Yang Guifei | |||||
---|---|---|---|---|---|
Selir Kehormatan Yang | |||||
Pasangan | Li Mao, Pangeran Shou Kaisar Tang Xuanzong | ||||
| |||||
Ayah | Yang Xuanyan |
Yang Yuhuan (楊玉環, 719M-756M), dikenal juga dengan nama Yang Guifei (Hanzi tradisional: 楊貴妃; Hanzi: 杨贵妃) adalah salah satu dari 4 wanita tercantik dalam sejarah Tiongkok.[1][2][3][4] Konon kecantikannya membuat bunga yang sedang mekar pun menjadi malu.[4]
Ia terkenal akan hubungannya dengan Li Longji (Kaisar Xuanzong dari Tang), yang sebenarnya adalah mertuanya.[2][4][5][6] Ia kemudian menjadi salah satu wanita terkuat di istana selama sejarah Tiongkok, tetapi kemudian diesksekusi karena Pemberontakan Anshi yang memprotes kekuasaan keluarga Yang, terutama Yang Guozhong, sepupu Yang Guifei yang juga Perdana Menteri Tang saat itu.[1][2][3][5]
Yang Yuhuan berasal dari Huayin, Hongnong.[1][2] Dia menjadi yatim-piatu pada umur yang terhitung muda.[2] Ia kemudian tinggal bersama pamannya di Henan.[2] Pada bulan sebelas dari tahun ke-22 periode Kaiyuan (734 M) ia dijadikan selir Pangeran Shou, anak dari Kaisar Xuanzong, dari Dinasti Tang.[1][2][4][7]
Yang Yuhuan sendiri pun bukan wanita yang langsing dan ramping. Ia sedikit gemuk tetapi konon sangat cantik.[6] Pernah ia membenci Li Bai, seorang penulis puisi terkenal dinasti Tang karena Gao Lishi menghasut bahwa ia membandingkan Yang Guifei dengan Zhao Feiyan, permaisuri Kaisar Cheng dari Dinasti Han yang ramping dan langsing. Bahkan Kaisar Xuanzong pun pernah bergurau "...dengan tubuh seperti milikmu, kau tidak akan terbang tertiup angin bukan?"[2]
Setelah enam tahun menjadi isteri Pangeran Shou, Yang Yuhuan menarik perhatian ayah Pangeran Shou, Kaisar Xuanzong.[1][2][3][7] Tetapi karena Yang Yuhuan adalah menantunya, sang kaisar tidak bisa menikahinya begitu saja.[1][2] Pertama ia menyuruh Gao Lishi, kasimnya untuk membawa Yang Yuhuan ke Kuil Taizen di dalam istana dan menjadikannya sebagai biksuni ajaran Tao, lalu memberikan ia gelar Yang Kebenaran Tertinggi, dan menjadikannya sebagai anggota istananya.[1][6][7]
Sebagai pengalih perhatian, pada tahun ke-4 periode Tianbao (745 M) Kaisar Xuanzong menunjuk Wei Zhaoxun, putri seorang pejabat tinggi untuk menjadi pasangan resmi Pangeran Shou.[1][2][4]
Pada bulan yang sama, kaisar memberi gelar Guifei (Selir Kehormatan) kepada Yang Yuhuan, yang menjadikannya wanita paling favorit di istana, juga menimbulkan kecemasan di antara selir-selir kaisar yang lain.[1][2] Pada hari penganugrahan gelar ini lagu-lagu dikumandangkan di seluruh istana dan Yang Guifei dianugrahkan jepit rambut emas dan kotak perhiasan yang bertaburkan permata yang dipilih sendiri oleh Kaisar dari ruang perhiasan kerajaan.[1][2] Begitu tergila-gilanya kaisar sampai-sampai ia terinspirasi untuk menyusun sebuah lagu yang berjudul Kepemilikan Sebuah Permata yang menggambarkan Yang Yuhuan sebagai permata yang berharga yang ia miliki.[1][2]
Sebelum kedatangan Yang Guifei ke istananya, Kaisar Xuanzong menyayangi selirnya yang bernama Selir Wu, yang melahirkan baginya seorang putra.[2] Selir Wu sendiri adalah wanita cantik dan tidak terkalahkan di harem istana, tetapi umurnya tidak panjang dan ia meninggal pada tahun ke-21 Kaiyuan.[2] Hal ini sempat menjadi hantaman bagi sang kaisar.[2] Kemudian semuanya itu dilupakan ketika sang kaisar menemukan Yang Yuhuan.[2][7] Biarpun Yang Guifei dipanggil secara resmi dengan sebutan "Selir" tetapi ia diperlakukan bagai permaisuri.[1][2][6] Saat itu terjadi kekosongan posisi permaisuri di istana, maka tidak ada protes tentang perlakuan istana pada Yang Guifei.[6]
Selain itu pernah suatu ketika Yang Guifei menyinggung perasaan kaisar.[2] Karena marah ia pun dikirim kembali ke keluarganya bersama adik perempuan dan kakaknya Yang Xian.[2] Kaisar pun kehilangan nafsu makan dan enggan melakukan apapun. Gao Lishi kembali meminta izin untuk menjemput, tetapi karena malu Yang Guifei menolak.[2] Ratusan kereta berisi makanan, kain sutra dan anggur terbaik dikirimkan pada Yang Guifei. Akhirnya Yang Guifei pun luluh dan kembali ke istana.[2] Ia disambut gegap gempita oleh sang kaisar dan Yang Guifei berjanji tak akan mengulangi hal yang sama.[2]
Ia pun pernah menyinggung kaisar dengan mencuri dan memainkan seruling giok ungu milik Pangeran Ning.[2] Kaisar pun marah, ia pun diusir kembali.[2] Kali ini Yang Zhao sepupunya khawatir dan meminta kenalannya Ji Wen untuk menolong.[2] Ji Wen menjelek-jelekkan Yang Guifei sampai kaisar lebih marah dari sebelumnya.[2] Kaisar pun akhirnya akan menghukum lebih jauh tetapi Yang Guifei meminta pelayan istana untuk mengantar potongan rambut Yang Guifei ke Kaisar Xuanzong.[2] Ji Wen kembali berulah-ulah dan kali ini malahan membela Yang Guifei dengan menyebutkan semua yang telah dilakukannya untuk Kaisar Xuanzong.[2] Kaisar pun luluh hatinya dan meminta Gao Lishi membawa pulang Yang Guifei.[2]
Karena cinta kaisar kepada Yang Guifei, maka ia mengangkat Yang Xuanyan, ayahnya, menjadi Gubernur Jiyin dan kemudian menjadi Menteri Perang dan akhirnya diberi gelar sebagai pilar negara.[2] Pamannya diangkat menjadi Menteri Agung Hiburan Kekaisaran.[2] Sedangkan kakaknya, Yang Xian, juga diangkat sebagai pejabat.[2] Sepupunya Yang Qi pun dinikahkan pada Putri Taihua, putri kesayangan kaisar yang kebetulan juga putri dari Selir Wu.[2] Semua ini memungkinkan keluarga Yang untuk keluar masuk istana dan memiliki kekuasaan besar di pemerintahan.[2][4]
Di antara semua relasinya sepupunya Yang Zhao adalah pejabat dengan tingkat tertinggi.[2][4] Ia pun diberi nama Guozhong oleh kaisar yang berarti setia pada negara.[2] Pada tahun ke-11 Tianbao (752 M) ia resmi diangkat sebagai perdana menteri.[2][6]
Yang Guifei juga konon menyukai buah leci.[6] Tapi buah-buahan dengan kualitas terbaik hanya tumbuh di selatan.[6][8] Maka pada musim panen Kaisar Xuanzong akan memerintahkan orang untuk menunggang kuda yang berlari kencang untuk membawa buah itu ke istana siang-malam.[6] Karena kegemarannya pada leci, para petani bahkan memberi nama sebuah jenis leci yang berkualitas tinggi dengan nama "Senyum Sang Selir" (贵妃笑).[4]
Pada tahun 755, atas usul seorang pejabat bernama Li Linfu, seorang gubernur militer dari suku utara bernama An Lushan menjadi sangat kuat dan dipercaya oleh kaisar.[2][5] Kaisar menyayanginya sampai-sampai menganggapnya putranya sendiri.[2] Ia memiliki kebiasaan yang aneh, yaitu pada jamuan kerajaan ia tidak akan bersujud kepada kaisar namun hanya kepada Yang Guifei.[2][6] Pada saat ditanya ia menjawab bahwa ia adalah keturunan dari suku di utara dan kebiasaan sukunya hanya menghormati ibu dan bukan ayah.[2][6] Mendengar itu kaisar hanya tertawa dan memaafkannya.[2]
Kemudian ia mulai menentang kedaulatan pemerintahan Kaisar Xuanzong.[2][7][8] Ia memimpin pemberontakkan di bawah panji untuk menghancurkan pemerintahan Yang Guozhong yang korup.[1][2][6][8] Pemberontakan ini bernama Pemberontakan Anshi dan ingin membangun rezim Dayan.[1][5][7]
Saat pasukan pemberontak mendekati Chang'an, ibu kota Tang, Kaisar Xuanzong melarikan diri bersama seluruh isi istananya dan sepasukan tentaranya ke Sichuan.[1] Saat mereka mencapai desa yang disebut Lereng Mawei, pasukannya menolak untuk meneruskan perjalanan.[1][4][6][8] Mereka meminta Perdana Menteri Yang Guozhong dan Yang Guifei dieksekusi mati, karena masalah yang mereka hasilkan.[1][6][8]
Atas nasihat seorang pejabat bernama Wei E, kaisar menyetujui untuk mengesekusi Yang Guifei, walaupun ia sangat mencintai Yang Guifei, karena hidupnya dan masa depan dinasti lebih penting dibandingkan seorang wanita.[1][7][8] Yang Guifei pun mengerti keadaan ini, walau sedih, ia tidak marah dan dendam, karena besar cintanya pada kaisar.[1][7][8] Maka ia pun dingantung dengan seutas selendang putih oleh Gao Lishi.[4][6][7][8] Walaupun ia sangat berkuasa, tetapi sang kaisar tidak bisa mencegah tragedi itu.[1][8] Ia hanya bisa menutup matanya, dan membiarkan air mata membasahi pipinya.[1][8]
Pemberontakkan akhirnya dapat ditumpas, kaisar pun kembali ke istananya, tetapi Yang Guifei telah tiada selamanya.[8] Kehilangan Yang Guifei membuat kaisar sangat sedih. Ia menjadi tak bergairah dan menderita insomnia. Sang kaisar menjadi sangat menderita. Menurut legenda, datanglah seorang pendeta Tao menawarkan diri untuk membantu kaisar.[7] Ia mengatakan bahwa ia dapat berkomunikasi dengan orang mati.[7] Maka sang pendeta mulai mencari roh Yang Guifei di dunia orang mati.[2][7] Akhirnya mereka menemukan Yang di sebuah pulau suci di dunia orang mati.[8] Pulau itu dipenuhi bidadari, dan Yang Guifei adalah yang paling cantik di antara mereka.[8]
Menerima utusan kekasihnya, ia cepat-cepat keluar kamarnya tanpa menggunakan banyak riasan rambut.[8] Ia berkata kepada sang pendeta,“Tolong sampaikan pada Yang Mulia, walau kehidupan di dunia nyata itu singkat, tetap di pulau suci ini waktu tak terbatas. Berikan setengah jepit rambutku padanya dan biarlah ia tahu bahwa cintaku untuknya, cinta ini tetapi kokoh seperti emas yang menjadi bahan dari jepit ini.”[7][8]
Setiap hari ketujuh di bulan ketujuh sang kaisar selalu mengunjungi Kuil Umur Panjang untuk berkomunikasi dengan permaisurinya.[7][8] Ia berdoa, “Semoga kami menjadi sepasang burung yang terbang di surga dan menjadi sepasang pohon yang berjalin di bumi.”[7][8]
Bai Juyi (白居易) seorang penyair terkenal dinasti Tang membuat sebuah puisi berjudul "Lagu Sedih yang Panjang" (长恨歌).[2][3][4][7] Tak sedikit film dan drama terinspirasi dari kisah cinta Yang Guifei dan Kaisar Xuanzong.[4] Opera Beijing yang terkenal berjudul "Selir Mabuk" (贵妃酗酒) terinspirasi juga dari Yang Guifei.[4]
Pemandian air panas Hua Qing (华清池), yang dianugrahkan Kaisar Xuanzong dan makamnya adalah tujuan wisata terkenal di Xi'an.[4]
Ia pun terkenal di negeri Jepang. Di sana ia disebut dengan nama Yōkihi. Banyak yang percaya bahwa ia tidak mati melainkan melarikan diri ke Jepang. Di sana bahkan ada makamnya untuk membuktikan bahwa Yang Guifei benar-benar melarikan diri. Di sebuah kuil di Kyoto bernama Kuil Sennyu-Ji(泉涌寺) bahkan ada sebuah lukisan bertajuk "Kwan Im Yang Guifei"(杨贵妃观音).[4]
Pada tahun 2002 seorang artis Jepang, Yamaguchi Momoe mengakui bahwa ia adalah keturunan Yang Guifei.[4]