Waktu UTC | 1979-12-17 19:58:23 |
---|---|
ISC | 654317 |
USGS-ANSS | ComCat |
Tanggal setempat | 17 Desember 1979 |
Waktu setempat | 02:58 |
Kekuatan | 6.2 Mw[1] |
Episentrum | 8°29′S 115°45′E / 8.49°S 115.75°E[2] |
Wilayah bencana | Bali, Indonesia |
Intensitas maks. | VIII (Parah) |
Landslides | Banyak |
Korban | 27 meninggal 200 luka-luka |
Gempa bumi Bali 1979 terjadi pada 03:58 WITA pada 18 Desember dengan skala 6.2 Mw. Getaran terjadi di sebelah tenggara pantai Kabupaten Karangasem di Selat Lombok, dan sekitar 60 kilometer (37 mi) timur-timur laut Denpasar. Gempa tersebut merusak 80 persen bangunan di Kabupaten Karangasem, mengakibatkan antara 15.000 hingga 500.000 orang mengungsi, dan secara cepat memutuskan hubungan darat dengan ibu kota provinsi tersebut, Denpasar.[3][4]
Pulau Bali merupakan bagian dari Busur Sunda, yang terbentuk di atas batas konvergen di mana Lempeng Australia tersubduksi di bawah Lempeng Sunda. Tingkat konvergensi melintasi garis Palung Sunda–Jawa adalah 7.5 cm per tahun. Ke arah timur Bali, Busur Sunda juga didorong di atas cekungan belakang Busur Bali dan Flores pada serangkaian dorongan. Mekanisme fokus untuk gempa bumi di dekat Bali secara dominan dapat dirasakan baik pada antarmuka subduksi maupun sistem patahan di utara.[5]
Gempa bumi sebelumnya dengan kekuatan 6.5 Ms di utara pantai Buleleng pada tanggal 14 Juli 1976 menyebabkan 573 kematian di Bali dan membuat sejumlah orang mengungsi, sama seperti gempa tahun 1979.
Getaran sebelumnya sebesar 6.2 ML pada tanggal 20 Oktober memengaruhi Kota Mataram, ibu kota pulau tetangga, Lombok, dan merusak ratusan bangunan di pulau itu dan juga di Bali. Dua orang tewas, termasuk seorang anak laki-laki berusia 3 tahun di Lombok dan seorang ibu hamil di sebuah rumah sakit di Kota Denpasar.[6] Pusat gempa 20 Oktober kira-kira berada 28 km (17 mi) utara-timur laut dari gempa 17 Desember.[7]
Menurut United States Geological Survey (USGS), gempa 18 Desember terjadi pada 60 km (37 mi) sebelah timur-timur laut Denpasar pada kedalaman 15 km (9,3 mi). Laporan awal oleh pengamat lokal menginformasikan bahwa pusat gempa berada di bawah stratovolcano Gunung Agung, namun pihak berwenang mengkonfirmasi lokasi tepatnya berada di Selat Lombok.[8] Getaran tersebut dirasakan di sepanjang pantai timur Lombok, meski tidak ada kerusakan berarti yang terjadi di sana.[4][9]
Seiring gempa terjadi pada dini hari, terjadi kepanikan yang signifikan; Warga dilaporkan telah melarikan diri ke ladang terbuka dan pantai selama sisa malam ini.[8]
Delapan puluh persen rumah dan bangunan lainnya di Kabupaten Karangasem dilaporkan telah hancur atau rusak.[9] Sekitar delapan puluh ribu rumah hancur, dan juga Pura Hindu Bali, 17 pasar, 8 sekolah, beberapa masjid dan sebuah rumah sakit umum.[3] Desa Culik, Datah dan Tisla kabarnya tidak dihuni karena kerusakan akibat gempa tersebut.[10]
Tentara Nasional Indonesia mendirikan sebelas barak sementara di wilayah yang terkena dampak untuk membantu orang-orang yang kehilangan tempat tinggal. Kantor Gubernur mengirimkan setidaknya 25 ton beras kepada penduduk yang mengungsi.[3]