Neualu | |
---|---|
Rasem berbuah Medinilla speciosa | |
Pengelasan saintifik ![]() | |
Domain: | Eukaryota |
Alam: | Plantae |
Klad: | Trakeofit |
Klad: | Eudikot |
Klad: | Rosid |
Order: | Myrtales |
Keluarga: | Melastomataceae |
Genus: | Medinilla |
Spesies: | M. speciosa
|
Nama binomial | |
Medinilla speciosa | |
Sinonim | |
|
Neualu[1] atau parijata[2] (serapan bahasa Jawa: ꦥꦫꦶꦗꦠ ; Medinilla speciosa) ialah sebuah tumbuhan epifit saka dalam genus Medinilla daripada famili Melastomataceae.
Medinilla dinamakan sempena José de Medinilla y Pineda, yang merupakan gabenor Mauritius (ketika itu dikenali sebagai Kepulauan Marianne) pada tahun 1820.[3]
Sementara, nama “parijata” berasal dari sebuah tembang Jawa berjudul Sinom Parijoto Gending Jawa yang digunakan oleh Sunan Muria dan Sunan Kalijaga ketika menyebarkan agama Islam di Jawa. Bagi orang Jawa, Sinom Parijoto mengajak pada pengendalian nafsu; baik berupa keinginan marah, nafsu terhadap lawan jenis, keinginan bermalas-malasan, serta nafsu makan dan tidur.[2]
Terdapat kisah lisan yang menyebutkan bahwa parijata antara barangan rempah dari berbagai pulau Nusantara yang dibawa Sunan Muria berlayar dalam kapal Dampo Awang yang karam di sekitar Pulau Muria tetapi berjaya diselamatkan; biji parijata kemudian diambil beliau untuk ditanamn di hutan Pegunungan Muria. Saat isterinya, Nyai Sujinah (Dewi Ayu Nawangsih) hamil dan mengidam buah masam, Sunan Muria kemudian memerintahkan para santrinya mencari buah di hutan tersebut; buah yang didapati pada pokok biji parijata yang ditanam itulah yang dapat diberikan kepada Sunan Muria.[4]
Medinilla speciosa mencapai ketinggian purata 45–120 sentimeter (18–47 in).[5] Pokok renek malar hijau ini mempunyai batang bercabang kayu dan daun hijau belulang yang bertentangan (kepanjangan sehingga 20 sentimeter (7.9 in) dan kelebaran 15 sentimeter (5.9 in), dengan urat yang menonjol. Batang dan cabangnya berkayu berwarna hijau. Daun parijata berwarna hijau berbentuk lonjong dengan ujung lancip, sedangkan tulang daunnya melengkung.[5] Bunga-bunga kecilnya yang cantik berwarna jambu terang dan dihasilkan dalam bulir besar pada batang kemerah-merahan. Tempoh berbunga berlangsung dari awal musim panas hingga musim luruh. Apabila mekar selesai, selama kira-kira sebulan kekal rasem beri yang menonjol, sementara menunggu tumbuhan itu berbunga semula. Buah-buahan bulat ini pada mulanya berwarna jmerah ambu dan menggelap ungu apabila masak.[5] Buah parijata memiliki rasa yang kelat masam.[6]
Ia epifit menumpang gizi tumbuhan lain.[7]
Tumbuhannya digunakan sebagai ubat tradisional, melalui perebusan, penyaduhan, atau memakannya secara terus. Buahnya dimakan oleh wanita hamil sebagai suplemen kesihatan dan juga digunakan sebagai rawatan cirit-birit, luka mulut, antiradang, antibarah, dan antibakteria.[2] Buah parijata diyakini dapat menyuburkan kandungan pasangan yang sulit memiliki keturunan. Bagi ibu yang sedang hamil, parijata juga diyakini dapat menjadikan janin memiliki paras rupawan.[8]
Tumbuhan ini terdapat secara semulajadi di Borneo, Jawa, dan Filipina. Di Borneo, ia boleh ditemui di kawasan Kinabalu, Malaysia. Taburannya merangkumi semenanjung Malaysia (Pulau Pinang, Perak, Pahang, Selangor), Jawa, Sumatera, Kepulauan Sunda Kecil (Sumbawa, Lombok), Sulawesi, Maluku, dan Borneo.[9]
Parijata tumbuh alami di Pulau Kalimantan, Filipina, dan Jawa pada awal abad ke-19. Ia dapat ditemukan di ketinggian Kinabalu di bagian utara pulau Kalimantan yang termasuk wilayah Malaysia. Sementara, di sekitar kepulauan Mauritius dan Filipina, parijata dikenal sebagai buah Medinilla. Persebaran parijata di Jawa berada di Pegunungan Muria dan Gunung Andong di Magelang. Beberapa literatur baru menunjukkan bahwa parijata juga tersebar di Sumatra, Sumbawa, Lombok, Sulawesi, dan Maluku.[10]
Parijata biasa ditemukan di hutan pegunungan yang teduh dan bertanah lembap dengan ketinggian antara 300 meter dan 750 meter dari permukaan laut.[7]
Parijata biasa dimanfaatkan sebagai ubat tradisional dengan cara direbus, direndam, atau dimakan langsung. Buah parijata mengandung antioksidan dan beta-karoten dalam kadar yang signifikan sehingga dipercaya akan meningkatkan kesuburan kehamilan. Selebihnya, parijata juga dapat digunakan untuk membantu penanganan penyakit diarea dan sariawan, serta dipakai sebagai merawat keradangan, risiko barah, dan jangkitan kuman.[7]
|date=
(bantuan)