Julaibib

Julaibib merupakan seorang pemuda yang berasal dari kota Madinah. Sifat fizikalnya yang rendah dan tidak menarik menyebabkan beliau kurang dikenali di Madinah. Namun, Julaibib r.a. adalah sahabat-Nya baginda Rasulullah yang amat disayangi oleh baginda .

Kehidupannya

[sunting | sunting sumber]

Disebabkan keadaan fizikalnya yang kurang menarik, masyarakat Madinah kurang senang dengan keberadaan beliau di kota tersebut.

Anas bin Malik menuturkan, “Ada seorang sahabat Rasulullah yang bernama Julaibib dengan wajahnya yang kurang tampan. Rasulullah menawarkan pernikahan untuknya. Dia berkata, “Kalau begitu aku orang yang tidak laku?” Rasulullah menjawab, “Engkau di sisi Allah orang yang laku.” (HR Ya’la)

Selepas peristiwa Hijrah, baginda Rasulullah mengangkat martabat beliau dalam hadithnya yang bermaksud :

"Sesungguhnya Julaibib ini sebahagian daripada aku dan aku ini sebahagian daripada dia"

Malah, atas usaha baginda, Julaibib dinikahkan dengan seorang gadis Madinah yang baik dan solehah.

Pernikahan Julaibib r.a.

[sunting | sunting sumber]

Hingga suatu hari, seorang laki-laki dari Anshar datang menawarkan putrinya yang janda kepada Rasulullah agar beliau menikahinya. Nabi bersabda kepadanya, “Ya. Wahai fulan! Nikahkan aku dengan putrimu.” “Ya, dan sungguh itu suatu kenikmatan, wahai Rasulullah,” katanya riang.

Namun Nabi bersabda kepadanya, “Sesungguhnya aku tidak menginginkannya untuk diriku…” “Lalu, untuk siapa?” tanyanya. Beliau menjawab, “Untuk Julaibib…” Ia terperanjat, “Julaibib, wahai Rasulullah?!! Biarkan aku meminta pendapat ibunya….”

Laki-laki itu pun pulang kepada istrinya seraya berkata, “Sesungguhnya Rasulullah melamar putrimu.” Dia menjawab, “Ya, dan itu suatu kenikmatan…” “Menjadi istri Rasulullah!” tambahnya girang. Dia berkata lagi, “Sesungguhnya beliau tidak menginginkannya untuk diri beliau.” “Lalu, untuk siapa?” tanyanya. “Beliau menginginkannya untuk Julaibib,” jawabnya.

Dia berkata, “Aku siap memberikan leherku untuk Julaibib… ! Tidak. Demi Allah! Aku tidak akan menikahkan putriku dengan Julaibib. Padahal, kita telah menolak lamaran si fulan dan si fulan…” katanya lagi.

Sang bapak pun sedih karena hal itu, dan ketika hendak beranjak menuju Rasulullah , tiba-tiba wanita itu berteriak memanggil ayahnya dari kamarnya, “Siapa yang melamarku kepada kalian?” “Rasulullah ,” jawab keduanya. Dia berkata, “Apakah kalian akan menolak perintah Rasulullah ?” “Bawa aku menuju Rasulullah . Sungguh, beliau tidak akan menyia-nyiakanku,” lanjutnya. Sang bapak pun pergi menemui Nabi , seraya berkata, “Wahai Rasulullah , terserah Anda. Nikahkanlah dia dengan Julaibib.”

Nabi pun menikahkannya dengan Julaibib, serta mendoakannya,

اَللّهُمَّ صُبَّ عَلَيْهِمَا الْخَيْرَ صَبًّا وَلَا تَجْعَلْ عَيْشَهُمَا كَدًّا كَدًّا

“Ya Allah! Limpahkan kepada keduanya kebaikan, dan jangan jadikan kehidupan mereka susah.”

Jasa dan Perjuangannya

[sunting | sunting sumber]

Julaibib setia mengikuti baginda dalam ekspedisi peperangan. Namun beliau terkorban dan jenazahnya ditanam oleh baginda sendiri.

Tidak selang beberapa hari pernikahannya, Nabi keluar dalam peperangan, dan Julaibib ikut serta bersama beliau. Setelah peperangan usai, dan manusia mulai saling mencari satu sama lain. Nabi bertanya kepada mereka, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan fulan dan fulan…”

Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan si fulan dan si fulan…”

Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan fulan dan fulan…” Beliau bersabda, “Akan tetapi aku kehilangan Julaibib.”

Mereka pun mencari dan memeriksanya di antara orang-orang yang terbunuh. Tetapi mereka tidak menemukannya di arena pertempuran. Terakhir, mereka menemukannya di sebuah tempat yang tidak jauh, di sisi tujuh orang dari orang-orang musyrik. Dia telah membunuh mereka, kemudian mereka membunuhnya.

Nabi berdiri memandangi mayatnya, lalu berkata,”Dia membunuh tujuh orang lalu mereka membunuhnya. Dia membunuh tujuh orang lalu mereka membunuhnya. Dia dari golonganku dan aku dari golongannya.” Lalu Rasulullah membopongnya di atas kedua lengannya dan memerintahkan mereka agar menggali tanah untuk menguburnya.

Anas bertutur, “Kami pun menggali kubur, sementara Julaibib radhiallahu ‘anhu tidak memiliki alas kecuali kedua lengan Rasulullah , hingga ia digalikan dan diletakkan di liang lahatnya.” Anas radhiallahu ‘anhu berkata, “Demi Allah! Tidak ada di tengah-tengah orang Anshar yang lebih banyak berinfak daripada istrinya. Kemudian, para tokoh pun berlomba melamarnya setelah Julaibib…” Benarlah, “Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka itu adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (An-Nur: 52).

Nabi juga telah bersabda, sebagaimana dalam ash-Shahih, “Setiap umatku akan masuk surga kecuali yang enggan.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang engan itu?” Beliau bersabda, “Barangsiapa taat kepadaku, maka ia masuk surga, dan barangsiapa mendurhakaiku berarti ia telah enggan.”

Di nukil dari, “90 Kisah Malam Pertama” karya Abdul Muththalib Hamd Utsman, edisi terjemah cet. Pustaka Darul Haq Jakarta. alsofwah.or.id Artikel www.Kisahmuslim.com