Ular paku
| |
---|---|
Dendrelaphis formosus | |
Status konservasi | |
Risiko rendah | |
IUCN | 192161 |
Taksonomi | |
Galat Lua: callParserFunction: function "Template" was not found. | |
Spesies | Dendrelaphis formosus F. Boie, 1827 |
Tata nama | |
Sinonim takson | Dendrophis formosa[1] |
Ular paku (Dendrelaphis formosus) adalah spesies ular tali yang tersebar di region Sunda (Indonesia barat dan Semenanjung Malaya). Dinamakan "ular paku" karena ular ini sering ditemukan berkelana di tanaman-tanaman paku liar. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Elegant Bronze-back, mengacu kepada warna-warna di tubuhnya.[2]
Nama penunjuk jenisnya berasal dari perkataan Latin, formosus, yang berarti "cantik"; merujuk kepada pola warna di tubuhnya.[2]
Ular bertubuh kecil dan ramping, namun panjang. Tergolong berukuran sedang, panjang tubuh keseluruhan mendekati 1,5 meter. Penampang tubuh sedikit memipih tegak, kepalanya lebih besar -jelas terbedakan- dari lehernya.[2] Dan sebagai ciri yang menyolok, sebagaimana disebutkan dalam deskripsi aslinya, adalah matanya yang berukuran besar serta tiga garis hitam lateral di belakang tubuh ("Oculis magnis, ..., tribusque ad latera trunci posterioris atris, ...").[1] Mata itu sedemikian besar, diameternya lebih besar daripada jaraknya ke lubang hidung,[2] sehingga kepalanya terlihat membenjol di bagian mata.[3] Dalam membahas morfologi D. schokari, jenis sekerabat yang juga memiliki mata besar, van Rooijen & Vogel (2008) menduga bahwa besarnya ukuran mata ini terkait dengan rendahnya intensitas cahaya di kedalaman hutan tropis yang menjadi habitat ular tersebut.[4]
Sisi atas kepala dan garis memanjang di tengah punggung berwarna cokelat zaitun. Sisik-sisik di sisi tubuh dengan bintik-bintik berwarna hijau terang di tengahnya dan garis hitam sempit di tepinya, yang bersama-sama membentuk pola garis-garis tegak hijau pucat diselingi garis sempit hitam lateral. Suatu coreng hitam berjalan di sisi moncong, melintasi mata, dan berakhir di belakang kepala. Bibir dan sisi bawah tubuh berwarna hijau terang.[2]
Deskripsi rinci karakter neotipe Dendrelaphis formosus adalah sbb. (angka dalam kurung siku adalah median dan kisaran dari 33 spesimen):[3]
Beberapa jenis yang berkerabat dan bermiripan bentuknya dikelompokkan ke dalam 'grup' Dendrelaphis formosus; dengan ciri-ciri umum bersama seperti mata yang berukuran sedang hingga sangat besar; sisik vertebral yang sangat membesar, lebih besar dari sisik dorsal deret pertama; 15 deret sisik dorsal; sisik loreal tunggal; serta tidak memiliki garis terang ventrolateral. Selain D. formosus, anggota kelompok ini adalah D. cyanochloris, D. humayuni, D. kopsteini, dan D. underwoodi.[5]
Ular paku tersebar di region Sunda, mulai dari Semenanjung Malaya (Thailand, Malaysia, Singapura), hingga Kepulauan Indonesia bagian barat. Di Indonesia, ular ini ditemukan di Sumatra dan pulau-pulau sekitarnya (Kep. Mentawai, Kep. Riau, Bangka dan Belitung), Jawa, dan Kalimantan. Juga di Brunei Darussalam.[6]
Ular ini hidup di hutan primer dan sekunder pada elevasi rendah.[2]
Ular paku termasuk spesies ular tali yang cukup jarang ditemukan. Aktif pada siang hari dan berkelana di pepohonan, tanaman, atau semak-semak. Ular ini diketahui hanya beraktivitas di atas pohon, dan hampir tidak pernah berkelana di tanah, biasanya hanya untuk memburu mangsa atau mencari air untuk minum. Makanan utamanya adalah jenis-jenis kadal pohon.[7]
Ular paku berkembangbiak dengan bertelur (ovipar). Jumlah telur yang dihasilkan antara 6 hingga 8 butir dan akan menetas setelah diinkubasi selama 13 hingga 17 pekan. Seekor ular paku muda yang baru menetas berukuran panjang sekitar 30 cm.[7]
Neotipe: RMNH 877; spesimen ular dewasa. Sekarang tersimpan dalam koleksi Naturalis Biodiversity Center (dulu RMNH, Rijksmuseum van Natuurlijke Historie; Museum Kerajaan untuk Sejarah Alam) di Leiden, Negeri Belanda. Lokalitas tipe adalah Jawa.[3]