Vegetarianisme lingkungan

Vegetarisme atau vegetarianisme lingkungan adalah upaya untuk menguragi gas emisi yang berakibat negatif pada lingkungan disebabkan oleh konsumsi daging, unggas, dan ikan serta mendorong untuk meningkatkan produksi dan konsumsi sayuran dan buah-buahan. Vegetarianisme lingkungan lahir dari kehawatiran terhadap perubahan iklim yang menunjukkan bahwa peternakan dan proses pemotongan hewan menyumbang 14% emisi gas rumah kaca secara global.[1]

Latar Belakang

[sunting | sunting sumber]

Gerakan ini bisa dibilang mulai populer pada 1971 ketika sebuah studi berjudul Diet for a Small Planet rilis, dan menjadi rujukan petunjuk diet bagi warga Amerika.[2] Selain itu, pada sebuah laporan Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) tahun 2006 berjudul Livestock's Long Shadow menunjukkan bahwa proses produksi daging sejak dari peternakan hingga sampai ke tangan konsumen membutuhkan lebih banyak energi, air, dan lahan yang artinya menyumbang dampak yang lebih besar pada perubahan iklim dibandingkan produksi berbasis tanaman. Beberapa studi juga menunjukkan bahwa vegetarianisme lingkungan dapat menekan produksi CO2 dan metana, mengurangi penggunaan air, serta obat-obatan kimiawi yang sering digunakan untuk mempercepat pertumbuhan hewan ternak. Selain itu, banyaknya yang mendukung gerakan ini karena dinilai dapat mengurangi pemusnahan habitat margasatwa dan pembakaran bahan bakar fosil.

  1. ^ "Environmental Vegetarianism | Civic Issue Blog". sites.psu.edu. Diakses tanggal 2020-02-10. 
  2. ^ Whoriskey, Peter (18 Desember 2015). "Is a vegetarian diet really better for the environment? Science takes aim at the conventional wisdom". Diakses tanggal 13 Februari 2020.