al-Qāʾim bi-Amr Allāh | |
---|---|
Imam–Khalifah Kekhalifahan Fathimiyah | |
Berkuasa | 4 Maret 934 – 17 Mei 946 |
Pendahulu | al-Mahdi Billah |
Penerus | al-Mansur Billah |
Kelahiran | Maret/April 893 Salamiyah, Dinasti Hamdaniyah |
Kematian | 17 Mei 946 (umur 53) Mahdiya, Kekhalifahan Fathimiyah |
Keturunan |
|
Wangsa | Fathimiyah |
Ayah | al-Mahdi Billah |
Ibu | Anak Abu'l-Syalaghlagh |
Agama | Islam Syiah Ismailiyah |
Bagian dari seri mengenai Islam Ismailiyah |
---|
Portal Islam |
Abu'l-Qasim Muhammad bin al-Mahdi (bahasa Arab: أبو القاسم محمد بن المهدي القائم بأمر الله; April 893 – 17 Mei 946), yang lebih dikenal dengan nama regnalnya al-Qa'im bi-Amr Allah atau bi-Amri 'llah (القائم بأمر الله, "Ia yang menjalankan perintah Allah"), adalah khalifah kedua dari Kekhalifahan Fatimiyah di Ifriqiyah dan memerintah dari 934 sampai 946. Ia adalah Imam ke-12 menurut kepercayaan Isma'ili.
Al-Qa'im masa depan lahir di kota Salamiyah di Suriah pada bulan Maret atau April 893,[1] dengan nama lahir Abdul Rahman. Ayah Abdul Rahman adalah Sa'id bin al-Husayn, calon Khalifah Abdullah al-Mahdi Billah. Ibu Abdul Rahman adalah sepupu dari pihak ayah Sa'id, putri Abu Ali Muhammad, yang dikenal sebagai Abu'l-Syalaghlagh, yang telah mengasuh Sa'id ketika ia menjadi yatim piatu saat masih muda; namanya tidak tercatat.[1]
Sa'id, seperti Abu'l-Syalaghlagh sebelumnya, adalah pemimpin jaringan misionaris Isma'ili, da'wa ('undangan, panggilan'), yang seolah-olah menyebarkan kembalinya seorang imam tersembunyi, Muhammad bin Isma'il, sebagai mahdi, mesias Islam. Suatu ketika sebelum tahun 899, Sa'id mulai mengklaim bahwa dialah imam tersembunyi yang sebenarnya, yang merupakan keturunan dari garis imam tersembunyi; dan bahwa Muhammad bin Isma'il hanyalah sebuah kebohongan dan nama samaran untuk menutupi aktivitas mereka.[2] Klaim-klaim ini mungkin telah dimulai sebelum Sa'id mengambil alih kendali dakwah: kasim keluarga Ja'far melaporkan dalam memoarnya bahwa Abu'l-Syalaghlagh telah secara diam-diam mengklaim kepada beberapa agen senior gelar mahdi untuk Sa'id, dan gelar qa'im untuk Abdul Rahman yang baru lahir.[3][a] Klaim-klaim ini menyebabkan perpecahan dalam gerakan Isma'iliyah pada tahun 899, antara mereka yang mengakui klaim Sa'id atas imamah dan mereka yang menolaknya dan terus menunggu kembalinya Muhammad bin Isma'il sebagai mahdi. Yang terakhir ini secara umum dikenal dengan istilah "Qaramitah".[6][7]