Sir Ernest Mason Satow | |
---|---|
Lahir | Clapton, London, Inggris | 30 Juni 1843
Meninggal | 26 Agustus 1929 Ottery St Mary, Inggris | (umur 86)
Pendidikan | Mill Hill School University College London |
Pekerjaan | Diplomat |
Suami/istri | Takeda Kane |
Anak | Takeda Eitaro Takeda Hisayoshi (1883-1972) |
Orang tua | Hans David Christoph Satow Margaret Mason |
Penghargaan |
Sir Ernest Mason Satow PC, GCMG (30 Juni 1843 – 26 Agustus 1929) adalah cendekiawan Inggris sekaligus diplomat dan ahli kajian wilayah Jepang. Namanya ditulis dalam bahasa Jepang sebagai アーネスト・サトウ (Ernest Satow), Hanzi Tradisional: 薩道義; Hanzi Sederhana: 萨道义. Ia dilahirkan dari ayah keturunan Jerman (Hans David Christoph Satow, warga negara Inggris naturalisasi, kelahiran Wismar yang waktu itu di bawah kekuasaan Swedia), dan ibu berkebangsaan Inggris bernama Margaret (nama gadis: Mason).
Ernest Satow mendapat pendidikan di Sekolah Mill Hill dan Universitas College London (UCL). Ia adalah seorang linguis yang luar biasa, pengembara yang energetik, penulis buku paduan wisata, penyusun kamus, ahli botani yang rajin (terutama bersama F.V. Dickins), sekaligus kolektor utama buku dan manuskrip berbahasa Jepang dalam segala macam subjek, bahkan sebelum orang Jepang sendiri memulainya. Ia juga mencintai musik klasik dan karya-karya Dante yang menjadi subjek keahlian kakak iparnya (Henry Fanshawe Tozer). Satow rajin menulis buku harian yang mencatat hampir semua kehidupan dirinya selama dewasa; seluruhnya terkumpul hingga 47 volume tulisan tangan. Ia juga seorang selebriti, meski tidak terlalu terlalu top. Dirinya pernah menjadi subjek gambar karikatur di majalah Inggris Vanity Fair edisi 23 April 1903.
Satow lebih terkenal di Jepang daripada di Inggris atau negara-negara lain yang pernah menjadi tempat penugasannya sebagai diplomat. Ia adalah seorang tokoh kunci dalam hubungan Inggris dengan Jepang serta Asia Timur, khususnya pada periode Bakumatsu (1853–1867) dan periode Meiji (1868-1912) di Jepang, dan di Cina setelah Pemberontakan Boxer. Ia juga pernah bertugas di Siam, Uruguay, dan Maroko, serta mewakili Britania dalam Konferensi Damai Den Haag II pada tahun 1907. Masa pensiun disibukkannya dengan menulis buku A Guide to Diplomatic Practice yang kini populer dengan sebutan Satow's Guide to Diplomatic Practice (Buku Panduan Satow untuk Praktik Diplomasi). Buku panduan ini masih digunakan secara luas, dan telah dilakukan revisi beberapa kali oleh diplomat-diplomat ternama, termasuk oleh Lord Gore-Booth. Edisi ke-6 yang disunting oleh Sir Ivor Roberts, diterbitkan oleh Oxford University Press pada tahun 2009, dan terdiri dari 700 halaman.[1]
Ernest Satow kemungkinan dikenal orang sebagai pengarang buku A Diplomat in Japan (sebagian besar didasarkan buku harian yang ditulisnya) yang menceritakan peristiwa antara tahun 1862–1869 ketika Jepang sedang berada dalam perubahan besar dari berakhirnya Keshogunan Tokugawa hingga pengembalian kekuasaan ke tangan kekaisaran. Satow langsung direkrut Kementerian Luar Negeri setelah lulus dari universitas di London. Ia tiba di Jepang setelah dalam perjalanan sempat singgah di Cina. Dalam seminggu bertugas di Jepang sebagai juru bahasa (pangkatnya masih tingkatan magang) di Biro Konsuler Britania di Jepang—Satow yang masih berusia 19 tahun—sudah harus menangani Peristiwa Namamugi. Dalam peristiwa tersebut, seorang pedagang Inggris terbunuh di jalur Tōkaidō pada 14 September 1862. Satow berangkat naik salah satu kapal Inggris yang berlayar ke Kagoshima pada bulan Agustus 1863. Kepergiannya ke Kagoshima untuk menuntut ganti rugi dari daimyo klan Satsuma, Shimazu Hisamitsu atas terbunuhnya Charles Lennox Richardson. Begitu mendekat ke Kagoshima, kapal-kapal Inggris langsung ditembaki oleh meriam pertahanan pantai Satsuma. Kapal-kapal Inggris membalas, dan terjadi peristiwa yang dikenal di Inggris sebagai Pengeboman Kagoshima.
Pada 1864, Satow ikut bersama delegasi kekuatan sekutu (Britania, Prancis, Belanda, dan Amerika Serikat yang sebelumnya telah menyerang Shimonoseki. Delegasi datang untuk membicarakan hak kapal-kapal asing untuk melewati Selat Kanmon yang sempit antara Honshu dan Kyushu. Satow untuk pertama kalinya bertemu dengan Ito Hirobumi dan Inoue Kaoru dari Domain Chōshū persis sebelum terjadinya Pengeboman Shimonoseki. Ia juga berhubungan dengan banyak pemimpin Jepang yang lain, termasuk Saigō Takamori dari Domain Satsuma (keduanya kemudian menjadi sahabat), dan berjalan-jalan di daerah pedalaman Jepang bersama A.B. Mitford dan ilustrator dan kartunis Charles Wirgman.
Melesatnya karier Satow di bidang konsuler adalah berkat semangat dan kecakapannya sebagai juru bahasa ketika bahasa Inggris hampir-hampir tidak dikenal di Jepang. Komunikasi antara Pemerintah Jepang dan negara-negara Barat masih dilakukan dalam bahasa Belanda. Keterampilan bahasa Jepang yang dimiliki Satow sangat berguna sewaktu Menteri Inggris Sir Harry Parkes melakukan perundingan dengan pemerintah gagal Keshogunan Tokugawa dan klan-klan berpengaruh dari Domain Satsuma dan Domain Chōshū, serta sewaktu mengumpulkan data intelijen. Ia lalu naik pangkat sebagai juru bahasa penuh sebelum naik pangkat sebagai Sekretaris Jepang untuk Kedutaan Britania Raya. Paling tidak sejak tahun 1864, ia sudah mulai menulis terjemahan dan artikel surat kabar bertopik Jepang. Pada tahun 1869, ia pulang ke Inggris untuk cuti, dan kembali ke Jepang pada tahun 1870.
Satow adalah salah seorang anggota pendiri Asiatic Society of Japan yang didirikan pada tahun 1872 di Yokohama. Perkumpulan didirikannya bertujuan meneliti kebudayaan, sejarah, dan bahasa Jepang (Japanologi). Dalam beberapa kesempatan sepanjang tahun 1870-an, ia memberi kuliah di hadapan anggota perkumpulan. Jurnal milik perkumpulan, Transactions of the Asiatic Society menerbitkan sejumlah makalah-makalah yang ditulis Satow. Asiatic Society of Japan masih aktif hingga kini.[2]
Satow bertugas di Siam (1884–1887), dan ketika itu menerima kehormatan langka berupa kenaikan pangkat dari jabatan konsul menjadi diplomat untuk Uruguay (1889–93) dan Maroko (1893–95). Kenaikan pangkat seperti yang diterima Satow adalah peristiwa luar biasa. Pada waktu itu Dinas Konsuler dan Dinas Diplomatik Britania adalah dua badan terpisah hingga pertengahan abad ke-20. Selain itu, Dinas Diplomatik terbatas untuk kalangan aristokrat, sementara Satow berasal dari kalangan rakyat biasa.
Satow kembali ke Jepang sebagai duta luar biasa dan berkuasa penuh pada 28 Juli 1895, dan berkedudukan di Tokyo selama 5 tahun (namun sempat cuti ke London pada hari peringatan 60 tahun Ratu Victoria pada tahun 1897, dan bertemu dengannya pada bulan Agustus di Osborne House, Isle of Wight). Setelah ditandatanganinya Perjanjian Shimonoseki pada 17 April 1895, Satow menjadi saksi mata pertumbuhan pesat angkatan darat dan angkatan laut Jepang sebagai reaksi telah dipermalukan oleh Rusia, Jerman, dan Prancis dalam Intervensi Tiga Negara 23 April 1895. Ia juga hadir sebagai pengamat langsung transisi menuju ke arah berakhirnya ekstrateritorial di Jepang yang secara resmi berakhir pada tahun 1899 dengan kesepakatan Traktat Perdagangan dan Navigasi Inggris-Jepang yang ditandatangani di London, 16 Juli 1894.
Satow tidak cukup beruntung untuk ditunjuk sebagai duta besar pertama Britania Raya untuk Jepang. Jabatan duta besar pertama kali dijabat oleh penggantinya, Sir Claude Maxwell Macdonald pada tahun 1905.
Satow bertugas sebagai Komisaris Agung Britania (September 1900–January 1902) dan kemudian diangkat sebagai wakil duta di Peking (1900–1906). Ia aktif sebagai duta berkuasa penuh wakil Britania dalam perundingan untuk menyelesaikan Protokol Boxer yang berisi klaim ganti rugi Sekutu setelah terjadinya Pemberontakan Boxer. Satow mewakili Britania sebagai penanda tangan protokol pada 7 September 1901. Ia juga berkesempatan mengamati kekalahan Rusia dalam Perang Rusia-Jepang dari posnya di Peking.
.
Satow diangkat sebagai anggota Privy Councillor (penasihat kerajaan) pada tahun 1906, dan namanya kemudian tercatat sebagai daftar bersejarah anggota Privy Council. Pada tahun 1907, ia ditugaskan sebagai duta kedua berkuasa penuh untuk Britania di Konferensi Damai Den Haag II.
Ottery St Mary di Devon, Inggris adalah tempat tinggalnya menghabiskan masa pensiun (1906–1929). Satow terutama menulis topik-topik yang berkaitan dengan diplomasi dan hukum internasional. Di Inggris, namanya tidak terlalu dikenal seperti di Jepang, negara tempat jasa-jasanya dikenang sebagai salah seorang pengamat asing yang paling penting sepanjang periode Bakumatsu dan Meiji. Pada tahun 1908, Satow memberikan kuliah dalam kuliah tahunan Rede Lecture di Universitas Cambridge mengenai karier Count Joseph Alexander Hübner dari Austria. Judul kuliahnya, An Austrian Diplomat in the Fifties. Satow memilih topik tersebut dengan hati-hati untuk menghindari sensor dari Kantor Dinas Luar Negeri Britania yang tidak mengingini karier dirinya diungkap di muka umum.
Setelah pensiun, pemahaman dan apresiasi Satow tentang Jepang semakin berkembang dan dalam. Dalam salah satu entri buku harian yang ditulis dari awal tahun 1960-an, misalnya, Satow menegaskan bahwa sifat orang Jepang yang patuh akan membuat orang asing mudah untuk memerintah mereka setelah "masalah samurai" dapat diatasi. Namun setelah pensiun, ia menulis, "... sekarang tahun 1919 dan kalau menoleh kembali ke belakang, kelihatannya tidak masuk akal kalau pendapat seperti itu bisa diterima, bahkan sekadar sebagai sebuah lelucon sesaat, bagi seseorang yang telah mengerti semangat Jepang."[3]
Buku harian dan surat-surat Satow yang sangat banyak (the Satow Papers, PRO 30/33 1-23) disimpan di Public Record Office, Kew, West London sesuai dengan surat wasiat dan testamen terakhir yang dibuatnya. Sebagian dari buku-buku Jepang langka yang dimilikinya, sekarang menjadi bagian dari koleksi Oriental milik Perpustakaan Universitas Cambridge.
Dalam buku The Family Chronicle of the English Satows, Satow menulis bahwa nama keluarganya berasal dari bahasa Sorbia. Dalam bahasa Sorbia, satow berarti desa para penabur, a diucapkan seperti dalam father dalam bahasa Inggris.
Satow tidak pernah menikah resmi menurut hukum dengan wanita Jepang bernama Takeda Kane, namun dinikahinya secara hukum adat. Keduanya memiliki dua anak laki-laki, Eitaro dan Hisayoshi. Atas permintaan cucu Satow, surat-surat keluarga Takeda, termasuk surat-menyurat antara Satow dan keluarga, kini disimpan di Arsip Sejarah Yokohama (dulu gedung Konsulat Inggris di Yokohama).
Putra kedua Satow, Takeda Hisayoshi menjadi seorang ahli botani, dan mendirikan Klub Alpen Jepang. Ia belajar di Kebun Botani Kew dan Universitas Birmingham, Inggris. Sebuah aula peringatan untuk dirinya dibangun di Hinoemata, Prefektur Fukushima.