Rencana ini ialah terjemahan daripada bahasa Indonesia. Terjemahan ini mungkin telah dihasilkan oleh komputer atau penterjemah tanpa kemahiran dalam bahasa lain. Sila bantu untuk memperbaiki terjemahan ini. Rencana asal tersedia dalam bar sisi "Dalam bahasa lain" atau "Bahasa".
Bukalapak didirikan pada tanggal 10 Januari2010 oleh Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono dan Fajrin Rasyid di sebuah rumah kos[4] semasa berkuliah di Institut Teknologi Bandung.[5] Momentum awal bagi kemajuan Bukalapak sejak penubuhan kedai ini adalah ketika tren pengguna motosikal lipat melonjak pada tahun 2010; terdapat banyak kelompok yang menjual berbagai jenis motosikal dan aksesorinya dengan harga terjangkau sehingga meramaikan dan meningkatkan pertumbuhan pengguna di aplikasi Bukalapak secara signifikan.
Oktober 2018, Bukalapak membeli serta mengambil alih perusahaan ecommerce barang bekas pakai bernama Prelo. Tujuan akuisisi pada perusahaan rintisan yang bermarkas di Bandung tersebut bertujuan memperoleh sumber daya manusia untuk Bukalapak.[18]
Bukalapak menyatakan nilai transaksi harian pada tahun 2016 mencapai Rp50 bilion. Meningkat pesat dari tahun sebelumnya yang hanya Rp7 bilion pada 2015 dan Rp500 juta pada 2014.[19] Di semester awal 2019, annualized run rate paid GMV Bukalapak diumumkan sebesar US$5 bilion dengan lebih dari 2 juta transaksi per harinya. Untung berat bulan Bukalapak di 2019 ini diumumkan Achmad Zaky sebanyak dua kali lipat lebih tinggi dari angka Disember 2018[20].
Pada tahun 2015, Bukalapak mencatatkan jumlah penjual atau merchant sebanyak 163.000 penjual. Sementara pada akhir tahun 2016 jumlah penjual di platform mereka menembus angka 1,3 juta. Jumlahnya meningkat drastis hingga mencapai 4 juta penjual sampai akhir tahun 2018.[21][22] Sejak tahun 2017, perusahaan ini memiliki program Mitra Bukalapak, penjual offline atau mitra warung beberapa produk yang ada di Bukalapak.[23] Hingga Oktober 2019, mitra warung Bukalapak mencapai 2 juta mitra warung dan individu.[24]
Pada 13 Februari 2019, cuitan Twitter pribadi Achmad Zaky terkait Industri 4.0 yang menyinggung presiden baru menjadi viral. Sehingga lahirlah gerakan #uninstallbukalapak yang juga menjadi trending topic di Twitter.[34][35] Ia tak menyebut sumber data yang dia gunakan untuk perbandingan anggaran tersebut, namun warganet menuduhnya salah mengutip data dari tahun 2013 dan menggunakannya untuk tahun 2016.[36] Kini cuitannya telah dihapus dan ia telah meminta maaf atas pernyataannya tersebut.[36][37] Achmad Zaky pun sudah bertemu dengan Jokowi untuk menyelesaikan hal tersebut dengan kepala dingin.[38][39]
Pada Maret 2019, seorang peretasPakistan yang menggunakan nama Gnosticplayers mengklaim telah mencuri data pengguna milik Bukalapak dan situs informasi karier asal Indonesia, Youthmanual.[40] Peretas mengatakan telah mencuri 13 juta akun Bukalapak dari 26 juta akun daring di enam situs internet. Bukalapak mengonfirmasi ada upaya serangan dari peretas namun mengklaim tidak ada data pribadi konsumen yang berhasil dicuri.[41][42][43][44]
Pada September 2019, Bukalapak menjadi sorotan karena kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan perusahaan pada ratusan karyawannya.[45] Bukalapak mengkonfirmasi kabar ini meski tak memberikan informasi mengenai berapa banyak karyawannya yang terkena dampak restrukturisasi.[46]