"Yesus Kawan yang Sejati", "Yesus Kawan yang Setia", "Yesus Ada Sobat Kita", "Yesus Sahabat Sejati" atau "What a Friend We Have in Jesus" adalah sebuah kidung Kristen yang awalnya ditulis oleh pengkotbah Joseph M. Scriven sebagai sebuah puisi pada 1855 untuk menghibur ibunya yang tinggal di Irlandia saat ia berada di Kanada.[1] Scriven awalnya menerbitkan puisi tersebut secara anonim, dan baru menyatakan diri sebagai penciptanya pada 1880an.[2] Nada dari kidung tersebut dikomposisikan oleh Charles Crozat Converse pada 1868. William Bolcom mengkomposisikan setting dari kidung tersebut. Musik dari lagu tersebut juga dipakai dalam lagu "Ibu Pertiwi".[3]
Di Jepang, judul himne awalnya diterjemahkan sebagai "Itsukushimi Fukaki" (いつくしみ深きcode: ja is deprecated , lit. "Pemurah hati"),[9] dan judul ini yang paling dikenal pada umumnya. Pada tahun 1910, Daisui Sugitani menulis ulang lirik dalam Bahasa Jepang dan mengubah judulnya menjadi "Hoshi no Yo" (星の界code: ja is deprecated , lit. "Dunia Bintang").Versi lain ditulis oleh Ryūkō Kawaji dengan judul "Hoshi no Sekai" (星の世界code: ja is deprecated , lit. "Dunia Bintang"). Lagu tersebut juga dikenal dengan judul "Tsumitoga o Ninou" (つみとがをにのうcode: ja is deprecated , lit. "Menanggung Dosa"). Himne ini populer di upacara pernikahan di Jepang.[10] Kedua instrumen himne "Hoshi no Sekai" dan "Itsukushimi Fukaki" digunakan sebagai musik latar untuk visual novel Key tahun 2004 Planetarian: The Reverie of a Little Planet, dan dikomposisi ulang oleh Magome Togoshi. Lagu tema "Hoshi no Yo" juga digunakan dalam serial anime 2021 yang berjudul Taishō Otome Otogibanashi.
Lagu Hoshi no Yo dalam serial anime Taishō Otome Otogibanashi yang dikomposisikan oleh Yasuharu Takanashi (versi tanpa vokal lagu).
Bermasalah memainkan berkas ini? Lihat bantuan media.
Di Indonesia, himne ini dikenal sebagai "Yesus Kawan yang Sejati" dan dinyanyikan dalam Indonesia atau Batak (bahasa asli Sumatera Utara ) di gereja-gereja Manado, Maluku, dan Protestan (sekitar 6% dari populasi). Secara statistik, sebagian besar penduduk Indonesia adalah Muslim (sekitar 76%), dan karena elemen agama mayoritas mendominasi hingga 90% dari total populasi, hal itu berakibat pada himne ini hanya dikenal luas di kalangan musisi, sarjana, dan komunitas Kristen Indonesia. Namun, sebelum Suharto merebut kekuasaan pada tahun 1967, musik yang sama diadopsi untuk lagu patriotik populer berjudul "Ibu Pertiwi".