Kontributor utama artikel ini tampaknya memiliki hubungan dekat dengan subjek. |
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta | |
---|---|
Informasi | |
Nama lain | Universitas Islam Negeri Jakarta |
Nama sebelumnya | Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta |
Moto | Knowledge, Piety, Integrity (bahasa Indonesia: Pengetahuan, Kesalehan, Integritas) |
Jenis | Perguruan tinggi Islam negeri di Indonesia |
Didirikan | 1 Juni 1957 |
Lembaga induk | Kementerian Agama Republik Indonesia |
Afiliasi | Islam |
Rektor | Prof. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D. |
Staf akademik | ± 1.435 |
Jumlah mahasiswa | ± 34.182 |
Alamat | Jl. Ir. H. Djuanda No. 95, Cempaka Putih, Ciputat Timur , , , 6°18′24″S 106°45′22″E / 6.3066928°S 106.756146°E |
Kampus | Urban, 78,7 ha |
Bahasa | |
Warna | Biru |
Nama julukan | UIN Syahid/UIN Jakarta |
Situs web | www |
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (atau dikenal UIN Jakarta; bahasa Arab: جامعة شريف هداية الله الإسلامية الحكومية جاكرتا; bahasa Inggris: Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta) adalah sebuah universitas Islam negeri yang terletak di Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Sedangkan Kampus PPG berlokasi di Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat.
Meskipun bernama UIN Jakarta, letak universitas ini bukan di Provinsi DKI Jakarta, tetapi terletak di sebelah barat daya dari provinsi tersebut.
Sejarah pembentukan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berawal dari didirikannya Sekolah Tinggi Islam (STI) pada tahun 1940, yang kemudian berubah menjadi Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) tahun 1957-1960, kemudian menjadi bagian dari fakultas IAIN al-Jami’ah al-Islamiyah al-Hukumiyah tahun 1960-1963, hingga memperoleh kewenangan yang lebih luas sebagai IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1963-2002, dan mengalami perubahan nama menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2002-sekarang. Dibentuknya ADIA (1 Juni 1957), diperingati sebagai hari jadi universitas ini.[1]
Pendirian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ditetapkan melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2002. Lembaga pendidikan ini hadir seiring dengan meningkatnya kebutuhan pendidikan tinggi Islam modern. Hal ini telah mulai berkembang, termasuk pada masa-masa sebelum kemerdekaan Indonesia. Dr. Satiman Wirjosandjojo yang merupakan seorang Muslim terpelajar, sempat melakukan sejumlah usaha terkait pembentukan Pesantren Luhur sebagai lembaga pendidikan tinggi berasaskan Islam. Hal ini kemudian tidak terlaksana karena berbagai hambatan yang dilakukan oleh Belanda saat masa penjajahan.[2]
Pada tahun 1940 di Padang, Persatuan Guru Agama Islam (PGAI) mendirikan Sekolah Tinggi Islam (STI). Namun demikian, STI kemudian berhenti beroperasi pada tahun 1942, seiring pendudukan oleh Jepang. Jepang kemudian menjanjikan agar suatu lembaga pendidikan tinggi agama dapat dibentuk di Jakarta. Hal ini menjadi landasan pendirian yayasan, dimana Mohammad Hatta bertindak sebagai ketua yayasan, dengan didampingi oleh Mohammad Natsir yang menjadi sekretaris.
Yayasan tersebut lalu mendirikan Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta pada tanggal 8 Juli 1945. Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir menjadi pemimpin STI. Pendirian STI juga didukung oleh beberapa tokoh, termasuk Mohammad Hatta, Abdul Wahid Hasjim, Mas Mansur, Fathurrahman Kafrawi, dan Farid Ma'ruf. Setahun berselang, STI dipindahkan ke Yogyakarta, pada saat ibu kota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta. STI kemudian mengalami perkembangan positif, yang diikuti dengan perubahan nama STI menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) pada 22 Maret 1948. Hingga tahun 1948, UII memiliki empat buah fakultas, yakni Fakultas Agama, Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Pendidikan.
Fakultas Agama UII kemudian dipisahkan dari UII, dan dibentuk Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN). Pada saat itu, Departemen Agama memerlukan sejumlah tenaga fungsional sehingga perguruan tinggi agama Islam dipandang perlu untuk dibentuk. Pendirian PTAIN merujuk kepada Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1950. PTAIN dimaksudkan sebagai lembaga pengajaran Islam tingkat tinggi, sekaligus menjadi pusat ilmu agama Islam. Peraturan Pemerintah tersebut juga menetapkan 26 September 1950 sebagai hari jadi PTAIN. Pada 1951, terdapat 67 orang mahasiswa dalam tiga jurusan, yakni Jurusan Tarbiyah, Jurusan Qadla (Syariah), dan Jurusan Dakwah. PTAIN dipimpin oleh K.H.R. Muhammad Adnan.
Beberapa mata kuliah yang diajarkan pada periode tersebut meliputi beberapa hal, termasuk Bahasa Arab, Pengantar Ilmu Agama, Fiqih, Ushul Fiqih, Tafsir, Hadits, Ilmu Kalam, Filsafat, Mantiq, Akhlaq, Tasawuf, Perbandingan Agama, Dakwah, Tarikh Islam, Sejarah Kebudayaan Islam, Ilmu Pendidikan dan Kebudayaan, Ilmu Jiwa, Pengantar Hukum, Asas-asas Hukum Publik dan Privat, Etnologi, Sosiologi, dan Ekonomi. Setelah kelulusan, mahasiswa mendapatkan gelar Bachelor of Art (B.A.) bagi mereka yang lulus Bakaloreat dan Doktorandus (Drs.) untuk mahasiswa yang lulus tingkat Doktoral. Komposisi tersebut menjadi kajian utama perguruan tinggi Islam yang terus berlanjut sampai masa-masa berikutnya. Gelar akademik yang ditawarkan juga tetap digunakan sampai periode 1980-an.[3]
Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) didirikan di Jakarta pada tanggal 1 Juni 1957 oleh Departemen Agama Republik Indonesia. Hal ini seiring dengan kebutuhan akan tenaga fungsional yang menajar ilmu agama Islam. Dengan dibentuknya ADIA, para pegawai negeri dapat memperoleh pendidikan akademi dan semi-akademi yang mampu mengajarkan ilmu agama Islam di berbagai tingkat dan lembaga pendidikan. Pendidikan berlangsung dalam dua tingkat, yakni semi-akademi selama tiga tahun, yang diikuti dengan tingkat akademi selama dua tahun, sehingga total masa studi berlangsung untuk lima tahun.
Terdapat tiga buah jurusan dalam ADIA, yakni Pendidikan Agama, Bahasa Arab, dan Da'wah wal Irsyad yang dikenal sebagai jurusan khusus Imam Tentara. Kurikulum yang dipergunakan tidak memiliki perbedaan signifikan bila dibandingkan dengan kurikulum yang digunakan pada PTAIN lainnya, dengan penambahan materi terkait para tenaga fungsional. ADIA dipimpin oleh Prof. Dr. H. Mahmoed Joenoes yang menjabat sebagai dekan, dengan didampingi oleh Wakil Dekan Prof. Dr. H. Bustami Abdul Gani.
Mahasiswa yang dapat masuk dan berkuliah di ADIA hanyalah mereka yang sedang ditugaskan untuk belajar. Para calon mahasiswa merupakan pegawai atau guru agama yang berada dalam lingkungan Departemen Agama. Beberapa mahasiswa lain merupakan perwakilan berbagai daerah di Indonesia. Pada saat itu, ADIA ditunjang pengelolaan dan penyediaan anggarannya oleh Jawatan Pendidikan Agama (Japenda) sebagai bagian dari Departemen Agama Republik Indonesia. Japenda bertugas dalam hal pengelolaan madrasah dan persiapan para tenaga pendidik Islam untuk sekolah umum.
Dalam tempo sepuluh tahun, beberapa perkembangan ditunjukkan oleh PTAIN, antara lain dengan peningkatan jumlah mahasiswa dan perluasan materi pembelajaran. Beberapa mahasiswa juga berasal dari sejumlah negara di Asia Tenggara, antara lain Malaysia, Singapura, dan Brunei. Dengan berkembangnya lembaga pendidikan ini, ADIA dan PTAIN dilebur menjadi suatu lembaga pendidikan tinggi agama Islam negeri, yang dikuatkan dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1960, yang ditandatangani pada 24 Agustus 1960. Pada saat yang sama, lembaga ini mengalami perubahan nama menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) al-Jami'ah al-Islamiyah al-Hukumiyah. Peresmian IAIN dilakukan di Gedung Kepatihan Yogyakarta oleh K.H. M. Wahib Wahab selaku Menteri Agama. Prof. Mr. Sunario Sastrowardoyo menjadi rektor pertama IAIN.
Kedua lembaga tersebut kembali dipisahkan setelah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1963 ditetapkan. Hal ini disusul dengan penetapan dua IAIN di Indonesia, yakni IAIN Sunan Kalijaga di Yogyakarta dan IAIN Syarif Hidayatulah di Jakarta, berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 49 Tahun 1963, tertanggal 25 Februari 1963.
Nama Syarif Hidayatullah diambil dari nama asli Sunan Gunung Jati, salah satu Walisongo, sembilan penyiar Islam di Pulau Jawa. Syarif Hidayatullah (1448–1568) merupakan putra Nyai Rara Santang, putri Prabu Siliwangi dari Pajajaran, yang menikah dengan Syarif Abdullah, penguasa di salah satu wilayah Mesir. Syarif Hidayatullah memiliki banyak gelar, termasuk gelar Sunan Gunung Jati setelah ia meninggal dunia dan dimakamkan di Cirebon. Syarif Hidayatullah dikenal sebagai salah satu Walisongo yang memiliki peran ganda, yakni sebagai penguasa, setelah berhasil menguasai Sunda Kelapa atas pasukan Portugis, sekaligus sebagai seorang ulama yang menyiarkan ajaran agama.
Dalam melakukan dakwah, ia menggunakan pendekatan tukar pikiran secara personal dengan toleransi, ataupun juga dengan cara debat apabila orang tersebut cenderung secara jelas-jelasan menentang konsep Islam. Pendekatan ini diklaim efektif dalam menarik simpati masyarakat, di samping juga dengan sikap sosialnya yang tinggi dengan banyak memberikan bantuan kepada masyarakat miskin.[4]
Syarif Hidayatullah tidak bersikap frontal terhadap agama, kepercayaan, dan adat istiadat penduduk setempat. Sebaliknya, ia memperlihatkan keindahan dan kesederhanaan Islam. Yang dilakukannya adalah menunjukkan kelebihan Islam dan persamaan derajat di antara sesama manusia. Dalam rangka membina keberagaman masyarakat dari berbagai etnis, ia menjalin ikatan perkawinan dengan adik Bupati Banten, putri Kaunganten (1475), Ibu Maulana Hasanuddin; seorang putri Cina, Ong Tien, pada tahun 1481 (tidak memperoleh keturunan); putri Arab bernama Syarifah Bagdad, ibu dari Pangeran Jaya Kelana dan Pengeran Brata Kelana, dan Nyi Tepasari dari Majapahit, ibu dari Ratu Winahon dan Pangeran Pasarean. Syarif Hidayatullah memiliki peranan yang besar dalam pengukuhan Islam di Sunda Kelapa, yang di kemudian hari ia memberikan nama Jayakarta dan diubah nama kota tersebut menjadi Batavia oleh Kompeni Belanda. Penamaan IAIN Jakarta dengan Syarif Hidayatullah antara lain bertujuan menghargai jasa sekaligus menjadikannya sebagai sumber inspirasi bagi pengembangannya di masa yang akan datang.[5]
Sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi Islam tertua di Indonesia, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dipandang sebagai "Jendela Islam di Indonesia", sekaligus sebagai simbol kemajuan dalam pembangunan sosial, secara khusus dalam hal sosial-keagamaan.[6] Hal tersebut mendorong IAIN untuk kemudian berkembang dan berubah menjadi UIN Syarif Hidayatullah. Pada saat Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, menjabat sebagai pimpinan lembaga, IAIN mengalami penambahan program studi, dengan penambahan jurusan Psikologi dan Pendidikan Matematika pada Fakultas Tarbiyah. Fakultas Syariah juga mengalami penambahan jurusan dengan dimulainya Jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam sejak tahun akademik 1998–1999. IAIN juga membuka program studi Agrobisnis dan Teknik Informatika, sebagai hasil kerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Program studi Manajemen dan Akutansi kemudian juga mulai dibuka pada tahun 2002. Pada tahun 2001, IAIN mengalami penambahan fakultas, yakni Fakultas Psikologi dan Dirasat Islamiyah yang memiliki kerja sama dengan Universitas Al-Azhar, Mesir.
Pada tanggal 21 November 2001, Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama mengeluarkan rekomendasi pemerintah dalam bentuk Surat Keputusan Bersama (SKB) agar IAIN dapat berubah menjadi UIN. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas kemudian merekomendasikan pembukaan 12 program studi, baik eksakta maupun sosial, yakni (secara alfabetis):
Rancangan Keputusan Presiden terkait perubahan bentuk dari IAIN menjadi UIN juga mendapatkan rekomendasi dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Dirjen Anggaran pada Departemen Keuangan, masing-masing pada Januari dan Februari 2002. Pada tanggal 20 Mei 2002, Presiden menandatangani Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2002, tentang Perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Peresmian terkait perubahan bentuk dari IAIN menjadi UIN berlangsung pada 8 Juni 2002, bersamaan dengan pelaksanaan Dies Natalis ke-45 dan Lustrum ke-9, serta pemancangan tiang pertama untuk Kampus UIN Jakarta yang didukung dalam hal pendanaan oleh Islamic Development Bank (IDB). UIN Jakarta juga membuka satu fakultas baru, yakni Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dengan program studi Kesehatan Masyarakat. Hal ini disetujui oleh Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama, masing-masing pada April dan Mei 2004. UIN Jakarta merayakan Golden Anniversary pada 1 Juni 2007, seiring 50 tahun pendirian lembaga pendidikan ini.
Logo baru UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan amanat Rapat Senat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008. Logo baru itu mengandung 4 (empat) karakter utama, yaitu Keislaman, Keilmuan, Keindonesiaan, dan Globalisme. Ciri atau karakter tersebut tercermin dalam logo baru dengan penjelasan sebagai berikut:
Bayang-bayang bola dunia
Garis edar elektron
Bunga lotus atau sidrah
Kitab
Garis putih pada kata-kata UIN
Warna biru
Warna kuning
Sejak 2007 UIN Syarif Hidayatullah menetapkan motto "Knowledge, Piety, Integrity". Motto ini pertama kali disampaikan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, dalam pidato Wisuda Sarjana ke-67 tahun akademik 2006-2007.[4]
Knowledge mengandung arti bahwa UIN Syarif Hidayatullah memiliki komitmen menciptakan sumber daya insani yang cerdas, kreatif, dan inovatif. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berkeinginan memainkan peranan optimal dalam kegiatan learning, discoveries, and engagement hasil-hasil riset kepada masyarakat. Komitmen tersebut merupakan bentuk tanggung jawab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam membangun sumber insani bangsa yang mayoritas adalah Muslim. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ingin menjadi sumber perumusan nilai keislaman yang sejalan dengan kemodernan dan keindonesiaan. Oleh karena itu, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menawarkan studi-studi keislaman, studi-studi sosial, politik, ekonomi, sains dan teknologi modern dalam perspektif integrasi ilmu.
Piety mangandung pengertian bahwa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki komitmen mengembangkan inner quality dalam bentuk kesalehan di kalangan sivitas akademika. Kesalehan yang bersifat individual (yang tercermin dalam terma habl min Allah) dan kesalehan sosial (yang tercermin dalam terma habl min al-nas) merupakan basis bagi sivitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam membangun relasi sosial yang lebih luas.
Integrity mengandung pengertian bahwa sivitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan pribadi yang menjadikan nilai-nilai etis sebagai basis dalam pengambilan keputusan dan perilaku sehari-hari. Integrity juga mengandung pengertian bahwa sivitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki kepercayaan diri sekaligus menghargai kelompok-kelompok lain.
Dalam moto "Knowledge, Piety, Integrity" terkandung sebuah spirit untuk mewujudkan kampus madani, sebuah kampus yang berkeadaban, dan menghasilan alumni yang memiliki kedalaman dan keluasaan ilmu, ketulusan hati, dan kepribadian kukuh.
Sebagai bentuk reintegrasi ilmu, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sejak tahun akademik 2002/2003 menetapkan nama-nama fakultas dan program studi sebagai berikut: [24]
No. | Fakultas | Dekan/Direktur | Program Studi | Gelar Akademik |
I. | Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) | Siti Nurul Azkiyah, M.Sc., Ph.D. | Pendidikan Agama Islam (S1) | S.Pd. |
Pendidikan Bahasa Arab (S1) | S.Pd. | |||
Pendidikan Bahasa Inggris (S1) | S.Pd. | |||
Pendidikan Bahasa Indonesia (S1) | S.Pd. | |||
Pendidikan Biologi (S1) | S.Pd. | |||
Pendidikan Kimia (S1) | S.Pd. | |||
Pendidikan Fisika (S1) | S.Pd. | |||
Pendidikan Matematika (S1) | S.Pd. | |||
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (S1) | S.Pd. | |||
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah/SD (S1) | S.Pd. | |||
Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (S1) | S.Pd. | |||
Manajemen Pendidikan (S1) | S.Pd. | |||
Pendidikan Agama Islam (S2) | M.Pd. | |||
Pendidikan Bahasa Arab (S2) | M.Pd. | |||
Pendidikan Bahasa Inggris (S2) | M.Pd. | |||
Manajemen Pendidikan Islam (S2) | M.Pd. | |||
II. | Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) | Dr. Ade Abdul Hak, S.Ag., S.S., M.Hum. | Bahasa dan Sastra Arab (S1) | S.Hum. |
Bahasa dan Sastra Inggris (S1) | S.S. | |||
Sejarah dan Peradaban Islam (S1) | S.Hum. | |||
Tarjamah (S1) | S.Hum. | |||
Ilmu Perpustakaan (S1) | S.I.P. | |||
Bahasa dan Sastra Arab (S2) | M.Hum. | |||
Sejarah dan Peradaban Islam (S2) | M.Hum. | |||
III. | Fakultas Ushuluddin (FU) | Prof. Drs. Ismatu Ropi, M.A., Ph.D. | Perbandingan Agama (S1) | S.Ag. |
Akidah Filsafat (S1) | S.Ag. | |||
Tafsir Al-Qur'an (S1) | S.Ag. | |||
Tafsir Hadits (S1) | S.Ag. | |||
Ilmu Tasawuf (S1) | S.Ag. | |||
Perbandingan Agama (S2) | M.Ag. | |||
Akidah Filsafat (S2) | M.Ag. | |||
Tafsir Hadits (S2) | M.Ag. | |||
IV. | Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) | Dr. Muhammad Maksum, M.A. | Perbandingan Madzhab (S1) | S.H. |
Hukum Tata Negara (Siyasah) (S1) | S.H. | |||
Hukum Pidana Islam (Jinayah) (S1) | S.H. | |||
Hukum Keluarga (Ahwal Syakhsyiyah) (S1) | S.H. | |||
Hukum Ekonomi Syariah (Mu'amalat) (S1) | S.H. | |||
Ilmu Hukum (S1) | S.H. | |||
Hukum Ekonomi Syariah (Mu'amalat) (S2) | M.H. | |||
Hukum Keluarga Islam (S2) | M.H. | |||
V. | Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) | Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si. | Komunikasi dan Penyiaran Islam (S1) | S.Sos. |
Bimbingan dan Penyuluhan Islam (S1) | S.Sos. | |||
Pengembangan Masyarakat Islam (S1) | S.Sos. | |||
Kesejahteraan Sosial (S1) | S.Sos. | |||
Manajemen Dakwah (S1) | S.Sos. | |||
Jurnalistik (S1) | S.I.Kom. | |||
Komunikasi dan Penyiaran Islam (S2) | M.Sos. | |||
VI. | Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI) | Dr. Yuli Yasin, M.A. | Dirasat Islamiyah (S1) | S.S.I. |
Dirasat Islamiyah (S2) | M.S.I. | |||
VII. | Fakultas Psikologi (FPSI) | Dr. Yunita Faela Nisa, M.Psi. | Psikologi (S1) | S.Psi. |
Psikologi (S2) | M.Psi. | |||
VIII. | Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) | Prof. Dr. Ibnu Qizam, S.E., M.Si., Ak., CA | Manajemen (S1) | S.E. |
Akuntansi (S1) | S.E. | |||
Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (S1) | S.E. | |||
Perbankan Syariah (S1) | S.E. | |||
Ekonomi Syariah (S1) | S.E. | |||
Perbankan Syariah (S2) | M.E. | |||
Perbankan Syariah (S3) | Dr. | |||
IX. | Fakultas Sains dan Teknologi (FST) | Husni Teja Sukmana, S.T., M.Sc., Ph.D. | Teknik Informatika (S1) | S.Kom. |
Sistem Informasi (S1) | S.Kom. | |||
Agribisnis (S1) | S.P. | |||
Biologi (S1) | S.Si. | |||
Kimia (S1) | S.Si. | |||
Fisika (S1) | S.Si. | |||
Matematika (S1) | S.Mat. | |||
Teknik Pertambangan (S1) | S.T.[25] | |||
Agribisnis (S2) | M.P. | |||
X. | Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) | Prof. Dr. Zilhadia, M.Si., Apt. | Ilmu Keperawatan (S1) | S.Kep. |
Farmasi (S1) | S.Farm. | |||
Kesehatan Masyarakat (S1) | S.K.M. | |||
Ners (Profesi) | Ners. | |||
Apoteker (Profesi) | Apt. | |||
XI. | Fakultas Kedokteran (FK) | Dr. dr. Achmad Zaki, M.Epid., Sp.OT., FICS | Kedokteran (S1) | S.Ked. |
Pendidikan Dokter (Profesi) | dr. | |||
XII. | Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) | Prof. Dr. Dzuriyatun Toyibah, M.Si., M.A. | Hubungan Internasional (S1) | S.Sos. |
Ilmu Politik (S1) | S.Sos. | |||
Sosiologi (S1) | S.Sos. | |||
XIII. | Sekolah Pascasarjana (SPS) | Prof. Dr. Zulkifli, M.A. | Magister Studi Islam (S2) | M.A. |
Doktor Studi Islam (S3) | Dr. |
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki tiga lokasi kampus. Pertama, Kampus I yang terletak di Jl. Ir. H. Djuanda Ciputat. Kedua, Kampus II yang terletak di Jl. Kertamukti Ciputat, Jl. Tarumanegara Ciputat, dan Jl. Legoso Raya Ciputat. Ketiga, Kampus III yang terletak di Jl. Raya Parung Ciputat (Bojongsari Raya) Depok. Fasilitas pendidikan yang terdapat di Kampus I, II, dan III antara lain:
Rumah Sakit Haji Jakarta merupakan rumah sakit pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.[26]
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki dua Klinik Pelayanan Kesehatan Masyarakat (KPKM) yang dikelola oleh Rumah Sakit Syarif Hidayatullah. Pertama, terletak di Desa Reni Jaya Pamulang. Kedua, terletak di Desa Buaran Serpong.[27]
Sejak tahun akademik 2014/2015, seluruh program studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerapkan kurikulum berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Penerapan KKNI ini merupakan amanah Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012, Permenristekdikti RI Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Pendidikan Tinggi, dan SK Rektor Nomor 10 Tahun 2015, serta Perubahan SK Rektor Nomor 215 Tahun 2016 tentang Perubahan SK Rektor Nomor 10 Tahun 2015 tentang Pedoman Kurikulum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan mengacu pada KKNI, pengelompokan mata kuliah berdasarkan outcome yang jelas, sehingga diharapkan dapat membentuk sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), keterampilan khusus (practical skills), keterampilan yang dapat dialihkan (transferable skills), dan pembelajaran seumur hidup. Universitas mendorong seluruh program studi agar berpartisipasi dalam asosiasi program studi dan asosiasi bidang keilmuan untuk membahas lebih tajam substansi ilmu untuk dimasukkan ke dalam mata kuliah.[28]
Alumni dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berjasa bagi dunia pendidikan, politik, hukum, agama, dan hiburan di Indonesia antara lain:
Setiap tahun akademik baru, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta membuka pendaftaran calon mahasiswa baru untuk Program Sarjana (S1), Program Magister (S2), dan Program Doktor (S3). Waktu pendaftaran program S1 biasanya dilakukan dari awal Februari sampai awal Juli. Beberapa jalur masuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta antara lain: