Cheoyongmu | |
Nama Korea | |
---|---|
Hangul | 처용무 |
Hanja | 處容舞 |
Alih Aksara | Cheoyongmu |
McCune–Reischauer | Ch'ŏyongmu |
Cheoyongmu atau Tari Cheoyong adalah sebuah tari topeng tradisional dari Korea.[1] Cheoyongmu termasuk salah satu tarian Korea yang paling tua biasanya dipentaskan di istana pada zaman dahulu sebagai bagian dari ritual menolak bala serta memohon berkat dari dewa. [2]
Tarian ini bermula dari zaman kerajaan Silla Bersatu dan masih bertahan hingga kini. Pada tahun 2009 Tari Cheoyong didaftarkan ke dalam Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia oleh UNESCO [3]
Tari Cheoyong bermula dari legenda zaman Silla Bersatu, tepatnya pada tahun ke-49 masa pemerintahan Raja Heongang (bertahta 875-886).[2] Suatu hari sang raja sedang berpergian ke pesisir timur Gaeunpo di luar ibu kota, tiba-tiba cuaca berubah mendung dan berkabut.[4] Raja Heongang merasa ini disebabkan ulah raja naga laut timur, sehingga ia memerintahkan pengikutnya membangun kuil untuk menenangkan raja naga.[4] Setelah kuil selesai didirikan, cuaca buruk berhakhir. Raja naga beserta ke-7 orang putranya muncul dari laut dan menari.[4] Salah seorang anak raja naga bernama Cheoyong, menjelma menjadi manusia dan bersedia mengabdi kepada raja di istana.[4] Cheoyong menikahi seorang wanita cantik dan hidup di lingkungan manusia.[4]
Pada suatu hari saat Cheoyong pulang ke rumah, istrinya diserang oleh jin jahat yang menyebabkan cacar.[4] Cheoyong melawan dengan cara menari dan menyanyi, sehingga jin tersebut kalah dan menyerah, namun karena Cheoyong memiliki sifat yang baik hati, maka ia mengampuni dan membiarkannya pergi.[4] Setelah itu hilanglah penyakit cacar dari istrinya.[4] Cerita Cheoyong yang berhasil mengusir arwah jahat membuat orang Korea zaman dahulu mulai mengenalnya sebagai orang sakti, sehingga menginspirasikan sebuah tarian bermakna ritual yang dapat mengusir roh jahat.[4] Sejarawan meyakini bahwa sebenarnya Cheoyong adalah seorang dukun.
Pada masa Dinasti Goryeo, Tari Cheoyong berkembang menjadi tarian ritual yang dipentaskan pada malam penghujung tahun dalam ritual Narye.[5] Ritual ini dimaksudkan untuk menolak bala (byeoksa), mengusir roh jahat dan memohon tahun baru yang sejathera bagi bangsa dan negara.[2] Sampai akhir periode Goryeo, Tari Cheoyong ditarikan hanya oleh seorang penari, dan pada awal periode Dinasti Joseon berkembang menjadi 2 orang penari (쌍처용무, Ssang-cheoyongmu)[6] Barulah pada masa pemerintahan Sejong Yang Agung (1418-1450), tari ini mulai dipentaskan oleh 5 orang penari (Obang Cheoyongmu / Tari Cheoyong Lima Penjuru).[7] Pada masa pemerintahan Raja Seongjeong (1469-1494), Tari Cheoyong dijadikan tarian upacara istana.[8]
Lima penari Cheoyongmu mengenakan topeng Cheoyong yang berukuran besar dengan kostum berwarna-warni dengan kain putih panjang di kedua tangan mengandung arti dan filosofi Konfusianisme mengenai Teori Lima Elemen.[9] Kostum penari yang berwarna biru melambangkan timur dan musim semi, merah melambangkan selatan dan musim panas, kuning adalah bumi dan berada di tengah-tengah, lalu putih adalah warna dari musim dingin dan arah sebelah barat.[10]
Musik yang mengiringi tari dimulai dengan Sujecheon (壽濟天) (Hidup Abadi Bagai Langit).[11] Mereka berdiri dalam sebaris menyanyikan syair Cheoyongga (處容歌:Nyanyian Cheoyong).[12]
신라성대소성대 | Silla Seongdae Soseongdae |
천하태평나후덕 | Cheontaepyeong Nahudeok |
처용아비, 이시인생애, | Cheoyong Abi, Isin Insaengae |
상불어하시란대, | Sangbureoha Sirandae |
삼재팔난이 일시소멸하샷다 | Samjaepallani Ilsisomyeolhasyeotta |
Masa Silla yang Terang dan Sentosa, Ayah Cheoyong Yang Terhormat, Yang Damai lagi Berbudi, Biarkan Semua Bencana dan Kekacauan Lenyap Sekaligus
Kelima orang penari lalu saling memberi hormat dengan membungkukkan kepala dan menari mengikuti musik berikutnya, yakni hyangdang gyoju.[11] Setelah musik berganti ke repertoar seryeongsan, ke-5 orang penari menari dengan formasi sanjak hwamu (散作花舞:"Menebarkan Bunga"). Saat musik kembali berganti menjadi repertoar samhyeon dodeuri, para penari membentuk empat penjuru mata angin dengan raja (kuning) berada di tengah-tengah. Pada formasi puncak, para penari membentuk suyang sumu (垂揚手舞:"Tarian Menguntaikan dan Menaikkan Tangan") dan mureup dipimu (무릅디피舞:"Tarian Menggerakkan Lutut untuk Mengubah Arah").[13][14] Setelah itu kelima penari akan mulai seperti semula berbaris sejajar dan menyanyikan syair penutup Cheoyongga.
산하천리국에 | Sanha Cheolliguk e |
가기울총총하샷다 | Gagiol Chongchonghasyatta |
금전구중에 명일월하시니 | Geumjeongujunge Myeongilwolhasini |
희희서속은 춘대상이어늘.. | Hoehoeseosokeun chundaesangieoneul... |
Negeri yang Membentang Jauh dan Luas, Semoga Kekuatan yang Indah Memenuhi Setiap Bagiannya. Ribuan Orang Hidup Damai di Dalam Negeri yang Diperintah dengan Adil...
Setelah itu mereka segera meninggalkan panggung sambil melakukan gerakan nakhwa yusu (落花流水:"Kelopak bunga jatuh dan air mengalir") dengan iringan musik songgu yeojigok.[4] Gerakan ini berarti kelima Cheoyong menebarkan keberkatan dan keberuntungan ke arah penonton dengan cara mengayunkan kain panjang di tangannya.[1]
Pada perayaan-perayaan besar di istana Cheoyongmu sering dipentaskan bersama-sama dengan tari yang lain, yakni Hakyeon Hwadaemu atau Tari Burung Bangau dan Bunga Teratai sehingga menghasilkan kombinasi yang dinamakan Hakyeon Hwadae Cheoyongmu Hapseol.[1] Selain itu Cheoyongmu juga kadang-kadang ditambahkan penari yang membawa lentera atau dinamakan Cheoyong Bodeung Hapseol.[15]
Topeng yang melambangkan wajah Cheoyong memiliki ciri khas yang unik, yakni berwarna merah tua dan tampak ramah tersenyum dengan gigi yang berwarna putih.[3] Ia juga memiliki anting-anting besar serta mengenakan kalung dan topi hitam yang disematkan dengan 2 kelopak bunga peoni, ranting pohon dan 7 buah persik sebagai perlambang pengusir arwah jahat.[3]
Saat Korea dijajah Jepang pada tahun 1910 dan berakhirnya Dinasti Joseon, Tari Cheoyong dan berbagai bentuk kebudayaan Korea dilarang oleh pemerintah kolonial Jepang.[8] Pada tahun 1920, seorang penari istana bernama Yi Wang-jik (이왕직) menghidupkan tari ini kembali dalam sebuah pertunjukkan di Istana Changdeok.[8]
Demi melestarikan tradisi tari ini, pada tanggal 8 Januari tahun 1971 Pemerintah Korea Selatan mendaftarkan Tari Cheoyong sebagai Warisan Budaya Nonbendawi Korea Selatan Nomor 39.[16] Saat ini tercatat beberapa orang yang berjasa mengajarkan tarian ini melalui Asosiasi Pelestarian Cheoyongmu, yakni Kim Cheon-heung (김천흥, 1909-2007), Bong Hae-ryong (봉해룡, 1911-1995), Kim Ki-su (김기수, 1922-), Kim Tae-Seob (김태섭, 1922-), Kim Jung-seob (김중섭, 1940-), serta Kim Yong (김용, 1933-).[16][17] Kim Cheon-heung yang merupakan salah seorang Aset Nasional Hidup Korea Selatan tutup usia pada tanggal 18 Agustus 2007 dalam usia 98 tahun.[18] Asosiasi Pelestarian Cheoyongmu didirikan untuk memfokuskan perhatian pada aktivitas pengajaran dan promosi Tari Cheoyong bersama-sama dengan lembaga pendidikan seperti Korean National University of Cultural Heritage, National Center for Korean Traditional Performing Arts, Korean National University of Arts, SMA-SMA serta berbagai institusi pendidikan lainnya di Korea. [19]