Wadon gunung | |
---|---|
Lukas, Labiobarbus leptocheilus dari Bengawan Bodo, Candirenggo, Ayah, Kebumen | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | L. leptocheilus
|
Nama binomial | |
Labiobarbus leptocheilus (Valenciennes, 1842)
| |
Sinonim | |
|
Wadon gunung atau umbu-umbu (Labiobarbus leptocheilus) adalah sejenis ikan air tawar anggota suku Cyprinidae (kerabat ikan mas). Ikan ini menyebar luas di Asia Tenggara daratan dan Indonesia bagian barat. Di Jakarta tempo dulu, ikan ini dikenal sebagai wadon gunung atau milem (Btw.); sementara namanya di tempat-tempat lain: umbu-umbu, lamba pasir, keperas (Jambi); nilem, tiworo (Sd.); wader, lukas, lokas (Jw.); kujem, kujam (Kaltim), dan lain sebagainya.[4][5] Ada pula yang menyebutnya siumbut[6] atau luang.[7] Dalam bahasa Inggris ikan ini disebut dengan nama Silver Shark-barb.
Ikan karper berukuran sedang, panjang standar (SL, standard length) mencapai 300 mm. Profil badannya memanjang, dengan sirip dorsal yang panjang. Tinggi tubuh 3,3-3,7 kalinya sebanding dengan panjang standar; sementara panjang kepalanya 4,7-5,2 kalinya sebanding dengan panjang standar. Dua pasang sungut terdapat di moncong dan di sudut mulut di rahang atas, yang akhir ini lebih panjang daripada diameter mata.[5]
Sirip dorsal (punggung) dengan IV jari-jari keras (duri) dan 21-26 jari-jari lunak; sirip anal (dubur) III, 5; sirip pektoral (dada) I, 16-17; dan sirip ventral (perut) I, 8.[5] Sisik-sisik dengan gurat sisi berjumlah 33-44. Batang ekor dikelilingi oleh 16-20 sisik. Vertebrae 34-36 (22-24+11-13.[8] Awal sirip dorsal kira-kira sejajar dengan gurat sisi ke-8 hingga 10; terpisahkan oleh 11-12 sisik dari ujung belakang kepala. Sirip kaudal (ekor) berbelah dalam, ujung-ujungnya meruncing, lebih panjang daripada kepala.[5]
Tubuh berwarna keperakan, sisi punggungnya gelap. Garis-garis gelap samar tampak terbentuk oleh bintik-bintik samar di tiap sisik dalam deretan memanjang, sering dengan pola noktah gelap besar yang juga samar di akhir gurat sisi.[5] Iris mata kuning, sirip-sirip berwarna bening (hyaline) kekuningan atau kemerahan, sedikit atau banyak bertabur bintik-bintik gelap kehitaman.[4]
Wadon gunung tercatat menyebar luas di Asia Tenggara daratan, di jaringan sungai-sungai Mekong, Salween, Chao Phraya dan Xe Bangfai. Juga di Semenanjung Malaya, Sumatra, Kalimantan, dan Jawa.[9] Spesimen contoh diperoleh dari Jambi (Batang Hari), Palembang; Sungai Kapuas, Pontianak, Sintang, Putussibau, Sungai Baram, Sungai Mendalam, Sungai Mahakam, Sungai Bo, Sungai Bulit; Jakarta, (Kali) Sunter, Perdana, Lebak, Ciampea, Bogor, Cikao, Tulungagung (Rawa Bening), Ngawi, Surabaya.[5]
Ikan ini biasa ditemukan di setengah kedalaman hingga dasar sungai-sungai kecil dan besar; juga didapati di wilayah yang mengalami banjir.[9] Pengamatan di Sungai Musi mendapatkan bahwa makanan ikan siumbut terutama terdiri dari serasah (64-70%); ditambah dengan ganggang chlorophyceae, diatom, cyanophyceae, desmidiaceae dan lain-lain.[6]
Siumbut di Sungai Musi diperkirakan memasuki masa berpijahnya pada bulan Januari; di mana ikan-ikan ini memiliki nilai indeks kematangan gonad (IKG) rata-rata yang tertinggi. Fekunditasnya berkisar antara 8.825-17.779 butir telur per ekor induk ikan, dengan diameter telur antara 0,3-0,68 mm.[6]
Wadon gunung merupakan ikan konsumsi bernilai lokal di daerah sebarannya. Ikan ini dijual dalam keadaan segar, biasanya bercampur dengan jenis-jenis karper kecil yang lain; atau diasinkan.
Roberts (1993) menganggap bahwa Dangila cuvieri, D. kuhlii dan D. leptocheila sebagaimana yang dideskripsi Valenciennes (1842) adalah spesies-spesies yang bersinonim. Ia memutuskan bahwa nama Labiobarbus leptocheilus mendapatkan prioritas atas nama-nama yang lain.[8]