In practice, internalization relies on two dimensions. First, explicit knowledge has to be embodied in action and practice. Second, explicit knowledge can be embodied through simulations or experiments to tringger learning be doing.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Ikojiro, Nonaka (2001). Managing Industrial Knowledge: Creation, Transfer and Utilization. London: Sage Publication.